Share

Part 17–Kemarahan Lusi

"Maumu apa, sih?" tanyaku kesal.

"Jadilah modelku."

Aku diam sejenak, lalu tertawa. "Terima kasih sudah menghiburku dengan leluconmu itu," ujarku, lalu pergi.

"Aku enggak bercanda." Pria itu menyejajarkan langkahnya denganku. "Aku memang lagi butuh model baru dan kamu itu cocok. Ayolah! Kamu akan kubuat terkenal dengan bayaran yang memuaskan."

"Enggak. Makasih. Aku enggak tertarik," sahutku cuek tanpa menoleh padanya.

"Kamu dan bayimu ini bisa jadi model barengan, lho," bujuknya lagi.

"Enggak."

"Oh, C'mon. Apa ruginya jadi model? Kamu akan dikenal banyak orang."

"Aku bilang enggak, ya, enggak. Maksa banget, sih." Aku mendelik kesal padanya.

"Tolonglah ... aku butuh model yang fresh. Dan kamu sangat sempurna dan cocok untuk kriteria model yang kucari," rayunya seraya berjalan mundur di hadapanku.

Aku berhenti melangkah, lalu menghela napas pelan. "Terima kasih atas tawaran baiknya. Tapi aku benar-benar enggak minat. Maaf. Aku enggak mau fokusku mengurus anak terganggu."

"Enggak akan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status