Share

KEPINCUT PREMAN TENGIL
KEPINCUT PREMAN TENGIL
Penulis: Landysh

Bab 1.

Malam ini tampak lebih ramai dan riuh dari hari biasanya. Setelah satu minggu tak terlihat, akhirnya sang diva Geisha hadir kembali di atas panggung klub malam 'Zoi'.

Perempuan bertubuh mungil, wajah cantik khas wanita asia tersebut terlihat tersenyum manis mengenakan pakaian khas negeri asal geisha tercipta.

Banyak mata-mata menatap lekat pada Nami. Walau merasa risih, Nami berusaha bersikap profesional menghadapi tatapan mata yang seolah menelanjangi tubuhnya. Ini adalah salah satu resiko dari profesi yang mau tak mau ia terima.

Setelah selesai acara, Nami segera turun dari panggungnya dan berjalan menuju ruang ganti yang dipersiapkan khusus untuk idola para tamu yang kebanyakan adalah tamu kelas atas.

Sepanjang jalan ia berjalan menuju ruang gantinya, Nami mendapat sapaan hangat dan senyuman ramah, pertanda semua orang di tempat ia bekerja pun sangat menyukai dirinya.

Namun begitu, tak menampik ada saja segelintir orang yang iri dengan apa yang ia miliki. Set panggung gemerlap sesuai apa yang Nami mau, ruang ganti khusus, gaji yang lebih tinggi.

"Namiiiii..."

Sebuah teriakan membuat Nami menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke sumber suara seseorang memanggil namanya.

Seorang pria bertubuh gemulai berjalan cepat ke arah Nami sambil menenteng sepatu hak tingginya.

"Nami... Ya amploopp... Yei apa kabar? Sakit apa yei sampe terkapar di rumah sakit? sory ya Nek, Akika nggak jenguk yei kemarin. Biasalah, gadun Akika tuh lagi manja."

Nunu, alias Narto mengoceh sambil mencium kedua pipi Nami.

Di klub Zoi ini, Nami hanya mempunyai satu sahabat yang amat ia percayai, ialah Nunu, pria gemulai yang selalu berdandan bak wanita cantik dan seksi.

Nami sangat seneng mendengar sang sahabat terlihat khawatir kepadanya, ia dengan tulus menyunggingkan senyum manis untuk Nunu. "Aku keracunan Nu!"

"Haaah? Serius? Yei di racun siapa saaaiii? Muke gile itu orang ya! awas kalau Akika tau tu orang yang ngeracun yei, huh! Langsung mati itu orang Akika pites!" oceh Nunu tak henti.

Mendengar ocehan Nunu, Nami hanya tersenyum gemas melihat tingkah Nunu yang lucu. "Udah nggak apa-apa. Yang penting Aku udah sehat lagi."

Nunu lalu merangkul lengan Nami lalu keduanya berjalan menuju ruang ganti Nami, "eh, tau nggak si yei. Kemarin itu ada pelanggan yang nanyain yei! Gelagatnya si aneh, makanya Akika bilang yei lagi pulkam. Jangan sampai yei ketemu itu orang aneh." Oceh Nunu tak ada habisnya.

Nami hanya mendengarkan semua ocehan Nunu sambil lalu. Ia sebenarnya tahu siapa yang Nunu temui. Seorang pengusaha kaya yang beberapa bulan ini mengejarnya, meminta Nami untuk berhenti menjadi geisha dan menjadi istrinya.

Sampai di depan ruang ganti Nami, Nunu memutuskan untuk berpamitan pada Nami. "Akika pulang dulu ya, Nek. Udah ditungguin sama gadun akika. Hehehe..." ucap Nunu sambil mencium kedua pipi Nami.

"Iya! kamu hati-hati di jalan ya..." Nami melambaikan tangannya kepada Nunu yang mulai berjalan menjauh darinya.

Nami membuka pintu ruangannya, cahaya terang mulai menyilaukan mata karena sebelumnya hanya cahaya remang-remang yang Nami lihat. Ia lalu berjalan menuju meja riasnya. Tangannya mengambil sebuah botol pembersih wajah lalu dengan perlahan ia menghapus make up tebal yang Nami kenakan.

Sejenak ia menghentikan gerak tangannya. Menghela nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia tampak bingung harus berbuat apa untuk menghindari orang tersebut agar tidak lagi mengganggunya. Tak menemukan cara, Nami memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya lalu secepatnya pulang ke rumah.

Selesai menghapus make up, Nami mengganti pakaiannya. Menyambar tas Selempang berwarna hitam yang tergeletak di atas meja rias lalu keluar dari ruangannya.

Di luar klub, beberapa penari dan wanita penghibur menyapa Nami, tapi Nami hanya membalasnya dengan tersenyum manis, tidak berminat untuk membalas ucapan mereka yang sok bersimpati kepadanya.

Karena Nami tahu, mereka yang berpura-pura baik di hadapannya, selalu menggunjing dirinya dibelakang. Di kejauhan , Nami melihat pria yang selama ini mengganggunya telah menunggu Nami di ujung gang yang terlihat sepi.

Detak jantung Nami semakin cepat, ia takut jika akhirnya pria itu berbuat nekat karena saat ini area depan klub sudah terlihat sepi, semua pengunjung telah masuk ke dalam klub, hanya dua orang penjaga pintu masuk klub saja yang terlihat.

'Bagaimana ini? aku tidak bisa pulang jika dia masih berdiri di sana!' teriak batin Nami.

Tubuh Nami mulai oleng, kepalanya terasa pusing karena sejak siang hari ia tidak sempat makan, hanya air putih beberapa teguk saja yang ia minum. Sejenak Nami memutuskan untuk duduk di sisis tangga dekat pot bunga yang sengaja di susun rapi sehingga terlihat seperti taman mini.

Salah seorang petugas yang melihat Nami duduk di sana, berjalan mendekat dan menyapanya. "Nona, kenapa duduk di sini? sedang menunggu jemputan ya?"

Nami menoleh ke samping, ia mengenal pria bertubuh kekar yang menyapanya. Tetapi, Nami tidak mau menceritakan kegundahan di hatinya.

Maka, ia merubah mimik wajahnya yang murung menjadi tersenyum Manis."Iya, Pak. Lagi nunggu orang, katanya mau jemput aku." ucap Nami seadanya.

"Ohh... Begitu... Kalau butuh apa-apa, bilang aja sama bapak ya Non?" tawar pria kekar tersebut.

"Iya, Pak. Terima kasih."

Pria kekar tersebut kembali berdiri di tempat ia berjaga, tidak mungkin ia meninggalkan tempatnya lama-lama. Setelah kepergian pria kekar tersebut, Nami kembali di landa rasa cemas. Kepada siapa ia harus meminta tolong.

Setelah sekian lama menunggu, Tak kunjung datang seseorang yang sekiranya dapat menolong dirinya, sedangkan pria penguntit Nami itu masih betah berdiri di tempatnya.

Pada akhirnya, karena rasa lapar yang tak tertahan lagi, Nami memutuskan untuk beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju rumahnya, yang tentu saja melewati tempat dimana pria tersebut berdiri menanti Nami datang.

Sengaja Nami memperlambat jalannya sambil memainkan ponselnya, berharap pria tersebut tidak mengganggunya. Walaupun ia mengganggunya, Nami akan berpura-pura tidak mendengar dan mempercepat langkahnya agar segera terhindar dari pria aneh tersebut.

Nami akhirnya berhasil melewati pria tersebut sambil mengoceh seolah ia sedang menunggu jemputan yang tak kunjung datang sehingga ia memutuskan untuk pulang lebih dulu. Beberapa kali pria tersebut memanggil Nama Nami, tapi Nami berusaha cuek dan mempercepat langkahnya.

Tak terima diabaikan, pria tersebut nekat mencekal lengan Nami, membuat ponsel yang Nami Pegang terjatuh ke tanah. "Dasar wanita jalang! kau berani mengabaikan aku?" hardik pria bertubuh tambun tersebut.

Nami yang terkejut hanya dapat menatap hampa ponselnya yang terjatuh dan rusak. Ia berusaha berontak dan melepaskan tangannya dari cengkraman pria tambun itu , tapi karena tenaga Nami yang semakin melemah membuat ia tak bertenaga.

Pria itu lalu mencengkram rahang Nami. Menatap tajam pada manik coklat muda milik Nami.

"Kau... Harus..."

"Sayaang! sebelah sini!"

Pekik Nami tiba-tiba membuat pria tambun itu mengendurkan cengkeramannya di rahang Nami dan menoleh ke arah tempat Nami melambaikan tangannya.

Nyali pria tambun tersebut ciut seketika melihat tubuh tinggi besar serta banyak tatto menghiasi tubuh pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status