Share

BAB 4 PERTUNANGAN

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 11:08:56

“Wah.. Cantik banget kamu Fir. Foto dulu yuk, siapa tahu ketularan dapat jodoh.”

Cekrek, cekrek, cekrek..

Siapa lagi kalau bukan Rani. Setelah tahu kabar pertunanganku, dia adalah orang yang paling sibuk. Nyari gaun, sepatu, tas, asesoris, make up. Tapi itu semua buat dirinya sendiri, bukan buat aku. Selama satu minggu dia sibuk menyiapkan segala sesuatu kebutuhan untuk dirinya sendiri, untuk menghadiri pertunanganku.

Tepat hari ini pertunanganku digelar. Tidak ada acara istimewa, hanya syukuran sederhana yang dihadiri oleh keluarga dan teman-teman dekat kami.

“Fir, kamu kok bisa sih dapat calon suami seganteng Endruw?”, tanya Rani. Dari dulu dia paling suka menggoda cowok ganteng, tapi tidak pernah berhasil.

“Gak tau, mungkin karena aku cantik kali. Makanya Endruw mau”, kataku sekenanya sambil menebalkan lipstick di bibirku.

“Ih PD banget sih kamu Fir.”

“Lah bukannya kamu sendiri yang ngomong kalau aku cantik banget, malah ngajakin foto.”

“Iya juga sih,hehe..”

“Nah bener kan”

“Tapi Fir, nanti kalau kamu nikah aku sama temenan sama siapa dong? Teman-teman kita kan udah pada nikah semua.”

“Makanya Ran, kamu cepetan nikah. Masak tante juga yang mesti nyariin calon suami buat kamu.” Mama tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan ikut menjawab rengekan Rani.

“Gakpapa tante, siapa tahu Endruw punya adik atau sepupu. Aku mau tan, mau banget, aku mau dijodohin tante”, rengek Rani sambil geleyotan ke lengan mamaku membuat kami yang ada disitu tidak bisa menahan tawa.

“Yuk Fir, keluarga Endruw sudah datang acaranya sudah mau dimulai.” Ajak mama sambil membantuku berdiri dari kursi rias kamarku.

Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, tanganku seketika menjadi dingin. Menyadari hal tersebut mama mengambil botol minum di meja kamarku. Mendudukkanku di pinggir ranjang dan memintaku untuk minum.

“Udah enggak usah gugup. Jangan takut Nak. Mama ingin kamu bahagia, mama ingin kamu memiliki hidup yang sempurna sebelum nanti mama meninggalkanmu” ucap mama sambil meneteskan air mata.

“Mama.. Jangan ngomong gitu ah. Firza cuma nervous aja. Ini hal yang terbesar dalam hidup Firza”, ucapku sambil menghapus air mata di pipi mama.

“Mama sayang sama Firza” kata mama sambil memelukku erat. Kami pun berpelukan sambil menangis, menangis haru tentunya.

“Ya elah, malah nangis. Yaudah kalau enggak ada yang mau keluar, aku aja yang tunangan sama Endruw.” Rani mencoba menyadarkan kami berdua.

Aku dan mama tertawa sambil melihat Rani kemudian memeluk Rani. Rani sudah seperti keluarga sendiri, mama sudah menganggapnya seperti anak sendiri saking seringnya Rani numpang makan dan tidur di rumahku.

Kami bertiga keluar dari kamar, kearah ruang tamu yang sudah disiapkan dekor sederhana. “Happy Enggangement Firza and Endruw” begitulah kalimat yang tertulis di sana. Aku tersenyum melihat tulisan itu. Geli rasanya, ah mungkin aku belum terbiasa saja dengan hal ini. “Aku harus membiasakan diri”, batinku.

Rangkaian acara berlangsung khidmat dan penuh haru. Mama tak kuasa menahan tangis saat Endruw meminta ijin untuk meminangku menjadi istrinya.

“Jaga anak mama Endruw.” Kalimat terakhir dari mama saat Endruw memintaku darinya.

“Saya akan berusaha.” Jawab Endruw mantap.

Semua orang bahagia dengan senyum merekah di bibir masing-masing. Begitu pula denganku yang masih tidak percaya, bahwa Endruw laki-laki yang baru satu minggu aku kenal telah menjadi tunanganku dan akan menjadi suamiku. Kupandangi cincin yang baru saja disematkan bunda di jari manisku sebagai tanda ikatan antara aku dan Endruw. Cincin pilihan Endruw, yang sederhana namun elegan. Seperti ini pulalah aku ingin mencintai Endruw, cinta yang sederhana namun istimewa.

“Firza dimana Endruw? Ajak dia makan!” Pinta mama membuyarkan lamunanku.

Aku baru tersadar, ternyata setelah prosesi tukar cincin Endruw tidak terlihat lagi. Kusebarkan pandanganku ke segala arah untuk mencarinya. Ternyata Endruw sedang berdiri di depan jendela kaca yang mana jendela itu menghubungkan langsung ke pemandangan taman. Pagi tadi gerimis mendera, sehingga suasana segar masih terasa di taman.

“Hai..”, sapaku sambil memukul pelan lengan Endruw.

“Hai..”, jawab Endruw sambil menoleh menghadapku dan menggeser tempatnya berdiri agar aku bisa berdiri di sebelahnya.

Kami berdua terdiam sambil melihat taman yang syahdu.

“Endruw.. Apa kamu bahagia?” Tanyaku tiba-tiba. Entah pertanyaan macam apa yang keluar dari mulutku. Kalimat itu terucap begitu saja dari mulutku.

“Tidak ada alasan untuk tidak bahagia disaat semua orang bahagia”, jawabnya sambil terus menatap lurus ke depan.

Aku sempat terkesima dengan jawaban yang dia fikirkan, kepalaku mendongak ke atas melihat wajahnya. Sadar akan hal itu Endruw tersenyum sambil mengusap-usap kepalaku.

“Belum menikah kamu sudah cerewet ya.. Gimana nanti kalau anak kita sudah lima? Pasti kamu jadi kayak singa, haha..”, canda Endruw yang jelas membuat wajahku memerah dan otomatis menunduk malu.

“Makan yuk!”, ajaknya sambil menggandengku ke tempat makan. Kemudian aku menyajikan makanan untuk Endruw.

“Ini, makanan special untuk calon suami yang special”, kataku sambil menyodorkan piring berisi makanan untuk Endruw.

“Ini suapan special untuk calon istri yang special”, ungkapnya sambil menyuapkan sendok makan ke mulutku. Membuat hatiku melayang-layang tinggi sekali.

“Fir, kamu dicariin bos disuruh lembur malam ini.” Suara Rani yang tinggi dan melengking seketika menjatuhkanku dari ketinggian.

“Apaan sih, orang kemarin aku cuti. Masak iya disuruh lembur. Tega banget sih si bos.” Protesku ke Rani sambil bersungut-sungut.

Mendengar amarahku, Rani tertawa terbahak-bahak. “Yah kena deh.. Emang enak aku kerjain. Makanya enggak usah uwuw uwuwan di sini. Hormatin dikit dong jomblo kayak aku.” Semprotnya sambil terus tertawa terbahak-bahak.

“Ih.. Dasar kampret.” Omelku.

“Endruw, kamu punya adik cowok enggak? Atau sepupu cowok gitu?” Tanya Rani ke Endruw.

“Ada, sepupuku cowok”, jawab Endruw

“Wah.. Pas banget, kenalin dong Ndruw. Sapa tau jodoh aku, terus kita bisa jadi saudara.” Ujar Rani sambil senyum-senyum kea rah Endruw.

“Boleh kok Ran, Namanya Ardan dia masih kelas 3 SD. Kamu mau nungguin Ran?” Jawab Endruw sambil tertawa lepas. Aku yang mendengar jawaban Endruw juga tidak bisa menahan tawa.

“Eh.. emang bener-bener kampret ya kalian berdua.” Racau Rani sambil berlalu pergi.

Aku melihat Endruw yang masih tertawa, baru kali ini aku melihat dia tertawa lepas seperti itu. Dan aku yakin bahwa saat ini Endrue benar-benar bahagia, bahagia dengan pertunangan ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU   EXTRA PART (ANJANI AURORA)

    Duduk bersila. Tarik nafas dari hidung, buang pelan-pelan lewat mulut. Tari nafas dari hidung, buang pelan-pelan dari mulut. Tarik tangan ke kiri, tahaan lepas. Tarik tangan ke kanan, tahaan lepas. “Sayang kamu kok masih duduk di situ, ayo sini kamu ikutin gerakan itu. Biar badan kamu nggak pegal-pegal. Nanti melahirkannya juga mudah.” Seru Endruw. “Emang enggak ada cara lain ya biar badan nggak pegal dan mudah lahiran selain dengan olahraga kayak gitu.” Kataku sambil tetap berbaring di atas tempat tidur. Usiaku kehamilanku kini memasuki sembilan bulan. Tinggal menunggu hari untuk menunggu dedek bayi launching ke dunia ini. Tapi semakin ke sini aku merasa menjadi sangat malas. Maunya rebahan melulu. Jangankan olahraga, mandi saja jika Endruw tidak menggendongku ke kamar mandi aku tidak akan mandi. Tapi kalau untuk urusan makan jangan ditanya, nafsu makanku bertambah tiga kali lipat dari biasanya. Dan bisa dilihat badanku kini sebesar gajah.

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU   BAB 68 (TAMAT)

    “Tuan Endruw saya sangat senang dengan kemajuan kesehatan Tuan yang semakin hari semakin pesat.”“Terimakasih dokter, ini semua karena dokter dan para perawat di sini.”“Ah Tuan Endruw terlalu berlebihan. Saya dan perawat di sini hanya membantu sesuai dengan kemampuan kami. Ibu Firza lah yang sangat berjasa Tuan, beliau selalu menjaga dan menemani Tuan. Tidak bisa dihitung berapa banyaknya air mata yang telah Ibu Firza keluarkan, apalagi Ibu Firza tengah hamil.”“Ah dokter bisa saja.” Aku menyela obrolan Endruw dan dokter sambil terus mengupas buah yang akan aku berikan kepada Endruw.“Dianya malu tuh dok dipuji terus sama dokter.” Kata Endruw pada laki-laki yang kira-kira berusia setengah abad itu.Endruw dan dokter itu pun tertawa bersama. Sementara aku menunduk sambil menahan malu. Namun aku merasa sangat lega. Endruwku kini sudah sembuh seperti sedia kala. Terimakas

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU   BAB 67 ENDRUW SADAR

    Kupandangi suamiku dari kejauhan. Sudah lima bulan dia seperti ini. Hanya berbaring, sama sekali tidak bergerak. Bahkan untuk makan sekalipun harus memakai selang. Beberapa kabel menempel di tubuhnya. Bunyi tit tit tit dari sebuah alat untuk melihat detak jantungnya selalu membuat hatiku ngilu.Ya, setelah operasi itu, kondisi Endruw tak kunjung membaik. Endruw koma, dia tidak bisa bergerak ataupun membuka mata. Tapi dia bisa mendengar dan merasakan.Setiap hari aku menemuinya di rumah sakit. Menceritakan kepadanya tentang hari-hari yang telah aku lalui. Tentang Bunda, tentang Gavin, dan orang-orang di rumah. Juga menceritakan kepadanya tentang Indo Advertising yang kini semakin melejit dan merambah pasar Internasional.“Maaf ya Ndruw sepertinya Indo Advertising lebih melejit saat aku yang mengurusnya. Ganti bos aja gimana?” Aku tertawa sendiri akan gurauan yang aku berikan kepada Endruw. Sementara Endruw tetap terdiam.Waktu itu

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU   BAB 66 MENEMUI BRYAN (II)

    “Firza, semakin lama kamu semakin cantik saja.” Bryan menyentuh ujung rambutku.“Aku tidak mau bertele-tele Bry. Cepat katakan apa yang kamu inginkan. Setelah itu jauhi aku dan juga keluargaku.”“Hai Firza, kenapa kamu tidak bisa calm down sedikit saja? Kamu lupa Sayang dulu kamu sangat nyaman saat bersamaku. Kamu selalu ceria, tertawa, dan bahagia saat ada di sampingku.”“Itu dulu saat aku belum menyadari kalau kamu adalah iblis.”“Aku mencintaimu Firza.”“Cinta yang seperti apa Bry? Menculikku, membunuh janinku, membuat Endruw terbaring tak berdaya seperti itu, menghancurkan perusahaan Endruw. Itu kah yang kamu bilang cinta. Seperti itukah cintamu kepadaku? Kamu hanya memanfaatkanku untuk menghancurkan suamiku menghancurkan Endruw.”“Diam Firza, diam.. Aku sangat tidak suka jika nama Endruw keluar dari bibir manismu.” Bryan mencoba memegang wa

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU    BAB 65 MENEMUI BRYAN (I)

    “Randi, tolong cari tahu bagaimana Bryan bisa bebas dari penjara.” Perintahku kepada Randi.“Baik Bu.”Dengan kasar aku membuang tubuhku ke kursi kerja yang biasa Endruw duduki. Aku sama sekali tidak menyangka ini semua adalah perbuatan Bryan. Jika aku bisa mengulang waktu dan mengetahui rencana Bryan dari awal pasti aku tidak akan mau menjadi temannya bahkan menerima pinangannya. Ya Tuhan, apa lagi ini? Bryan kenapa kamu tidak pernah berhenti menggangguku?“Ibu Firza”, Randi masuk ke dalam ruanganku dengan wajah cemas.“Bagaimana Ran?”“Bryan berhasil keluar dari penjara karena dia mendapatkan jaminan. Dan yang menjamin Bryan adalah orang yang sangat berbahaya, dia adalah seorang mavia yang menjadi buronan polisi Singapura.”“Hahh.. Apa? Kenapa bisa se..”“Hal yang seperti ini mungkin sangat tabu bagi Ibu, tapi ini sangat sering terjadi di kal

  • KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU   BAB 64 BEDEBAH BRYAN

    “Tuan Endruw harus segera menjalani operasi. Tolong Ibu menandatangani dokumen ini sebagai persyaratan untuk dilakukannya operasi. Demi keselamatan Tuan Endruw operasi harus dilaksanakan secepat mungkin.” Kata seorang dokter sambil memberiku sebuah berkas. Aku terdiam, bibirku terasa ngilu. Kaki dan tanganku lemas. Kulirik suamiku yang saat ini sedang terbaring tak berdaya di bad UGD. Aku tidak tega melihatnya. Darah segar mengalir dari beberapa bagian tubuhnya. “Lakukan semua yang terbaik untuk suami saya dok.” Ucapku memohon kepada dokter di depanku, air mataku tak berhenti mengalir dari kedua mataku. Segera kuterima berkas itu dan kutandatangani di tempat yang telah mereka tunjukkan “Kami pasti melakukan yang terbaik untuk suami Ibu, semua ada di tangan Tuhan. Bantu kami dengan doa. Kami akan segera melakukan operasi.” *** Sudah dua jam aku berada di depan kamar operasi. Waktu yang sangat lama bagiku untuk menunggu seseorang keluar dari rua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status