Share

KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA
KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA
Author: Triyani Soeyatno

BAB 1

last update Last Updated: 2024-04-02 06:18:49

Bab 1

Mataku membulat sempurna menatap ponsel yang ada di tanganku. Saat ini aku tengah melihat sebuah video yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Dalam video itu tampak suamiku––Mas Iqbal dan teman-teman seprofesinya yang masih mengenakan seragam PNS sedang berada di sebuah kafe.

"Pak Iqbal mukanya kusut banget, kayak baju yang belum disetrika. Setiap kali mau pulang, pasti deh mukanya kelihatan bete. Emang kenapa sih, Pak?" tanya salah satu teman Mas Iqbal.

"Sebenarnya saya malas pulang, Pak. Nggak betah saya di rumah, soalnya yang di rumah itu makin lama makin kelihatan kucel, mana bau amis lagi."

Deg!

Aku sangat terkejut mendengar jawaban Mas Iqbal. Apa maksudnya dia bicara seperti itu?

"Emangnya sebau apa sih istrinya, sampai Pak Iqbal ilfil begitu," sahut teman Mas Iqbal yang lain.

"Pokoknya bau banget, Pak. Kalian pasti nggak akan sanggup deh, dekat-dekat sama istri saya. Setiap hari dia 'kan pegang ikan dan telur terus. Baunya itu bikin mual, saya aja sampai mau muntah kalau dekat lama-lama sama dia," ungkap Mas Iqbal dengan ekspresi jijik.

Ya Allah, jadi seperti ini kelakuan Mas Iqbal di belakangku. Tega sekali dia menggunjing dan menjelek-jelekkan aku di depan teman-temannya.

Refleks kucium baju dan badanku sendiri. Apa benar, aku bau amis seperti yang dikatakan oleh suamiku barusan?

Tidak! Mana ada tubuh dan pakaianku bau amis. Walaupun hampir setiap hari aku berkecimpung dengan bahan pembuatan empek-empek, tapi bukan berarti badan dan bajuku jadi bau amis. Tentu saja karena aku selalu berusaha menjaga kebersihan.

"Istrinya suruh mandi kembang, Pak, biar wangi," celetuk teman Mas Iqbal sambil terkekeh. Sungguh, ingin rasanya kusumpal mulutnya yang busuk itu.

"Emangnya Pak Iqbal nggak mampu beliin minyak wangi buat istrinya?" sahut yang lain seolah sengaja menyiram bensin diatas api yang sedang berkobar.

"Keteknya bau juga nggak, Pak?" kelakar yang lain diiringi gelak tawa.

"Jangankan ketek. Nafasnya aja bau banget!" seru Mas Iqbal yang membuatku semakin meradang.

Tanganku terkepal, dadaku naik turun karena aku begitu emosi mendengar kalimat demi kalimat penuh hinaan yang sangat menyakiti hatiku.

Kurang ajar mereka semua, laki-laki bermulut sampah. Padahal mereka adalah seorang guru yang harusnya bersikap baik dan menjadi teladan. Apalagi Mas Iqbal, suami macam apa dia? Bisa-bisanya aku mendengar kalimat penuh hinaan dari mulut suamiku sendiri. Seseorang yang selama ini paling dekat dan paling aku sayang karena hanya dia yang aku miliki setelah kedua orang tuaku meninggal.

Apa sebenarnya maksud dan tujuan Mas Iqbal berkata seperti itu? Dia menghinaku, meledekku, dan merendahkan harga diriku dengan menjadikan aku bahan olok-olok di depan teman-temannya. Bukankah seharusnya seorang suami tidak melakukan hal seperti itu? Apa pantas seorang suami menggunjing istrinya sendiri di depan orang lain?

"Tapi kok Pak Iqbal masih ngasih izin Bu Melati buat jualan empek-empek? Kan sekarang Pak Iqbal udah jadi PNS, emang nggak malu istrinya masih jualan jajanan kayak gitu?"

"Sebenarnya saya malu, Pak. Tapi mau bagaimana lagi kalau dia maunya begitu. Saya udah larang tapi dia masih kekeuh mau jualan, katanya lumayan buat tambah-tambah. Ngeselin banget 'kan punya istri kayak gitu."

Oh, jadi selama ini Mas Iqbal malu aku jualan empek-empek? Oke, kalau begitu mulai besok aku nggak akan jualan lagi. Kita lihat saja, apa kamu bisa menanggung semua biaya kebutuhan sehari-hari kita.

Ya, selama ini aku bekerja banting tulang dengan berjualan empek-empek bukan tanpa sebab. Itu karena aku harus menanggung biaya hidup kami sehari-hari. Sedangkan gaji Mas Iqbal selalu diberikannya pada ibu dan adik perempuannya yang saat ini masih kuliah.

Lalu aku harus bagaimana? Apa harus diam saja tanpa melakukan apapun demi dapur bisa selalu ngebul? Bukannya berterima kasih karena aku sudah berusaha meringankan bebannya, dia malah menghina dan merendahkan harga diriku.

Mungkin sekarang karena sudah merasa hebat, Mas Iqbal merasa malu dengan pekerjaanku sebagai penjual jajanan khas Palembang. Tapi apa dia lupa, siapa yang bekerja keras banting tulang demi membiayai kuliahnya agar karirnya bisa naik jenjang?

Dasar suami tak tahu diri. Apa ini yang dinamakan kacang lupa kulitnya?

Sungguh aku tak habis pikir dengan kelakuan Mas Iqbal. Tapi jangan harap aku akan diam saja diperlukan seperti ini. Akan aku perlihatkan sisi lain dari seorang Melati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Renjana Djiwa 🦋
suami tidak tahu diri
goodnovel comment avatar
王瑞
Suami tidak tau diri
goodnovel comment avatar
Isabella
suami keparat ....semoga dpt karma imbas ke adiknya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 102

    Sudah kuduga, setelah istri Mas Bima tahu kebenaran tentang Yumna, Mas Bima pasti akan langsung menemuiku. Aku tidak tahu bagaimana Mas Bima bisa menemukanku. Aku sengaja tidak muncul di kedai cabang baru, karena aku takut Mas Bima akan mendatangiku ke sana. Namun, ternyata menghindari tempat itu tak bisa menjamin aku akan aman dari Mas Bima. Semakin aku menghindar dari Mas Bima, justru aku makin mudah dipertemukan dengan laki-laki itu."Aku udah nyari kamu kemana-mana," ucap Mas Bima padaku. "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."Aku menatap Mas Bima dengan penuh waspada. "Kamu mau tanya soal anakku lagi?""Anak kamu? Anak itu bukan cuma anak kamu 'kan, tapi anakku juga. Aku nggak impoten! Aku masih bisa punya anak!" seru Mas Bima.Aku segera menghubungi Mas Iqbal dan memberitahu tentang pertemuanku dengan Mas Bima. Aku bergegas mencari tempat yang ramai untuk berbicara dengan Mas Bima untuk mencegah Mas Bima melakukan ha

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 101

    Kupikir, aku sudah berhasil lepas dari Mas Bima. Tapi entah kenapa, sampai saat ini bayang-bayang Mas Bima masih saja mengusikku.Aku datang ke kedai hanya untuk memberikan makan siang, tapi aku justru mendapat kejutan tak terduga. Begitu sampai di sana, aku langsung disambut oleh seorang wanita dengan wajah yang cukup familiar"Aku baru aja mau menghubungimu," ujar Mbak Ratih. "Kamu urus dulu tamu kamu."Aku mematung di pintu. Wanita yang menatapku saat ini tak lain ialah istri baru Mas Bima."Bisa kita bicara sebentar?""Ada perlu apa, ya?" tanyaku dengan wajah sedatar mungkin. Mana bisa aku menyambut tamu tak diundang itu dengan wajah ramah. Aku tidak mau berhubungan lagi dengan Mas Bima, tapi orang-orang di rumah Mas Bima justru terus mendatangiku."Ada hal penting yang ingin saya bahas."Mas Iqbal dan Ibu ikut duduk di dekatku. Istri baru Mas Bima itu tetap melanjutk

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 100

    "Anak Mas Arul sakit apa? Sekarang keadaannya gimana?" Pertemuanku dan Mas Arul tak berhenti sampai di sini. Kami berbincang banyak, membahas tentang kondisi keluarga Mas Arul. Ternyata memang benar, kehidupan Mas Arul masih belum berubah. Bahkan, Mas Arul makin kesulitan mencari nafkah setelah memutuskan berhenti menjadi kaki tangan Juragan Basri. Sampai saat ini, Mas Arul dan Mbak Lia masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka bahkan kesusahan mengumpulkan keuntungan dari hasil berjualan di pelabuhan. "Jualan di pelabuhan sekarang susah, Mbak. Ada banyak pesaing, ditambah minat pembeli yang makin berkurang. Saya sampai nggak mampu bawa Roni ke dokter," ungkap Mas Arul dengan wajah sendu. Mendengar cerita Mas Arul membuatku iba dan tak tega. Setelah memberikan empek-empek, aku pun menawarkan diri untuk mengantar Mas Arul pulang. Aku ingin bertemu dengan keluarga Mas Arul,

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 99

    "Jangan ngomong sembarangan ya, Mas! Anakku sama sekali nggak mirip sama kamu!"Aku makin panik. Aku tidak akan membiarkan Mas Bima tahu soal Yumna."Ini anak aku sama Mas Iqbal. Anak ini nggak ada hubungannya sama kamu!" tegasku."Berapa umur anak ini? Udah berapa lama kamu nikah sama Iqbal?" tanya Mas Bima.Aku segera pergi meninggalkan Mas Bima tanpa menjawab pertanyaan darinya. Kalau Mas Bima tahu aku baru menikah dengan Mas Iqbal beberapa bulan lalu, jelas Mas Bima akan langsung paham kalau Yumna bukanlah anak Mas Iqbal."Nayna, aku belum selesai bicara sama kamu!" seru Mas Iqbal."Aku sama kamu udah nggak punya urusan apa-apa lagi. Aku sama kamu udah punya kehidupan masing-masing, jadi tolong jangan ganggu ketenangan aku lagi!"Hari ini mungkin aku bisa melarikan diri dari Mas Bima. Namun, jika nanti aku sampai bertemu dengan Mas Bima lagi, mungkin aku tidak akan bisa kabur.

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 98

    Mas Bima terus menatap ke arah putriku. Mungkinkah Mas Bima sudah mulai curiga? Tapi Mas Bima tidak mungkin bisa langsung tahu kalau Yumna adalah anaknya. Mas Bima tidak tahu bagaimana kabarku, jadi Mas Bima juga tidak akan tahu kalau aku mengandung anaknya setelah kami berpisah."Kamu kabur dari Juragan Basri, ya? Kamu lebih memilih suami miskin, makanya sekarang kamu kerja di kedai kecil kayak gini?" cibir Mas Bima padaku."Siapa yang kamu sebut suami miskin?" sentak Mas Iqbal, "sekarang kedai ini memang masih kecil, tapi aku akan membuat kedai ini menjadi besar sesegera mungkin.""Kedai ini punya suamiku, Mas," ungkapku, "memang suamiku belum jadi juragan, tapi aku akan menemani suamiku sampai bisa jadi seorang juragan."Mas Bima membelalakkan mata. Setelah mengejekku, Mas Bima pasti terkejut saat tahu kalau kedai empek-empek ini adalah milik suamiku."Bima, kamu ngobrol sama siapa?"Seseorang tib

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 97

    Tawaranku mendapat sambutan baik dari Mbak Ratih. Mulai hari ini, Mbak Ratih akan menjadi pegawai di kedai empek-empek yang baru saja aku buka di Tangerang.Mas Iqbal mendukung penuh keputusanku, dan ikut membantu menyediakan tempat tinggal bagi Mbak Ratih untuk sementara waktu. Mbak Ratih akan menjadi orang kepercayaanku untuk mengurus cabang-cabang kedai yang ada di wilayah Tangerang."Bu, udah siap belum? Ayo, kita harus berangkat ke kedai sekarang," ajakku pada Ibu.Hari ini, aku dan Mas Iqbal akan pergi ke kedai empek-empek bersama dengan Ibu dan Yumna. Karena kedai yang kami buka di Tangerang masih sangat baru, jadi aku dan Mas Iqbal harus memberikan perhatian khusus sampai kedai kami memperoleh angka penjualan yang stabil. "Yumna, hari ini bantuin Mama jaga kedai, ya? Kita bantu Tante Ratih jualan empek-empek," ocehku pada putriku.Untuk menebus rasa bersalahku pada Yumna karena aku terus sibuk selama bebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status