RAGILSebelum aku bertanya lagi, Susi sudah membalikkan badan. Ia berjalan sambil pegangan pada tembok. Pelan sekali bikin aku gemas."Kalau sakit, gak usah pengen macam-macam. Istirahat saja!"Akhirnya aku harus memapahnya juga. Daripada jatuh nanti bingung ngangkatnya. Badannya berat banget."Kalau mau apa-apa, panggil bi Enah. Bilang saja perlu apa!"Sambil membantunya tidur, aku tetap ngomel. Hawanya emang pengen marah aja sama Susi. Rasa sayang yang dulu itu entah pergi ke mana. Berganti kesal dan tak ingin dekat-dekatan.Bukan karena cinta aku bertahan dengannya. Aku hanya takut dia gila atau bunuh diri kalau diceraikan. Nanti beritanya jadi viral. Aku juga yang disudutkan.Setelah Susi berbaring aku keluar untuk memanggil bi Enah. Biar dia yang melayani keperluannya. Aku ingin kembali santai.Belum lagi duduk di sofabed, panggilan masuk. Ternyata dari Bejo, anak buah yang kusuruh mengintai Tiara. Aku melotot saat mendengar berita darinya.Tiara sedang ada di restoran bersama Za
RAGILCoba saja kalau ada yang berani akan kuhajar sekalian. Kalaupun ada yang ngajak adu jotos, akan kuladeni. Memang sedang butuh pelampiasan, jadi tak takut resiko ke depan. Saking kesal aku mendorong Tiara masuk ke dalam mobil. Dia meringis ketika tubuhnya tersuruk ke jok sopir.. Ia mengelus-elu lengan dan bahu bagian kanan. Sakit mungkin sebab tadi dorongan memang agak keras. Biar aja, anggap itu balasan bagi wanita tukang selingkuh. Untung aku tidak berbuat kasar lebih padanya. Tapi, aku akan memberikan hukuman yang lebih menyakitkan daripada pukulan fisikSepanjang jalan kami tidak ada yang bicara. Mungkin dia takut akan kemarahanku atau memang enggan memberikan pembelaan diri. Apapun yang akan dijelaskan, aku tidak akan percaya. Persepsiku sudah sangat buruk pada mereka berdua sebab memang begitu adanya*Aku menghukum Tiara dengan menguncinya di dalam rumah. Dia dan bi Eti tak boleh keluar meski untuk belanja. Biar Bejo yang pasok semua kebutuhan mereka.Selama seminggu aku
Aku diisolasi total oleh Mas Ragil seminggu lamanya. Bahkan pria itu tidak datang sama sekali. Hanya Bejo yang bolak-balik mengantarkan kebutuhan kami.Kami tak mungkin meminta bantuan Bejo Sebab dia adalah kaki tangan mas Ragil. Pastilah akan dilaporkan apapun yang aku kerjakan. Asupan uang dari bosnya itu pasti bikin Bejo loyal banget. Mas Ragil 'kan royal orangnya.Mungkin dulu Susi sampai tergila-gila karena dikucurkan dana fantastis. Pantaslah rela jadi istri kedua. Kalau mas Ragil kere mana ada yang mau sama dia. Hanya seorang Tiara yang menerima apa adanya. Bi Eti sudah uring-uringan sebab tak terbiasa diam di rumah lama-lama. Acara gosip dengan pelayan di rumah sebelah jadi terhambat. Maklumlah jiwa kepo tentang gosip baru melebihi tingginya gunung Himalaya. Jadi sangat perlu untuk disalurkan.Kadang hasil pergosipan itu disampaikan padaku. Tentang suami jeng Erin yang suka booking salome. Ada juga tentang perang dunia ke sembilan suami istri di rumah majikan bi Iyum.Aku pun
TIARA"Iyalah, Bu. Kita ikut cari nafkah sebab kurang. Lah, dia enak-enakan selingkuh. Mending kasih buaya burungnya!"Suara bi Eti tidak keras, tapi terasa mengerikan. Aku sampai memegangi perut mendengar omongan bi Eti selanjutnya. Ternyata perempuan yang penampakannya lembut itu ganas pikirannya. Bisa dibilang mengarah pada psikopatlWanita kadang terlihat lemah di luar, tapi aslinya ada yang kuat dan garang. Dia bisa menyimpan sakit hati sampai batas tertentu, kalau sudah puncak bakal meledak.Perempuan adalah mahluk yang akan lama mengingat sebuah memori. Ia diam, tapi kenangannya takkan dilupakan seumur hidup. Bahkan, perbuatan paling kecil sekalipun akan diingatnya. Tapi, wanita adalah mahluk yang akan sangat penurut jika dierlakukan sangat baik. Ia bisa memberikan balasan paling baik atas sebuah perlakuan istimewa. Begitu pula sebaliknya. Akan berbuat buruk, apabila diperlakukan seenaknya. Mas Ragil bukti nyata laki-laki yang mudah melupakan kebaikan istrinya. Ia tak ingat
TIARAAku mengirim pesan pada Zay agar mengangkat telpon. Deg-degan juga takut tiba-tiba mas Ragil datang. Meski sudah ada bi Eti yang berjaga, tetap saja rasa takut itu ada.Masalahnya mas Ragil sekarang sedang seperti serigala lapar. Takutlah kalau sampai main kekerasan. Bisa-bisa wajahku yang udah glowing ini jadi cacat. Ih, enggak banget."Ada apa bunda Cantik?"Aku nyerocos tanpa titik koma soal pembatalan perjanjian. Pria di ujung telpon itu mendengarkan tanpa menyela sedikitpun."Sudah ngomelnya? Oh, ya Ragil.mukul kamu, gak?""Enggak, alhamdulilah. Ayo, mas kasih solusi!""Syukurlah, aku gak perlu beli daster buat Ragil, rugilah ngeluarin uangnya juga!"Ya, ampun ini orang. Aku sudah panik dan kebat-kebit, dia malah bercanda. Kalau gak ingat dia itu pengacara, udah kumarahi sekarang juga."Mas, cepet!""Tenang, dong, Sayang. Kalau mau nikah sama aku, harus udah ada surat jendes dulu. Aku gak mau dibilang pebinor, eh!" "Maaaas!"Akhirnya kesabaranku hilang. Dan orang menyebalk
RAGILJantungku kayak copot mendengar kata-kata Tiara tentang gugatan cerai. Apa otaknya berubah miring saking jiwa tertekan. Aku jadi merasa bersalah kalau tekanan jiwa disebabkan hukuman satu bulan ini..Sepertinya aku terlalu keras menghukum Tiara. Dia harus ditenangkan agar tak lagi bicara aneh. Duh, kasihan sekali istriku ini. Dasar kamu sableng Ragi!Aku melingkarkan tangan sambil merapatkan tubuh pada Tiara. Kehangatan pelukan ini pasti akan mengalirkan ketenangan bagi jiwanya."Sayang, maafkan, ya karena Mas jiwamu jadi terguncang. Sekarang kita mulai lagi dari awal. Saling mencintai dan kembali seperti dulu lagi."Aku mendekap Tiara erat. Kurasakan detak jantungnya bertalu cepat. Mungkin itu perlambang bahagia karena kesalahannya telah dimaafkan dan aku siap memulai kehidupan lebih baik.Anggap saja perselingkuhan Tiara dengan Zay tidak pernah terjadi. Mungkin mereka sedang khilaf saat itu. Aku juga tidak bisa membenci Tiara meski sudah melakukan kesalahan besar, yaitu berkhi
RAGILPanggilan sidang dari pengadilan agama kini sampai ditanganku. Kutatap nanar baris demi baris teks yang tertera di dalamnyaAku tak mau percaya bahwa ini adalah gugatan cerai dari Tiara. Aku ingin yakin sekarang sedang bermimpi. Dan esok akan bangun dengan keadaan Tiara masih di sisiku.Tapi ini nyata. Jelas tertera di sana kalimat berisi panggilan sidang pertama untukku dan Tiara. Aku seperti diempas ke dalam jurang, gelap dan tak tahu di mana ujungnya. Meski aku menolak gugatan cerai di sidang pengadilan, tetap saja tak akan menang. Paling hanya bisa mengulur waktu. Lelah iya, menang tidak. Sekali lagi aku merutuki diri. Sesal sudah tiada guna. Sekarang tinggal tunggu waktu ditinggalkan Tiara."Mas, minum dulu teh jahenya!"Susi meletakkan teh jahe hangat pesananku. Lepas itu langsung pergi. Kubiarkan saja dia berlalu sebab memang sedang tak mood ngobrol. Yang ada nanti sikapku makin ketus padanya. Aku kembali asyik dengan lamunan. Terlintas kilasan masa lalu saat aku menge
Sekeras apapun mas Ragil membujuk untuk membatalkan gugatan, aku bergeming. Keputusan untuk berpisah darinya sudah bulat. Aku tidak bisa hidup dengan lelaki yang tak menghargai pernikahan dan wanita. Mudah melupakan pengorbanan dan bakti seorang istri Wanita berharga jika memiliki fisik sempurna di sisinya. Ketika tubuhnya sudah tak sedap dipandang mata hilanglah harganya. Hal tersebut sudah terbukti dengan melihat bagaimana perlakuanya padaku dan Susi saat kami memgalami dua fase cantik dan jelek. Jika tidak diberi pelajaran, selamanya tidak akan memahami arti kedudukan wanita. Biar saja Mas Ragil berpikir dan merenungkan kesalahan di masa lalu. Juga merasakan sakitnya diabaikan begitu oleh orang yang dicinta. Tanpa aku di sisinya, masih ada Susi yang setia menemani. Semoga saja dia tidak Mengulangi kesalahan yang sama pada istri keduanya itu. Kalau tidak, bersiap saja Susi akan melakukan hal sama sepertiku.Tentang harta sepuluh persen yang tidak kudapatkan, tak masalah. Dua pulu