"Kamu tahu nggak kalau jengkol itu dibenci karena aromanya, tetapi dicintai karena rasanya?" Mas Ilham terus mengikuti Yumna yang terburu-buru menuju masjid sebelum didapat oleh kamera CCTV alisa Bu Wenda dan antek-anteknya."Dia seperti kamu loh, Yum. Kamu dibenci orang karena fitnah dari Bu Wenda, tetapi dicintai karena pribadimu yang baik!" teriak Mas Ilham ketika Yumna menambah kecepatan sepedanya.Bagaimana mungkin Mas Ilham menganggap Yumna sama dengan jengkol yang bahkan gadis itu belum pernah mencicipinya. Tiba-tiba dia terjatuh karena menabrak batu besar membuat Mas Ilham mendekat hendak menolongnya, tetapi Yumna tidak mau menerima uluran tangan itu.Dia lebih memilih menahan sakit daripada harus menyentuh tangan yang tidak halal baginya apalagi tangan itu milik Mas Ilham, seseorang yang pernah ada di masa lalunya.Menurut Yumna, lelaki itu sudah tidak waras lagi karena masih mengganggu perempuan yang sudah bersuami. Bagaimana jika orang lain melihatnya menerima uluran tangan
Perputaran waktu tidak terasa bagi mereka yang sibuk dengan banyak urusan. Seperti Yumna yang saat ini mengenang empat puluh hari kepergian Syahdu. Siapa yang bisa menduga gadis itu pergi begitu cepat di usia pernikahannya yang belum genap satu bulan?Ajal adalah takdir yang tidak bisa diubah. Semakin bertambah umur di dunia, maka sesungguhnya semakin dekat dengan kematian. Yumna mendesah berat karena selalu takut jika sudah teringat ajal.Bukan dia tidak mau mati dan meninggalkan dunia yang fana, tetapi masih belum yakin bekalnya cukup untuk menghindari siksa kubur. Begitu banyak ceramah yang dia dengar tentang beratnya siksa kubur sehingga hatinya terus merintih dalam malam-malam yang pekat."Dalam sujudku berdoa, dalam tangisku menyesal. Astaghfirullah bukalah pintu taubat-Mu...." Alunan musik itu mengalun merdu dalam kamar Yumna.Air mata gadis itu terus menetes mengingat selama ini kurang dekat kepada Allah. Dia mendapat ujian, tetapi terkadang masih mengeluh padahal tahu bahwa A
"Mbak, kamu siapa? Aku menunggu sudah lima belas menit, tetapi belum bicara sepatah kata pun." Yumna melipat kedua tangan di depan dada karena sudah lelah menunggu.Pasalnya banyak pekerjaan lain yang harus dia lakukan, sementara gadis di hadapannya belum membuka mulut sama sekali. Yumna pun menyerah setelah menunggu dua menit lagi. "Maaf, Mbak, ini bukan piala dunia yang ada extra time kalau skornya seri. Jadi silakan keluar kalau tidak ada kebutuhan soalnya aku mau masak, nyapu, ngepel, nyuci.""Aku butuh, Mbak." Akhirnya gadis itu membuka suara."Butuh apa?""Suamimu." Dia pun tersenyum tanpa rasa bersalah.Yumna yang semula santai langsung tegang. Gadis di hadapannya tidak dia kenali sama sekali, kemudian datang mengaku membutuhkan Gus Hanan? Selain penampilannya yang terbilang seksi karena memakai rok mini dan baju lengan pendek, dia juga memiliki rambut dua warna yakni kuning dan ungu.Kalau penampilan seperti ini, seharusnya mencintai lelaki yang entah hobi basket atau balapan
Yumna resah karena Gus Hanan hanya pulang makan siang, lalu kembali ke masjid soalnya hari ini banyak santri yang hadir dan menyetorkan hafalannya. Yumna sudah mencoba untuk berbicara, tetapi Gus Hanan bilang untuk menundanya sampai sore nanti.Siang ini pun dia tidak bisa tidur karena pikirannya merajalela ke mana-mana. Yumna ingin cerita pada sang ibu juga tidak bisa karena Bu Dahlia harus tidur siang karena tadi malam terlalu sibuk menonton Indonesia's Got Talent.Pintu rumahnya terketuk pelan berulang kali, mau tidak mau Yumna harus bangun dan melangkah cepat ke depan. Dugaannya benar, Cybele datang lagi untuk ke tiga kalinya dan sekarang sudah pakai gamis."Jilbabnya ke mana, Saibel?""Terbang ke Argentina, Mbak nyari Paulo Dybala."Yumna memutar mata, dia sama sekali tidak tahu siapa Paulo Dybala yang gadis itu sebut. Tanpa permisi, gadis itu malah mendesak untuk masuk ke rumah Yumna dan duduk di kursi yang sama dengan sebelumnya.Memang Yumna sedang kesepian, tetapi kalau tamun
Gus Hanan pulang ke rumah pukul tiga sore, jadi ada waktu bercerita padanya selama setengah jam. Yumna langsung memanfaatkan kesempatan itu dengan menarik tangan suaminya ke depan televisi."Dek, mas mau ngomong sama kamu."'Yah, keduluan lagi!' batin Yumna sedikit kesal, tetapi bukan berarti marah pada suaminya."Ngomong apa, Mas?""Tepatnya cerita, sih. Mas butuh saran kamu sebagai perempuan."Yumna langsung merasa was-was karena takut kalau Cybele nekat menemui Gus Hanan dan menyatakan cintanya. Bagaimana jika itu terjadi dan malah diterima, tetapi butuh izin darinya?"Tadi kan Farhana, Santi sama Maryam itu ribut bahkan ketawa saat proses belajar. Mas sudah hukum, tetapi mereka merasa tidak berat gitu. Menurut kamu mas harus ngapain?""Serahkan sama aku, Mas. Sepertinya kalau perempuan kayak gitu ya memang butuh bicara dari hati ke hati.""Kalau gitu, abis salat asar kamu ikut ke masjid untuk sholat sekalian ngajar di sana. Kalau nanti mereka tetap ribut dan cari masalah, mungkin
Pukul lima sore, mereka sudah membaca doa kafaratul majelis, lalu pulang ke rumah masing-masing. Gus Hanan langsung menghampiri istrinya yang sedang berbicara dengan seorang perempuan yang tidak dia kenali."Dek, kenapa?""Assalamualaikum, Ustadz," sapa Cybele dengan sangat santun."Wa'alaikumussalam. Ada yang bisa dibantu?"Cybele mengangguk manja membuat Yumna ingin menjitak kepalanya. Lihatlah dia datang dengan memakai gamis panjang dan jilbab segitiga, tetapi masih menampakkan rambut poni andalannya."Aku mau Ustadz jadi imamku.""Maaf, aku sudah sholat. Permisi."Gus Hanan menarik tangan istrinya menjauh dari sana karena menduga Cybele adalah gadis yang kurang waras. Sekalipun penampilan rapi dan berkelas, tidak menutup kemungkinan kalau orang itu memiliki kelainan jiwa.Dalam perjalanan pulang, Gus Hanan menyanyikan lagu nasyid sehingga Yumna tidak bisa bicara dengan suaminya. Dia harus memanyunkan bibir sampai di depan rumah.Waktu yang tepat, lelaki itu kini duduk santai di ru
Kejadian yang sama pada hari ke dua. Setelah Gus Hanan berangkat ke masjid, Cybele kembali datang. Hari ini dia memakai rok sebetis dan baju lengan panjang, tentu tanpa memakai jilbab.Suka atau tidak, Yumna harus menerima tamu yang sangat istimewa itu atau dia tidak akan berhenti meneriakkan nama Gus Hanan. Selain karena malu, Yumna juga ingin mengajarinya untuk menghargai Gus Hanan sekalipun umur mereka tidak beda jauh.Cybele mengubah posisi duduk menjadi lebih anggun ketika Yumna keluar membawa secangkir teh. Dia tidak boleh kesal dan harus terlihat santai atau Cybele akan menganggapnya sebagai saingan yang paling mudah dikalahkan."Gimana, Mbak? Suami kamu kayaknya gak tertarik sama aku atau dia gak pekaan?"Yumna menarik sudut bibir ke samping. Apa iya dia harus menjadi jahat?"Dijawab, Mbak," desak Cybele membuat Yumna sedikit merasa ilfeel karena ulahnya yang seperti ulat bulu."Suamiku emang kek gitu.""Alhamdulillah.""Lah, kok?""Yaiya, Mbak. Cinta memang butuh perjuangan u
Cybele memang seseorang yang nekat, dia bahkan sengaja menunggui Gus Hanan selesai mengajar di masjid. Tepat pukul sebelas lewat sepuluh menit, semua orang sudah pada pulang. Gus Hanan melangkah mendekati motornya dan menoleh ketika mendengar suara teriakan."Ustadz, tolong!" Cybele mengatup kedua tangan di depan dada seperti orang yang memohon pada umumnya."Tolong apa?""Ustadz, aku ini gadis yang kehilangan arah dan butuh bimbingan. Mbak Yumna sudah tahu ceritaku, maka aku memohon izin sama dia untuk menikah sama Ustadz.""Apa?""Maaf, Ustadz, tetapi aku sangat memohon. Tidak mengapa kalau nanti aku dijadikan pembantu asal bisa menikah sama Ustadz Hanan dan dibimbing ke jalan yang benar. Aku bersumpah tidak akan membantah sama apa pun yang Ustadz dan mbak perintahkan."Gus Hanan diam, dia memutar otak untuk berpikir. Tidak mungkin Yumna melakukan kesalahan yang sama dengan memberi izin untuk menikah lagi, kan?Lagi pula sekalipun didesak seperti dulu, Gus Hanan tetap tidak akan mau