Dari dulu, aku suka anak kecil. Dan membuatku bercita-cita ingin menjadi seorang guru dan bisa berinteraksi dengan banyak anak kecil yang lucu dan mengemaskan. Dan benar saja, aku berhasil mengajar di salah satu taman kanak-kanak, yang membuat hidupku tak pernah sepi. Tapi saat tahu hamil dan rasanya seperti susah membagi waktu antara kehamilan dan waktu mengajarβaku tak ingin ada resiko kecelakaan kerja. Akhirnya, berdiskusi dengan orang tuaku, mommy dan daddy setuju akhirnya mereka memberi modal dan aku membuka toko roti yang membuatku hanya bekerja santai, tak terlalu banyak bergerakβaku takut kelelahan bisa membuat keguguran.
Semua hanya toko roti kecil dan aku punya karyawan dua yang membantuku mengurus kue. Terkadang mommy datang membantu jika pekerjaan di rumah telah selesai.
Aku mencium aroma roti yang sedang dipanggang, aroma roti juga menjadi alasanku untuk bisa mencium setiap saat dan mempunyai roti sendiri. Aku memakai apron dan masuk ke dapur. Aku melihat Liesel sedang mengeluarkan roti dan over yang besar dan memasukan yang baru. Jika Paula di bangian membuat adonan maka Liesel yang akan memanggang dan aku yang akan melayani di depan, tapi terkadang aku membantu memanggang dan kami bergantian mengerjakan tugas yang lain, agar saling membantu dan menguasai bidang semuanya, jika ada yang tidak masuk maka yang lain tidak akan kewalahan.
"Sudah berapa banyak?"
"Mungkin dua puluhan." Aku mengangguk dan menyusun kue yang sudah Liesel keluarkan dan menghitung. Dalam satu hari kami tidak terlalu banyak produksi takut tidak habis. Karena sayang jika dibuang-buang. Satu hari kami hanya memproduksi sekitar 50-100 kue dengan 5 variasi. Terkadang tidak habis semua tapi sisanya tidak begitu banyak akhirnya kami bagi bertiga atau aku menelpon mommy dan daddy mengambil roti sisa. Berawal dari kecil, aku yakin toko roti ini akan besar nanti. Anakku akan meneruskan usaha ini nanti.
Ini juga alasan aku tak perlu khawatir berpisah dengan Bryce karena aku sudah punya pegangan dan tabungan yang cukup hanya membiayai anakku hingga ia besar nanti dan bisa meneruskan usaha ini.
Aku membawa roti yang sudah disusun dan menyusun ulang di etalase sambil menunggu pelanggan datang membeli untuk sarapan mereka. Sambil menunggu, aku mengambil roti dan duduk di meja sambil sarapan. Biasanya saat semua kerjaan sudah selesai, aku Liesel, dan Paula akan sarapan bersama memakan roti buatan sendiri dan kopi yang kami beli di kedai sebelah. Jika roti cepat habis, maka kami akan pulang cepat.
Jika pulang cepat, aku memilih untuk ke rumah mommy sambil bercerita banyak hal bersama mommy. Karena daddy juga sibuk bekerja. Asher masih sekolah, begitu juga Verena. Kelsea juga sekarang masih kuliah di Indonesia. Sudah dari dulu, Kelsea sekolah di sana tinggal bersama neneknya.
Aku sering pulang ke Indonesia dan aku suka berada di sana, tapi tinggal di sana membuatku sedikit tidak nyaman karena fisikku berbeda dengan mereka yang membuatku terlihat aneh, akhirnya aku memilih tinggal di sini bersama orang tuaku. Padahal, sejak kecil aku dan Kelsea tak bisa dipisahkan selalu melakukan semua hal bersama dan kami selalu kompak. Tapi saat besar kami mengejar cita-cita masing-masing dan tak menyangka aku yang lebih dahulu menikah dari pada Kelsea yang terus mengejar ilmu.
Awalnya Daddy merasa aku terlalu muda untuk menikah. Daddy takut hal seperti ini, tapi aku meyakinkan mereka dan si bajingan itu terlihat sangat meyakinkan tapi saat ia sudah mendapatkan semuanya ia malah mencampakkan aku. Hingga saat ini, aku menyembunyikan fakta, aku berpisah dengan Bryce dan juga aku hamil. Aku takut daddy nekat dan mematahkan semua tulang Bryce. Si bajingan itu bisa saja nekat dan membalas daddy. Percayalah aku ingin hidupku tenang. Aku juga bersyukur selama masa kehamilan, tak ada hal aneh yang kurasakan seperti drama ibu-ibu kebayankan.
"Melamun terus." Aku tersenyum hangat langsung berdiri mencium pipi mommy dan memeluknya. Mommy seperti sumber kekuatanku, hingga membentukku menjadi wanita setegar ini. Jika tanpa mommy, kurasa aku tak bisa lagi berpijak di dunia ini.
Aku langsung mengambil roti, tapi mommy melarang katanya sudah sarapan. Mommy adalah orang yang super sibuk, mengurus rumah, mengurus anak, mengurus suami, beruntung anak-anaknya sudah besar semua.
Saat melihat Liesel sudah selesai aku mengode padanya untuk melayani pelanggan. Aku ingin bercengkrama bersama mommy. Padahal, jika pulang aku juga akan menelpon mommy hingga berjam-jam sampai menunggu daddy protes karena kelamaan bertelpon. Bagaimana mommy dengan antusias membicarakan tanaman yang ia rawat seperti anak sendiri. Rumah mommy penuh dengan bunga dan banyak buah. Dan kami paling senang saat musim buah dan panen. Semua tanaman mommy pasti tumbuh subur dan buahnya melimpah.
"Kelsea bilang minggu depan mau datang." Aku langsung tersenyum senang, tak sabar ketemu saudaraku itu. Walau Kelsea yang sekarang lebih banyak diam daripada Kelsea yang kuingat saat kecil anak yang sengat ceria dan aktif. Tapi aku tetap menyayangi saudariku itu. Saat pernikahanku Kelsea datang, dan ia tidak membawa gandengan. Padahal, aku mengira ia juga akan menyusulku secepatnya tapi sudah satu tahun aku menikah bahkan sudah bercerai kembali dan akan punya anak, tapi Kelsea tak pernah dengar kabar ia akan menikah sepertiku.
"Mommy lihat semakin banyak pelanggan. Mungkin bisa ditambah karyawan dan kalian bisa tambah menu dan bikin tambah lagi. Kan kadang masih pagi udah habis kan?" Aku mengangguk, akhir-akhir ini aju memang memikirkan ini walau lebih banyak tersita memikirkan si bajingan itu dan fokus ke kehamilan. Tapi aku senang, saat di toko seperti ini aku seperti melupakan si bajingan itu dan tak ingat semua kelakuan buruknya. Bryce memangnya dicelupkan dalam neraka saja.
"Atau diskusi dengan suamimu. Siapa tahu dia punya ide yang bagus. Mommy lihat, Bryce punya visi yang bagus tentang sesuatu." Mommy mungkin bisa melihat perubahan raut wajahku. Mungkin bisa memeeah, bisa pucat. Tapi aku tak ingin tahu hubunganku dan si brengsek itu sudah berkahir lama. Si Bryce memang brengsek.
"Iya." Aku pura-pura mengangguk, padahal mengutuk Bryce cepat mati biar aku punya alasan yang kuat jika kami berpisah alam bukan dicampakkan dengan tidak hormat apalagi saat aku tengah mengandung.
"Mommy lihat, kamu seperti hamil. Apa benar kamu hamil?" Oh Tuhan mommy. Kenapa dia bisa tahu? Apa mommy juga bisa mencium hubunganku dan Bryce?
π―π―π―π―π―π―π―π―π―π―π―π―π―π―
Bab 1 turun. Bagaimana suka?
Suka-suka ajalah, biar lanjut ππππ.
Baca ceritaku yg lain sambil nunggu cerita ini update. Ada yg udah tamat dan ada yg masih free.
1. Guten Tag Mommy (Orang tua Skye)
2. Nanny to Mommy
3. I was Never Yours
4. Bukan Pelakor
5. Remuk
6. My Sexy Editor
7. So I Love My EX
8. Unspoken Pain
See youπππ
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k
Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala
"Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den