Share

Bab 18

Author: Nn_Effendie
last update Last Updated: 2025-08-17 22:05:44

"Lagipula tanganku akan gatal jika menyentuh recehan tak berarti itu."

Mata Diana melebar. Kata-kata itu menghantam seperti cambuk.

Amarah menyeruak, napasnya naik turun tak teratur. Namun di balik gejolak itu, sisi lain dirinya seperti tertampar.

Tak berarti?

Recehan itu mungkin tak bernilai bagi Bram. Tapi baginya, recehan itu bagai urat nadi. Nafas. Jalan hidup. Ia hidup karena recehan itu.

Apakah harus menghina sedalam itu?

Ia memang miskin , iya. Tapi ia tidak pernah berhutang. Lebih baik dirinya memeras keringat hingga kering daripada makan dari uang orang. Bukan hasil kerjanya.

"Lalu harus kubayar dengan apa, jika tidak dengan recehan Kumal itu?" tanyanya pelan. Suaranya serak, rendah, hampir patah.

Ia bangkit perlahan mendekati Bram namun tetap memberikan jarak di antara mereka, seolah garis tipis tak kasat mata terbentang diantara mereka. Dan Diana tahu sekali ia melewatinya, dirinya bisa terjerumus ke dalam jurang yang gelap.

Bram menoleh, hanya sedikit. Sorot matanya dingin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 19

    Diana menatap kosong semburat jingga di ufuk timur. Cahayanya yang terang menyorot tepat di wajahnya yang sayu. Kelopak mata kian menghitam dan berkantung. Namun yang lebih lelah pikirannya terus bekerja. Setelah kejadian tadi malam ia tak ingat apapun lagi. Saat terbangun ia sudah ada di kamar tempatnya pertama kali sadar. Kamar.Tercengang. pasti. Terkejut? iya..Ketika hal besar memaksanya untuk melihat."Aku masih bingung," suara Diana pecah. tatapanya tak bisa lepas dari wajah Bram."Sebenarnya apa tujuanmu? mengapa harus aku? Dan jika kau menginginkan Reza, bukankah kau bisa dengan mudah mendapatkannya? kau tidak terlihat seperti orang miskin."Kalimat itu meluncur deras. Diana tak mampu lagi menahan semua pertanyaan yang mengganjal dadanya. Ia mengeluarkanya sekaligus, memaksa Bram untuk menjawab."Dan siapa kau? aku tidak mengenalmu. Dari mana kau tahu tentang hidupku? kanapa kau menolongku? kenapa kau mengajakku bekerja sama?"Bram hanya tersenyum tipis, senyum itu sama sek

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 18

    "Lagipula tanganku akan gatal jika menyentuh recehan tak berarti itu."Mata Diana melebar. Kata-kata itu menghantam seperti cambuk.Amarah menyeruak, napasnya naik turun tak teratur. Namun di balik gejolak itu, sisi lain dirinya seperti tertampar.Tak berarti?Recehan itu mungkin tak bernilai bagi Bram. Tapi baginya, recehan itu bagai urat nadi. Nafas. Jalan hidup. Ia hidup karena recehan itu.Apakah harus menghina sedalam itu?Ia memang miskin , iya. Tapi ia tidak pernah berhutang. Lebih baik dirinya memeras keringat hingga kering daripada makan dari uang orang. Bukan hasil kerjanya."Lalu harus kubayar dengan apa, jika tidak dengan recehan Kumal itu?" tanyanya pelan. Suaranya serak, rendah, hampir patah.Ia bangkit perlahan mendekati Bram namun tetap memberikan jarak di antara mereka, seolah garis tipis tak kasat mata terbentang diantara mereka. Dan Diana tahu sekali ia melewatinya, dirinya bisa terjerumus ke dalam jurang yang gelap.Bram menoleh, hanya sedikit. Sorot matanya dingin

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 17

    "Karena Tuan ingin membalasnya sendiri. Pria itu juga mengambil harta berharga yang selalu Tuan jaga baik-baik.""Ck! jelaskan yang detail apa tidak bisa? kau sama saja dengan majikanmu itu." Gerry menggerutu kesal sambil menenggak wine langsung dari botol. Ia bahkan tidak tahu siapa pemilik minuman itu, tapi rasanya cukup segar untuk sedikit meredakan amarahnya.Giyo tidak langsung menjawab. Tatapanya bergeser pada Bram, seolah meminta restu untuk melanjutkan cerita."Ceritakan saja," sahut Bram datar, "asal anjing itu berhenti menggonggong."Gerry yang sejak tadi meneguk minuman sontak tersedak. Matanya melotot pada Bram."Kau menyebutku apa? Anjing? Sialan kau, Bram!"Bram tak menanggapi umpatan itu. Ia memilih berbalik dan melangkah pergi, menyisakan Gerry dan Giyo yang kini saling berhadapan."Lanjutkan," desis Gerry, menahan kesal di dadanya.Giyo mengangguk pelan."Seperti yang anda tahu, kematian Nyonya karena dua pembunuh itu. Satu sudah mati, tersisa satu lagi." Ia menarik

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 16

    "Lakukan saja tugasmu."Bram kemudian menoleh kearah Maria. "Panggil saya jika sudah selesai." Usai mengatakan itu Bram meninggalkan ruangan yang masih tegang. Gerry masih menatap tanganya yang penuh darah, sedangkan Giyo diam tak tahu harus apa. Namun akhirnya, Maria buka suara. "Tadi, Tuan datang menggendong wanita itu dalam keadaan tak sadar." Maria mendekat, menatap penuh prihatin Diana. "Wanita itu sudah seperti itu, ketika saya membersihkan tubuhnya ia nampak seperti habis di lecehkan, karena..." "Karena apa?" Gerry menyela ucapan Maria, penasaran. Maria ragu, juga bingung untuk menyampaikan kebenaran, hingga satu tarikan napas di iringi kalimat lain menggemparkan keadaan. "Celana Wanita itu tak terpasang sempurna, Dok. Resleting rusak dan kaos yang dikenakan penuh darah dan tanah. Selain itu juga robek." Giyo dan Gerry saling pandang, Kemudian kompak menatap Diana. Wanita itu bahkan tak terbangun saat di bicarakan secara langsung, dan suara mereka juga tak kecil. "Kepala

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 15

    "Dokter Gerry, sejak kapan anda disana?" Giyo dan Bram serempak menoleh ke arah pria necis lengkap seragam dokter melekat di tubuhnya. Bersandar pada kusen pintu, bersedekap dada. "Sejak kalian menyebut wanita itu." Dokter Gerry mendekat. "Siapa wanita sial yang terjebak dalam dendam-mu itu Bram?' Dokter Gerry menjatuhkan diri di sofa, mendesah panjang saat rasa empuk menyapa tubuhnya. Bram yang melihat itu mendengus. "Bukan urusanmu." "Dokter, bukankah anda masih ada jadwal operasi pasien? mengapa sudah ada di sini?" tanya Giyo kebingungan. Sebagai seorang ahli bedah. Gerry seringkali dibuat kelimpungan karena banyaknya pasien yang harus di tangani. Sedangkan beberapa saat lalu ia mengkonfirmasi tak bisa datang cepat. Namun kini pria itu telah berada di tempat bosnya daripada menyelamatkan pasien. "Hmm. Aku ingat pernah hampir mati kehilangan nyawa karena telat 5 menit saat itu. Aku tidak mau mengulang kejadian serupa." Dokter Gerry menatap Bram dengan alis terangkat. Pria di

  • KU BAYAR HUTANG SUAMIKU dengan TUBUHKU   Bab 14

    Setibanya Bram di kamar. Ia membaringkan tubuh Diana yang kurus kering menyisakan tulang dan kulit ke atas ranjang. Tubuh wanita itu terasa dingin di pelukannya. Mungkin karena kehabisan cukup banyak darah. Jarinya menyingkap helaian rambut yang menutupi wajah tirus itu, sedikit sulit karena lengket bercampur darah yang mengering. Bram terpaku pada wanita yang kini terbaring kayaknya mayat. Sedikitpun tak ada pergerakan bahkan jika tak di lihat dengan jeli orang akan mengira wanita itu telah mati. Tok Tok. Ketukan pintu mengalihkan atensi. Ia menatap kearah kepala pelayan yang datang membawa baskom air dingin dan p3k. "Masuk." Maria, Wanita renta yang telah bekerja berpuluh tahun denganya itu sedikit menunduk, meletakan baskom diatas nakas. Lalu berdiri di samping Bram menunggu perintah. "Kau sudah memanggil Dokter Gerry?" "Sudah Tuan. Tetapi Dokter Gerry tidak bisa segera datang karena..." "Apa?" Maria ragu untuk menjawab namun akhirnya membuka suara. "Dokter Gerry masih a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status