Share

Bab 61

Author: Mutiara Sukma
last update Huling Na-update: 2025-01-27 22:20:26

"Mami?" Mas El menatap ibunya dengan tatapan tak percaya.

"Kenapa? Hayuk, ajak calon istri kamu makan. Mami tadi masak ikan pindang kesukaan kamu. Biar calon istri kamu tahu gimana rasanya. Nanti tinggal mami kasih resep supaya bisa masak sendiri."

Mata Mas El berbinar, nyaris berkaca-kaca. Sementara aku serasa melayang. Badan tak ada tenaga. Kenapa jadi begini? Sama sekali tak sesuai dengan ekspektasiku. Padahal, aku berharap cuma lima menit disini lalu pulang.

"Ayo, Ri. Kita makan." Suara Mas El bergetar. Pasti dia terharu. Beda denganku yang syok parah.

"Maaf sebelumnya, Tante."

"Lho, kok Tante. Panggil mami dong. Sebentar lagi kan kamu akan menjadi anak mami."

Aku meringis. Apa iya kejadiannya akan seperti itu.

"Eh iya, Mami." Aku gugup.

"Apa, Sayang? Kamu mau nanya apa, Cantik?"

Mas El menatapku dengan senyuman yang tak pernah pupus dari bibirnya. Aku tertunduk.

"Hmm ... Mi, maaf kalau Mami tak berkenan dengan pertanyaan Tari nanti. Hmm ... Bukankah Mami sudah punya calon unt
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 40

    Hari itu, langit kembali mendung.Aleeya duduk bersandar di sisi ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya masih pucat, kantung matanya menghitam, dan tubuhnya masih terasa lemas. Ia belum sepenuhnya pulih dari sakitnya—baik secara fisik, maupun batin.Di luar kamar kosnya, terdengar suara langkah cepat menaiki tangga. Beberapa detik kemudian, terdengar suara yang sangat ia kenal."Aleeya!"Tari membuka pintu kamar dengan panik, napasnya tersengal karena terburu-buru dari perjalanan jauh. Wajahnya pucat campur cemas saat melihat putrinya yang terbaring lemah."Astagfirullah, Ya Allah, Leeya!" serunya sambil menghampiri.Aleeya hanya menoleh pelan. Bibirnya tertarik sedikit, berusaha tersenyum. Tapi wajah Tari malah penuh air mata."Kenapa kamu bisa sakit begini, sayang? Kenapa kamu nggak bilang Bunda? Kenapa aku harus tahu dari orang lain?""Bunda jangan lebay..." jawab Aleeya pelan, berusaha menghindar."Lebay? Kamu jatuh sakit sampai masuk rumah sakit, Leeya!" Tari duduk di

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 39

    Di tengah tangisan Aleeya dan Tari yang akhirnya berdamai, HP Aleeya bergetar.Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal."Jangan percaya siapa pun, semua orang ingin melihatmu hancur, termasuk kembaran dan ibumu."Aleeya membaca pesan itu dengan tangan gemetar.Siapa yang mengirim pesan ini? Kenapa tiba-tiba mengusik hubungan keluarga Aleeya?--Aleeya menatap layar ponselnya yang terus bergetar.Pesan itu masih tertera jelas:"Jangan percaya siapa pun. Termasuk keluargamu. Termasuk ibumu."Tangannya gemetar. Ia memandang ibunya yang masih duduk di tepi ranjang, memegangi gelas air hangat. Tari sedang menatapnya dengan tatapan khawatir, belum menyadari wajah Aleeya berubah pucat.“Kenapa? Siapa yang kirim pesan?” tanya Tari curiga, menangkap ekspresi anaknya.Aleeya buru-buru mengunci ponsel. Ia menggoyangkan kepala, berusaha tersenyum tipis. “Bukan siapa-siapa, Bun. Salah kirim kayaknya.”Tari tidak langsung percaya, tapi memilih diam. Ia tahu Aleeya belum sepenuhnya pulih. Memaksan

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 38

    Hari itu, langit kembali mendung.Aleeya duduk bersandar di sisi ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya masih pucat, kantung matanya menghitam, dan tubuhnya masih terasa lemas. Ia belum sepenuhnya pulih dari sakitnya—baik secara fisik, maupun batin.Di luar kamar kosnya, terdengar suara langkah cepat menaiki tangga. Beberapa detik kemudian, terdengar suara yang sangat ia kenal."Aleeya!"Tari membuka pintu kamar dengan panik, napasnya tersengal karena terburu-buru dari perjalanan jauh. Wajahnya pucat campur cemas saat melihat putrinya yang terbaring lemah."Astagfirullah, Ya Allah, Leeya!" serunya sambil menghampiri.Aleeya hanya menoleh pelan. Bibirnya tertarik sedikit, berusaha tersenyum. Tapi wajah Tari malah penuh air mata."Kenapa kamu bisa sakit begini, sayang? Kenapa kamu nggak bilang Bunda? Kenapa aku harus tahu dari orang lain?""Bunda jangan lebay..." jawab Aleeya pelan, berusaha menghindar."Lebay? Kamu jatuh sakit sampai masuk rumah sakit, Leeya!" Tari duduk di

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 37

    “Aku cuma bisa bilang... maaf,” katanya. “Kalau ada cara buat kembali dan perbaiki semua itu, aku bakal lakuin. Tapi aku tahu, aku udah telat.”Aleeya berdiri. “Kita terlalu banyak luka untuk memulai dari awal.”Raka mengangguk. Tapi tatapannya… kosong. Seperti seseorang yang baru saja kehilangan satu-satunya cahaya di hidupnya.“Jaga dirimu, Raka.”Langkah Aleeya menjauh, meninggalkan lelaki yang duduk diam dalam pasrah. Air mata jatuh perlahan dari pipi Raka, tapi tak ada suara. Ia hanya menatap lantai dengan mata nanar, dan membiarkan rasa kehilangan itu mengakar, membekas di dalam dada.***Hujan turun malam itu. Bukan gerimis, tapi hujan deras yang seolah mengguyur setiap sisa harapan yang sempat Aleeya miliki. Setelah pulang dari rumah Raka, langkahnya terasa berat, seperti ada beban di kedua bahunya. Sesekali ia menoleh ke langit, berharap bisa menangis bersama hujan, tapi matanya kering. Seakan air matanya tertahan oleh ego dan luka yang terlalu dalam.Sesampainya di kamar kos

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 36

    Aleeya menatap wajah Alisa yang tampak tegang. Mereka berdiri di depan pintu kamar kos, udara terasa beku seolah waktu berhenti. Alisa memegang erat tas kecilnya, seolah hendak bicara sesuatu yang bisa mengubah segalanya.“Aku masuk ya,” ujar Alisa pelan.Aleeya mengangguk.Begitu pintu tertutup, hening pun meraja. Aleeya duduk di tepi kasur, sementara Alisa berdiri, menatap sekeliling kamar adiknya yang sederhana tapi rapi. Sudut-sudut yang penuh kenangan, buku-buku yang disusun berjejer, foto-foto wisuda yang belum lama digantung."Aku tahu kamu pasti marah nanti setelah dengar ini," ucap Alisa akhirnya.Aleeya mengangguk pelan. “Aku udah muak sama kejutan. Tapi, ya... bicara aja.”Alisa menarik napas panjang. "Raka... dulu pernah pacaran sama aku. Setahun."Aleeya mematung."Setahun?" bisiknya, nyaris tak terdengar.Alisa duduk di sisi tempat tidur, matanya mulai basah. “Kami deket waktu aku masih kelas dua SMA. Dia kuliah waktu itu. Kita dikenalin temenku. Awalnya manis, lucu, per

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 35

    Aleeya tak bisa tidur.Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi matanya masih menatap nanar langit-langit kamarnya. Seluruh tubuhnya lelah, tapi pikirannya seolah tak mengizinkan istirahat. Ucapan Raka terus terulang di kepala—“Aku berubah sejak ketemu kamu…”Tapi kalimat Alisa juga tak kalah menyakitkan—“Dia dulu ngilang gitu aja setelah semua yang kita alami…”Aleeya memejamkan mata, mencoba menepis kenyataan. Tapi kenangan tak pernah punya tombol ‘hapus’. Ia malah semakin tergelincir dalam pusaran tanya dan rasa tak percaya. Raka. Lelaki yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Lelaki yang ia bawa dalam setiap doa, dalam setiap rencana masa depan.Lalu email itu…Tangannya perlahan meraih laptopnya yang tergeletak di meja. Ia membuka kembali email misterius dari akun tak dikenal. “Kamu harus tahu siapa sebenarnya Raka. Jangan percaya dia sepenuhnya. Tanyakan pada dia... tentang Reyna.”Aleeya menatap nama itu: Reyna.“Siapa, Reyna?” bisiknya sendiri.Ia mengetikkan nama i

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 34

    Apakah ini pertanda bahwa setiap cinta yang datang padanya hanya akan berujung luka?Atau... apakah ini kesempatan untuk menyembuhkan luka lama yang belum pernah selesai?---Aleeya tak bisa tidur.Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi matanya masih menatap nanar langit-langit kamarnya. Seluruh tubuhnya lelah, tapi pikirannya seolah tak mengizinkan istirahat. Ucapan Raka terus terulang di kepala—“Aku berubah sejak ketemu kamu…”Tapi kalimat Alisa juga tak kalah menyakitkan—“Dia dulu ngilang gitu aja setelah semua yang kita alami…”Aleeya memejamkan mata, mencoba menepis kenyataan. Tapi kenangan tak pernah punya tombol ‘hapus’. Ia malah semakin tergelincir dalam pusaran tanya dan rasa tak percaya. Raka. Lelaki yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Lelaki yang ia bawa dalam setiap doa, dalam setiap rencana masa depan.Lalu email itu…Tangannya perlahan meraih laptopnya yang tergeletak di meja. Ia membuka kembali email misterius dari akun tak dikenal.> “Kamu harus tahu si

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 33

    Aleeya menghela napas panjang dari balkon kosannya. Sinar matahari sore menari pelan di wajahnya yang tampak berseri. Empat tahun berlalu sejak masa-masa kelam keluarganya—dan hari ini, ia akhirnya resmi menyandang gelar sarjana psikologi. Ia tersenyum kecil sambil menatap layar ponselnya. Sebuah pesan dari seorang pria yang belakangan ini membuat hatinya tak tenang muncul di layar.Raka.Namanya sesederhana tatapannya yang teduh, laki-laki yang dikenalnya saat magang di sebuah lembaga rehabilitasi mental. Raka bukan orang sempurna. Ia punya masa lalu yang berat, penuh luka dari keluarga yang tercerai-berai. Tapi justru itu yang membuat Aleeya merasa nyambung. Mereka berbagi luka. Mereka saling mengobati.Satu suara mengetuk pintu kosannya tiba-tiba membuyarkan lamunannya.“Aleeya!”Aleeya berlari kecil ke arah pintu. Suara itu—terlalu dikenalnya.“Alisa?” gumam Aleeya begitu membuka pintu. “Ngapain kamu ke sini tiba-tiba?”Alisa tersenyum lebar. “Surprise! Aku ada kerjaan di kota ini

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 32

    Tari menyiapkan makanan kesukaan mendiang Nadhif—sop buntut dan sambal terasi. Ia memasak sambil tersenyum, ditemani Aleeya dan Alisa di dapur. Sesekali terdengar suara tawa ringan saat mereka mengingat kebiasaan aneh ayah mereka.“Kalau Ayah makan sop buntut, pasti ditiup dulu lima kali sebelum disendok, ingat gak?” celetuk Aleeya.“Iya, dan suka nyalahin AC kalau sambalnya kurang pedes,” tambah Alisa sambil tertawa.Tari hanya mengangguk pelan, matanya berkaca. “Dia selalu punya cara bikin kita ketawa, bahkan di saat sedih.”Di ruang tamu, Ammar sedang ngobrol serius dengan Abrar soal rencana membuka usaha kecil bersama. Dulu, mereka tak pernah akur. Tapi sejak kehilangan Ayah, mereka jadi lebih saling menjaga.“Kalau Ayah masih ada, dia pasti nyuruh kita jangan ribut soal uang,” kata Ammar.“Dan dia pasti bilang, ‘harta paling berharga tuh kebersamaan,’” jawab Abrar, suaranya serak.Tak jauh dari mereka, Naira duduk bersama Wildan, menggendong Gio yang sudah makin besar. Hubungan me

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status