Jadi lah seperti Srikandi, Mancolo Putro Mancolo Putri, Lembut seperti wanita tapi bisa Gagah berani dan kuat seperti Laki-laki.
- Bapak - ******* Akhirnya sampai juga aku dirumah, walau kontrakan tapi perasaan ku lebih tenang dari pada kemarin saat tinggal dengan iparku. Berhubung berat badan Twins masih dibawah 3 KG, Mamak mertuaku memutuskan untuk ikut. Baru saja Twins diletakan, telp mas Adi berbunyi. Lagi-lagi seperti kebiasaan belakangan ini langsung bergegas keluar dari kamar. Pelan pelan aku ikuti dan samar samar terdengar . [" Aku lagi sama istriku, nanti aku yang telp kamu ..."] [ ....... ] [ Ngertiin dikit yank, nanti aku aja yang telp kamu ... "] Mendengar itu aku langsung balik kekamar dan melihat Mamak sedang menimang nimang Hani, kata Mamak Hani mirip dengan kakak ipar ku saat bayi, sedangkan Hana lebih mirip aku. Aneh menurutku karena mereka satu tali pusat dan kembar identik. " Adi mana Nes ?? ..." " Lagi telp mak, tau dari kemarin sibuk aja telephone..." " Banyak kerjaan kayanya. Sabar aja kan hasilnya buat kamu juga .." bela Mamak. Ah Mamak Mamak entah apa kebohongan mas Adi ceritakan soal kerjaannya sekarang. " Hehe Kerjaan yang mana sih Mak ? Ines sebenernya nga mau ngomong sama Mamak tapi baiknya Mamak tau biar paham situasinya. Sejak aku hamil 2 minggu mas Adi udah nga pernah nafkahi aku lagi, dia sudah di PHK .. " jelasku dan aku lihat Mamak sepertinya kaget. " Masalahnya Mak, mas Adi sering pulang pagi bahkan nga pulang. Padahal Ines lagi hamil. Aku sadar Mak kalau sejak hamil Twins ini apalagi setelah pendarahan kemarin Ines nga pernah lagi kasih nafkah batin. Tapi kan memang Dokter yang larang karena kondisinya bahaya. Lagipula aku lagi hamil anaknya, tega banget mas Adi sama aku. .." " Dan nga hanya itu Mak, saat mas Adi nga pulang, pagi nya mas Adi dapat pesan mesra Mak. Coba deh Mak istri mana yg nga shock tau suaminya dapat pesen seperti itu." sambil ku tunjukan foto bukti pesan masuk di HP mas Adi. " Sekarang masih telp-an itu Mak tadi Nes nguping, nanti coba Mamak ambil aja HP mas Adi kita buktikan. " kataku dengan tenang, tak ada marah atas sedih ku rasa. Muka Mamak pucat saat bolak balik membaca tulisan di foto , lidahnya kelu tak menyangka anaknya akan berbuat seperti itu. " Ines kok rasanya nga kuat ya Mak, walau Twins belum 40 hari , tapi kalau yang terbaik memang harus pisah sama mas Adi yang uda nga apa. " " Adiiiiiiiiiiii ... " teriak Mamak memanggil anaknya. Tergesa-gesa mas Adi masuk kekamar, sambil masih memegang Handphone. Tak terduga HP langsung direbut mama, tak bisa mengelak karena kaget mas Adi hanya bisa pasrah. " Mamak apaan sih, balikin HP ku.. " seru mas Adi. " Duduk Adi ... Duduk ... " Bentak Mamak. " Ines coba telp siapa yang tadi telp-an sama Adi, loudspeaker Mamak mau denger ... " mas Adi mencoba merebut HP nya yg diberikan Mama kepadaku tapi tak kehilangan akal aku pun berlindung dibalik badan Mamak. Ku dial panggilan masuk terakhir tertulis disitu dengan nama Billy, lalu aku loudspeaker. [" Hallo Sayank kenapa Yank ? Tadi aja suruh aku tutup telp sekarang kangen kan .. "] suara wanita girang tau HP mas Adi menghubungi nya. Mas Adi lagi-lagi berusaha untuk mengambil HP tsb, tapi Mamak langsung menepis tangan mas Adi, sambil mendelikkan matanya. Sepertinya Mamak sudah marah betul. [" Yank, kok diem.. Kenapa yank ngomong dunk .."] ["Hallo ini siapa ya ? Saya Mamaknya Adi kebetulan datang dari daerah.. "] kata Mamak berusaha bicara dengan wanita tsb, hening sebentar dan tau-tau telp diputus. Semua terdiam sampai " Adiii.. dimana pikiranmu ? Istrimu baru lahiran, tapi setega itu kamu .. Kamu tau kan gimana sakitnya Mamak saat dulu Bapak mu selingkuh di, kenapa sekarang kamu yang selingkuh.. " marah Mamak sambil mengingat masa lalunya. Saat masa perkenalan kami yg singkat, mas Adi pernah cerita tentang Mamak yg di khianati Bapak. Dengan dalih pensiun ingin di pulau Jawa malah kecantol janda pemilik salon dikampungnya. Mamak yang perawat senior saat itu tidak bisa langsung pindah, tapi tau kenyataan ini Mamak tidak jadi mengurus mutasinya dari Sulawesi dan hubungan mereka sekarang tidak jelas karena Mamak tidak pernah dicerai resmi. Ini salah satu yg bikin aku luluh dengan mas Adi, janjinya tak akan berkhianat karena tidak mau menyakiti hati seperti yang dialami Mamaknya. Tak ingin melihat pertengkaran ibu dan anak itu , akupun memeluk pundak Mamak. " Maaf Mak, udah nga apa, aku uda pasrah. Aku juga siap kalau harus pisah, aku yakin aku bisa ngurus Twins walau tanpa mas Adi. Mamak nga usah marah marah nanti darah tinggi Mamak Naik .. " berusaha menenangkan Mamak. " Mamak pulang dulu, nanti mama kesini lagi " ujarnya setelah terdiam sambil menenangkan diri. " Titip cucu Mamak ya . Adi kamu antar Mamak Pulang.. "Tapi kemesraan mereka terusik oleh suara dering telpon, Ines yang paham itu bukan ringtone suara handphonenya melihat ke Hadi. Dilihatnya Hadi gugup saat membaca nama si penelepon. Melihat mimik bersalah Hadi, Ines serasa tertampar. " Siapa mas ? Kok ngga diangkat.. " tanya Ines basa-basi. Melihat wajah Hadi, Ines rasanya bisa menebak siapa yang menelepon. Bunyi suara telpon terdengar kembali setelah sempat berhenti. Hadi semakin salah tingkah, diperhatikan Ines. " Angkat mas, bunyi terus itu.. " Hadi menggelengkan kepalanya seraya berkata " Biarin saja mba. " Lagi-lagi bunyi telepon terdengar. " yang langsung dengan cepat dimatikan Hadi. " Hp
Bunyi suara pesan masuk mengganggu percakapan mereka. Ines mengambil handphonenya lalu membaca pesan yang masuk .. [ Mba, aku bungkusin ayam kalasan 3 porsi. Sudah aku titip office boy mu. Aku tunggu kamu dimobil ya mba Genduk-ku. ] Tak lama, Ucup datang membawa bungkusan makanan " Mba, ade titipan dari tamu mba nih. Enak neh kayenye hehe. " ucapnya sambil memberikan kantong makanan ke Ines. " Wuih, mantul nih " seloroh Lukman bangkit dari kursinya menghampiri Ines. Ines memeriksa kantong makanan tsb, ada tiga dus paket ayam didalamnya dan satu bungkus sayur asem plus extra sambal. " C
" Aku ikut prihatin mas, tapi itu pilihan mu kan ? Hidup itu pilihan, dan kamu sudah memilihnya. Ibarat nasi sudah jadi bubur tidak usah disesali tinggal kasih kaldu, kecap, tambahin cakwe, tambahin ayam plus sambel trus, nikmati, atau kalau tetap tidak bisa dimakan ya buang. Tapi apapun pilihan kamu, jangan libatkan aku didalam kisruh rumah tangga mu. " tegas Ines. " Trus, aku harus bagaimana mba ? " " Loh, kok nanya aku. Kamu mau nya gimana ? Yang pasti kumpulin bukti dulu perselingkuhan istrimu kalau memang dia selingkuh. Kedua tanya ke diri kamu sendiri mau mu apa ? Bahagiamu gimana ? Kalau kata ustadku hidup ini cuma sekali, sayang kalau waktu yang singkat ini dihabiskan bukan dengan orang yang tepat. Tapi jangan bawa-bawa aku dalam rumah tangga kalian ! " Ines menegakan punggung lalu melanjutkan kata-katanya.
" Setelah menikah, istriku pernah bertanya, selain dia apa ada perempuan lain yang aku sayang. Kamu mau tau apa jawabanku ? " " Apa.. ? " ujar Ines penasaran. " Aku bilang, ya kamu tahu lah jawabannya." ucap Hadi menghela napas kemudian melanjutkan " Dia bilang Ines ? Aku jawab iyaa. Lalu dia ngambek trus bilang, kenapa nga nikah sama dia saja. Ya orangnya menghilang .. " Hadi membetulkan posisi gengaman tangan mereka, walaupun sudah mulai risih karena keringat tapi jemari tangan Ines tetap tidak mau dilepasnya. Kemudian melanjutkan.. " Lalu Lia tanya kalau orangnya ada, trus kamu mau balik sama dia ? Aku ngga jawab, tapi bilang pasti kamu juga udah punya keluargalah. "
" Aku bukan ninggalin kamu mas. Aku ngga tahan lihat Bapak, saat itu rumah sudah digadai ke rentenir, uang habis-habisan, tapi Bapak seperti membiarkan semua itu. Makanya aku pergi.. " lirih Ines dengan mata berkaca-kaca. " Lalu kenapa kamu ngga hubungi aku, kenapa kamu ngga cerita sama aku masalah kamu ! Kenapa mba ? " " Dih, ngapain sorry ya.. " Ucap Ines sambil berusaha mengurai jemarinya, tapi Hadi tidak membiarkan hal itu terjadi, jemari Ines terus digenggamnya. " Maksud kamuu ?? " " Ya iyalah, ngapain aku harus hubungi kamu wong kamu saja ngga anggap aku. Cowok kok murahan, nerima saja didatangin perempuan malam-malam. Hargai aku ngga kamu.." sarkas Ines lalu memalingkan wajahnya. Hadi menarik napas pan
[ Sebenarnya ada masalah dirumah tanggaku mba. Yang jujur akhir-akhir ini aku mulai sudah tidak bisa mentolerir. Lagipula aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi. ] [ Mas, yang namanya rumah tangga itu memang tidak selalu indah, dan orang hidup tidak luput dari masalah. Sudah lah, jangan main api, mau dibawa kemana situasi seperti ini. Kalau memang buat kamu berat, lebih baik seperti dulu, tidak perlu ada komunikasi diantara kita, apa perlu aku blokir nomormu ? ] [ Jangan mba. Aku mohon. Kalau kamu nekat blokir, jangan salahkan kalau aku datangi rumah atau kantor mu. ] # OK, tapi jangan seperti ini ya mas. Kalau mas memang perduli sama aku, tolong jangan jadikan aku sebagai orang jahat disini. Katanya kamu sayang aku ... ketik Ines yang kemudian buru-buru dihapusnya kembali kalimat terakhir #