Home / Romansa / KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG / Bab 3. Tidak Paham Bahasa Wanita

Share

Bab 3. Tidak Paham Bahasa Wanita

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2023-02-28 20:13:58

"Aku hampir melupakan gadis itu. Haishh!"

Suara tangisan yang mengganggu telinga Jovan. Tangisan itu semakin jelas. Jovan masuk ke kamar Ayana, dia menjumpai Ayana sedang meringkuk di atas tempat tidur. Dia menangis bertopang lutut.

"Aku tidak terbiasa memelihara wanita. Apa yang terjadi?" Jovan berdiri di depan ranjang.

Ayana sedikit mereda, dia menghapus air matanya. Namun, dia masih diam menunduk.

"Lihatlah aku, dengar! Di sini tidak ada yang akan menyakitimu." Jovan melihat Ayana ketakutan.

'Apa dia mengalami trauma fisik atau serangan?' batin Jovan.

Saat ini Ayana baru percaya pada Jovan. Ayana pelan mendongak, dia melihat wajah Jovan.

Jovan kini melihat jelas wajah Ayana, meski matanya agak bengkak, tapi Jovan tahu kalau Ayana cantik dan manis.

"Cobalah percaya!" Jovan kembali meyakinkan.

Ayana mengangguk kecil.

"Siapa namamu?"

Ayana diam menunduk.

"Baiklah, jika kamu belum mau mengatakannya. Apa kamu sudah sarapan?"

Ayana menggeleng pelan.

"Di luar ada pantry, di bawah ada dapur. Kamu bebas mau ambil apa saja. Tidak akan ada yang melarangmu."

Ayana diam. Jovan paham.

"Aku akan mengambilkan sarapan untukmu." Jovan mendesah.

Tidak berselang lama, Jovan membawa dua sandwich dan segelas susu.

"Makanlah!" Jovan menyodorkan satu porsi.

Ayana bergeming, dia menatap ragu.

"Tidak ada racun, atau obat apapun. Aku juga akan makan bersamamu." Jovan mengambil bagiannya, lalu memakannya.

Ayana cepat mengambil roti itu, dia makan dengan tergesa.

Melihat Ayana, dia teringat dirinya dulu yang hilang arah.

"Aku buatkan lagi jika kurang." Melihat Ayana makan sangat cepat.

Ayana menggeleng.

"Turunlah bersamaku!"

Ayana diam, dia meringkuk dan agak menggeser.

"Apa kamu punya tempat lain? Aku akan antarkan."

Ayana diam.

"Di mana rumahmu, orang tuamu, kamu punya nomor ponsel? Kita bisa menghubunginya sekarang." Jovan mencoba mengulik.

Ayana malah terisak kembali, dia bergetar. Ingatannya kembali pada kecelakaan maut, juga nasibnya selama ini. "Hikz hikz hikz."

Jovan semakin bingung. Dia menghembus nafas kasar dan menggeram. 'Aku belum pernah menghadapi wanita. Haissh!' batin Jovan.

"Aku tidak akan bertanya lagi. Istirahatlah! Jika ada perlu, kamarku ada di sebelah." Jovan lantas pergi.

Ayana menatap punggung pria itu.

Jovan lalu turun, di bawah teman-temannya sudah mulai sarapan dan beraktivitas.

"Jo, bagianmu!" seru Brox. Dia menyodorkan roti bakar.

"Huff. Ada yang tau, bagaimana cara memahami bahasa wanita?" keluh Jovan, dia duduk di kursi panjang tanpa punggung.

"Maksudmu?" bingung Vincent.

"Wanita itu belum mau membuka suara. Aku tanya nama dan asalnya, dia hanya diam dan menggeleng. Yang paling parah dia menangis."

"Ha ha ha. Semoga dia tidak merepotkan, melebihi merawat bayi," tawa Leo.

"Apa dia bisu? Coba pakai bahasa isarat," sahut Robin.

"Dia bisa bicara," sahut Jovan.

"Dia pasti mengira kita juga orang jahat." Robin memegang dagunya.

"Masuk akal, Jo. Dia mengira kalian pria hidung belang." Vincent terkekeh.

"Apa dia sudah jelas, cantik apa tidak?" tanya Robin.

Jovan menatap tajam. "Kamu lihat saja sendiri. Sekalian kamu ajak dia bicara!"

"Boleh, aku penasaran." Robin menyeret Brox. "Ayo ikut denganku!"

Robin dan Brox naik. Mereka masuk kamar Ayana. Mereka mengetuk dahulu, lalu masuk saja, karna tidak ada tanggapan.

Berjalan pelan, mereka melihat Ayana sedang meringkuk terisak. Ayana pelan mendongak, dia kira Jovan yang datang.

"Aaaaaaa ....!!" Ayana berteriak. Dia meloncat turun, lalu berdiri di pojok tembok, dia juga menutupi tubuhnya dengan tirai.

"Pergi! Mau apa kalian?! Pergi! Jangan!" teriak Ayana.

Robin dan Brox langsung lari, saat mendengar teriakan itu.

Jovan dan yang lain juga berlari ke atas. Mereka bertemu di depan pintu kamar.

"Kalian apakan dia!" seru Jovan.

Robin dan Brox mengangkat dua tangan di depan dada.

"Sumpah, kita belum ngapain dia," takut Brox.

"Baru masuk, dia sudah langsung teriak," sahut Robin.

"Awas, jika kalian berbuat sesuatu!" ancam Jovan. Dia menatap tajam.

"Kita lihat ke dalam!" Vincent mengajak masuk.

"Aku yang akan di depan." Leo melangkah dulu.

Leo mulai masuk, di susul Vincent. Sedang Jovan di belakang mereka.

Baru saja mereka masuk berapa langkah.

"Aaaaaaa ....!!" teriakan Ayana sangat kencang. "Pergi!"

Teriakan Ayana membuat para pria itu tersentak, segera mereka keluar.

"Huh, apa yang dia lakukan?" heran Leo.

"Horor," sahut Brox.

"Kamu lihat, Jo. Siapa yang bercanda?" ujar Robin.

"Kalian ke bawah, aku akan masuk!" Jovan masuk ke kamar Ayana. "Tunggu! Ingat tawanan kita, urus dia. Bawa dia pada klien, juga file itu. Brox, kamu ambil di meja nakasku!" Jovan lalu lanjut melangkah.

Mereka turun melanjutkan tugas. Sedang Jovan, dia masuk ke kamar Ayana. Pelan Jovan melangkah.

"Keluarlah! Ini aku yang datang." Jovan menatap Ayana di balik tirai.

Suaranya dia kenal. Ayana sedikit mengeluarkan kepala, dilihat siapa yang datang. Lalu, dia keluar dari balik tirai. Ayana pelan melangkah kaku mendekat kembali ke tempat tidur.

"Dengar! Mereka semua Sahabatku. Mereka juga sama sepertiku tidak akan menyakitimu!" tegas Jovan. Dia agak geram dengan perilaku Ayana yang membingungkannya.

Ayana hanya mengangguk.

"Jika kamu ingin tetap tinggal di sini. Ubah perilakumu, jangan buat kehebohan. Lalu jangan membuatku bingung!" Jovan meninggi.

Ayana masih diam, dia hanya melipat bibirnya.

"Pekerjaanku banyak, bukan hanya mengurusmu. Paham!"

Ayana mengangguk.

"Sepertinya kamu tidak bisu. Jadi, bicaralah dengan bahasa manusia yang aku mengerti!" seru Jovan geram. Dia tidak lembut kata lagi.

Ayana menunduk takut.

Jovan mengatur nafasnya. "Aku akan keluar, jika kamu ada perlu. Kamu ke kamarku atau ke bawah!" Jovan mengacak rambutnya.

Ayana hanya melihat Jovan keluar dari kamar itu.

Sampai di depan pintu. "Huff." Jovan menggelengkan kepala.

Jovan lantas turun. Melakukan pemanasan. Lalu, mulai menggunakan treadmill. Pikirannya fokus pada wanita itu. Jovan belum bisa memahami apa sebenarnya yang terjadi.

'Kenapa aku tidak bertanya pada tawanan itu. Haish!' batin Jovan. Dia kesal pada dirinya sendiri, telah melewatkan pikiran itu.

Jovan mengatur kecepatan sedang. Dia menghubungi rekannya.

"Vinc, jangan lupa tanyakan pada tikus itu! Siapa wanita itu, kenapa ada di sana?!"

"Baiklah!"

Sambungan terputus. Jovan menaikkan kecepatan menjadi 6mph. Keringatnya mulai menetes.

Jovan berlari, pikirannya mencabang pada banyak arah. Selama ini dia belum bisa bertemu langsung dengan target utama. Orang yang sangat dia yakini pembunuh orang tuanya.

Saat kecil dia tidak menahu membela diri dan menyelamatkan orang tuanya. Saat remaja, dia harus mempersiapkan diri. Dia menyimpan dendam selama 20 tahun. Bergemuruh setiap langkah.

Selama ini dia selalu menyusuri setiap titik temu puzzle, dari hasil temuannya. Dia belum bisa menembus orang itu.

Siapa dia, kenapa dia sangat kuat? Jovan bahkan beberapa kali hampir tertangkap saat ingin mendekat padanya.

"Hanya seorang CEO. Dia juga telah merebut perusahaan Papa. Kini J Company, telah diambil alih olehnya."

"Huh huh huh." Jovan mematikan mesin. Dia tersengal bukan karna lelah berlari. Namun, karna gemuruh hati dan pikirannya.

'Aku pasti akan bisa menghabisimu! Hutang nyawa kamu bayar nyawa!' batin Jovan. Matanya menatap kosong, menghunus bagai pedang.

'Aku juga akan mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku.' geramnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 114. Kemenangan Hati Dan Harta(End)

    Ditinggal hampir satu bulan oleh Jovan. Ayana jadi semakin kurus. Dia susah tidur dan makan, suami hanya vc sehari satu kali."Kamu harus makan, Ayana. Kalau Jovan pulang dan kamu terlihat seperti ini, kami yang akan jadi sasaran utama," ucap Leo."Apa dia sangat sibuk di sana, sampai tidak bisa sering menghubungiku? Kan hanya jaga saja, nggak kerja?""Jovan tidak di sini bukan berarti dia tidak bekerja. Justru dia sangat sibuk di sana," ucap Brox."Benar, jangan sampai saat suamimu di sana sibuk, kamu di sini malah membuat dia cemas," sahut Robin.Ayana diam sejenak, dia lantas mengambil piring itu dan makan banyak.Masih pagi di depan rumah Jovan. Sasmita dan Alex sudah berada di sana."Ada tamu yang ingin bertemu dengan tuan dan Nyonya," kata penjaga."Siapa?" tanya Ayana."Ibu Sasmita dan Alex."Semua jadi saling pandang."Bawa masuk!" suruh Vincent.Penjaga pergi."Aku takut." Wajah Ayana jadi pucat."Kami pastikan dia tidak akan bisa menyakitimu," ucap Brox.Alex dan Sasmita masu

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 113. Kanigara Dibawa Ke Luar Negeri

    Vincent hampir terhuyung saat Arabella menelponnya."Ada apa, Vinc?" tanya Jovan."Terjadi sesuatu pada tuan Kanigara."Mata Jovan melebar. "Katakan dengan benar!""Kita ke rumah sakit untuk tahu kebenarannya. Arabella tidak bilang secara detail.""Aku ikut, Jo." Mata berkaca Ayana menatap harap."Aku akan kabari kamu nanti. Ini sudah malam, kamu harus istirahat."Ayana terpaksa menurut, dan para pria lekas pergi ke rumah sakit."Jovan cepat berlari ke ruang penanganan."Vinc!" Arabella menghambur memeluk Vincent sambil terisak. "Papa, Vinc."Vincent membawa duduk dan tetap mendekap."Apa yang terjadi, Rey?" seru Jovan.Rey hanya menggeleng. Dia meremas tangan di depan, dan terus menoleh pada pintu ruang tindakan.Jovan mulai membuat praduga. "Apa yang kamu sembunyikan dariku selama ini, Rey?" Rasa gelisah membuat Jovan menyentak.Rey terdengar menghela nafas. "Dokter yang akan menjelaskan nanti.""Jika nanti kamu terbukti sengaja membuat kekacauan, aku akan membuat perhitungan padamu

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 112. Kanigara Tidak Sadar Diri

    Bagaimana tidak kembali terguncang. Sasmita merasa dirinya benar-benar sendiri dan sangat takut."Alex, kamu di mana, Nak!" teriak Sasmita, dia berlari ke tengah jalan raya.Sebuah kendaraan melaju cepat tepat di arah Sasmita."Bu, awas ...!!" teriak anak buah Rey.Sasmita berjongkok saat mobil itu sangat dekat."Aaaa ....." Jantung Sasmita berdetak sangat kencang. Mobil itu berhenti di depan Sasmita, hampir menabrak."Hey, jangan gila dong. Kalau ketabrak kita yang disalahin!" teriak pengemudi itu.Pandangan Sasmita kabur dan pusing, dia pingsan."Bu!" Anak buah Rey mengangkat Sasmita. -"Ibu Sasmita berada di rumah sakit."Kabar itu telah sampai pada Kanigara dan Jovan. Mereka segera melihat kondisi wanita malang itu.Di kamar rawat. Sasmita telah terbaring belum sadar. Kanigara dan Jovan tidak tega melihatnya."Bagaimana Alex?" tanya Kanigara."Aku bisa melepaskannya. Sepertinya dia sudah tidak menjadi ancaman." Jovan menatap brankar Sasmita.Kanigara menoleh pada Rey. "Bawa dia b

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 111. Simpuhnya Rasa Sang Ibunda

    "Jadi kamu sudah menikah, anak baik?" tanya Sasmita. Mereka sudah berada di mobil."Istriku sedang mengandung.""Aku berdo'a untuk kalian, semoga selalu diberi kebahagiaan. Anak kalian juga akan sukses seperti kalian. "Terima kasih.""Aku juga berharap bisa mendapat cucu dari Alex, pasti sangat lucu. Ah, aku berpikir terlalu tinggi." Sasmita menyeka buliran yang kembali jatuh dengan kekehan kaku.Jovan menatap arah jalan. Dia mengatur nafasnya dan mengurai rasa yang terus mendesak di dada.Tiba di lapas."Anak naik, Alex?" Mata Sasmita melebar sambil menunjuk arah bangunan itu."Om Gara memilih jalan tengah. Semoga anak Anda dapat mengerti kebaikan hati Om Gara.""Terima kasih anakku telah diberi keringanan." Karena Sasmita paham dunia mereka yang tidak segan akan menggunakan hukum nyawa dibayar nyawa.Mereka masuk. Menunggu beberapa saat."Alex!" seru Samita, dia menghambur pada anaknya."Ma."Dua insan itu berpelukan dengan sahutan tangis.Jovan mendongak, dia teringat kedua orang

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 110. Jovan Dan Sasmita

    Kini semua berpindah dari meja makan. Ayana bersama Arabella sedang para lelaki sebagian bermain catur."Om, papa ingin bertemu dengan Anda dalam waktu dekat ini. Saya ingin membuat janji dengan Anda terkait hal itu," ucap Fabian."Kamu atur saja bersama Rey," jawab Kanigara.Jovan mendoyongkan kepala pada Vincent di sisinya."Jangan sampai kalah sama pria jelek itu. Aku tidak sabar menunggu IQmu jatuh ke dasar jurang," bisik Jovan."Cepat, setelah itu giliranku,' Leo juga menyahut dengan bisikan di sisi Vincent."Diam kalian!" gumam lirih Vincent.Robin dan Brox menendang kaki Leo dan Vincent. Sambil mengedip mata pada mereka."Ada yang ingin kalian katakan?" tanya Kanigara."Vincent mau ngajak Arabella makan malam besok, tapi dia takut tidak dapat izin," sahut Jovan.Vincent menginjak kaki Jovan kuat sambil tersenyum malu pada Kanigara."Bukankah kemarin kamu juga mengajak dia makan?" jawab Kanigara membuat Vincent gugup."Maaf, Tuan. Arabella memaksa." Vincent melipat bibirnya."S

  • KEMBALINYA PEWARIS YANG TERBUANG    Bab 109. Harmoni Hati

    Di dapur masih sepi, Jovan bingung dan tidak tega membangunkan pembantu. Akhirnya dengan modal tutorial vidio medsos Jovan membuat dengan tangannya sendiri.Sekian saat berkutat di dapur, dengan bukti peluh yang terus mengucur. Bibir Jovan juga terus menghembus nafas, yang ternyata kepedesan."Tuan, kenapa masak pagi sekali?" Sudah ada satu pembantu yang bangun karena mencium bau tajam.Jovan terbatuk. "Aku buat seblak, kamu lanjutkan!" Jovan tidak tahan dan mundur.Pembantu itu melihat kondisi dapur. Kerupuk berceceran, mie, sayur, semua berantakan dalam wadah. Berantakan dan salah.Akhirnya pembantu itu mulai dari langkah awal.Jovan kembali ke kamar. "Jo, mana seblaknya?" Ayana sudah wangi.Jovan tersenyum jahil. "Baru disiapkan sama bibi." Dia maju dan mengendus ceruk leher Ayana. "Jo, kamu bau!" Ayana menggeser wajah Jovan."Aku tahu, mandiin aku bentar dong, Ay.""Nggak mau. Mandi sama kamu bakalan lama." Ayana terkekeh geli."Olah raga pagi bagus untuk kesehatan dan ibu hamil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status