Share

BAB 6. TEGA

last update Last Updated: 2024-11-23 13:00:18

"Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.

Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.

Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.

Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar.

"Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.

Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku."

"Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.

Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pembantu.

"Kamu apa-apaan sih, Sayang? Kenapa dari sekian banyaknya kamar malah kamar Bi Sumi yang ditawarkan? Kenapa nggak di kamar tamu aja, seenggaknya kasih tempat," cerocos Arya pada istri pertamanya.

"Enak saja kalau bicara, jangan harap kalian bisa bahagia setelah membuatku menderita!" timpal Shena yang sudah berani menimpali suaminya.

"Memangnya ada berapa banyak kamar di rumah ini? Kamar di lantai atas milik Sheira, kamar sebelahnya untuk Mbak Ana dan Aulia jika mereka menginap. Barang pribadi mereka pun ada di sana. Lalu, kamar tamu sudah di tempati oleh ibumu, Mas Arya Sayang. Sekarang beliau sedang beristirahat di sana," lanjut Shena dengan entengnya.

Inilah balasan setimpal, bagi wanita perusak rumah tangga orang. Sekali pun Vidya menangis darah, Shena tidak akan merasa iba dan kasihan. Sebelum ia puas membalaskan dendam.

Kakak madunya itu tak mengindahkan, justru semakin melayangkan tatapan yang menghunus tajam.

"Aku nggak peduli kamu mau atau nggak. Begini saja, aku akan memberikanmu pilihan. Kamu tidur di kamar Bi Sumi atau di gudang? Atau mau tidur di luar?" tanya Shena memberikan pilihan.

Dia sengaja memberikan opsi itu, supaya Vidya sadar diri. Menurutnya, sikapnya tidak terlalu kejam. Justru itu tindakan pas. Gudang adalah tempat penampungan barang-barang bekas, tak jauh beda dengan Vidya yang menampung bekas Shena.

Vidya berdecak, menggeram kesal. "Kenapa aku ditempatkan dipenyimpanan barang bekas, hah?"

"Lho, emangnya kenapa? Kamu 'kan memang terbiasa pakai barang bekas. Jangankan barang, suamiku saja kamu pakai. Vidya ... Vidya ... kamu ini suka nggak tahu diri, masih mending aku menampung dirimu di rumah ini," papar Shena, suaranya begitu datar dan menusuk. Bak silet yang menyayat hati Vidya, membuat sang madu bungkam seketika.

Sekarang Vidya paham. Kenapa Shena mengizinkan ia tinggal di sini yang tak lain dan tak bukan adalah untuk membalas dendam.

Belum hilang rasa malunya saat ijab kabul pernikahan, dia harus dipermalukan oleh kakak madunya.

"Gimana? Kamu mau atau nggak? Kalau nggak mau pun nggak masalah, kamu bisa tidur di luar," sambungnya.

"Cukup, Shena! Kamu udah keterlaluan, kenapa kamu setega ini pada Vidya? Dia adik madumu!" Lagi, Arya protes.

"Tega, kamu bilang? Tegaan kalian yang sudah mengkhinati aku! Kamu sama Vidya nggak berkaca. Apa perlu aku bawakan kaca besar? Biar tahu diri!"

Daripada tidur di luar yang membuatnya kedinginan, Vidya tak ayal menimbang-nimbang.

Ia mengepalkan tangan, meredam kekesalannya. Tinggal bersama kakak madu ternyata tidak sesuai ekspektasinya.

"Ck, ya udah deh. Aku mau!" balas Vidya pada akhirnya. Lebih baik tidur di kamar pembantu, ketimbang di gudang yang nantinya banyak hewan seperti tikus berkeliaran.

"Nah gitu dong. Dari tadi kek jawabnya, aku nggak perlu lama-lama nunggu jawaban kamu. Lain kali jangan mempersulitku, Vidya. Sudah sana! Aku muak melihatmu lama-lama!" Shena mengusir, sembari mengibaskan tangan agar Vidya enyah dari hadapannya.

"Vidya, tunggu!" teriak Arya. Rupanya dia lebih memilih istri bin4lnya untuk dibujuk. Arya masuk, menyusul.

Wanita yang tengah hamil itu masuk dengan menghentak-hentakkan kakinya, lalu menutup pintu dengan kasar menimbulkan bunyi berdebam, menggema sekitar ruangan.

Shena sangat puas, melihat wajah tertekan madunya.

"Nggak perlu terburu-buru membalas dendam, akan kupastikan kamu akan semakin tertekan. Jangan mengharap kebahagiaan dan kebebasan, karena rumah ini adalah penjara derita bagimu, Vidya," gumam Shena. Melenggang pergi menuju kamarnya.

***

Butuh waktu beberapa jam lamanya bagi Arya untuk membujuk Vidya, akhirnya istri keduanya luluh juga. Malam harinya, sepasang suami istri itu keluar dari kamar, karena merasakan lapar.

Saat membuka tudung saji, di meja makan tidak menemukan apa-apa, tidak ada makanan sama sekali. Kebetulan ada Shena, yang sedang mengambil air minum di dapur.

"Sayang, kenapa nggak ada makanan?" tanya Arya.

"Oh, makanannya udah aku berikan pada Bi Sumi untuk dibawa pulang. Sayang jika nggak dimakan," balas Shena.

Mengembuskan napas kasar, Arya memegangi perutnya yang sudah meronta diberikan asupan. "Udah tahu aku belum makan, kenapa nggak disisakan, Sayang? Aku lapar. Buatkan makan malam," perintahnya.

Namun, Shena dengan tegas menolak. Enak saja, dia harus masak untuk suami dan madunya. Dikira Shena babu?

"Kenapa harus aku? Aku ngantuk, mau tidur, capek seharian ini menghadapi kalian. Kamu suruh aja tuh istri keduamu masak, jangan mau enak-enaknya aja!" Kata Shena, meletakkan gelas dan pergi begitu saja.

Vidya yang memang sudah malas hanya diam saja, menahan lapar. Arya menatap Vidya yang menatapnya juga.

"Kenapa diam? Cepat buatkan makan malam, aku udah lapar banget," keluh Arya. Pria itu mendaratkan bokongnya di kursi.

Arya mendongak, memerhatikan Vidya yang belum beranjak. "Vidya, kamu nggak dengar aku bilang apa barusan?"

"Aku nggak bisa masak, Mas. Selama ini aku selalu dimasakin sama Mbak Irma," jawab Vidya.

Menjambak rambut frustasi, ingin rasanya Arya mengomeli. Ternyata Vidya tidak bisa diandalkan, berbeda dengan Shena yang cekatan mengurus tugas rumah.

"Kamu itu perempuan, Vidya. Malu dong kalau nggak bisa masak!"

Vidya tersinggung, saat Arya membentaknya. "Kok kamu bentak-bentak aku sih, Mas? Bukannya itu tugas Bi Sumi!"

"Bi Sumi nggak ada, aku lapar sekarang. Masa harus nyuruh dia balik ke sini? Kamu jadi istri nggak ada inisiatifnya sama sekali."

"Sekarang kamu malah nyalahin aku! Aku itu istri kamu, bukan pembantu!" omel Vidya.

"Meskipun istri juga kayak Shena dong, dia bisa masak dan cekatan mengurus sua--"

"Halah, sudahlah, Mas. Aku paling nggak suka dibanding-bandingkan." Dengan segumpal sesak di dada, Vidya langsung berlari, lantaran sakit hati karena Arya malah bersungut-sungut padanya.

Sementara di dalam kamarnya, Shena merebahkan dirinya di atas pembaringan. Kamar yang biasa ditempati oleh dirinya dan sang suami, kini Shena tidur sendiri, tidak sudi jika Arya berada di sini.

"Selamat menikmati perdebatan pengantin baru," gumamnya. Ia tersenyum puas membayangkan pertengkaran di dapur.

Mata sembab Shena terpejam, ia mulai menyusul ke alam bawah sadar.

Arya mencari roti sebagai pengganjal lapar, setelah itu masuk ke dalam kamar Bi Sumi yang ditempati bersama dengan Vidya.

Baru masuk saja, dia sudah merasakan sesak. Karena kamar ini sempit dan juga tidak ada AC, hanya ada kipas angin saja, membuat Arya tidak betah berlama-lama. Namun, apalah daya, dia tidak bisa membantah Shena.

"Malam pertama yang aku kira akan bahagia, malah teriksa di tempat kumuh dan sempit seperti ini," gumam Arya.

"Selain itu, rambut Vidya yang dulu sangat indah, sekarang malah ...."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 79. AULIA KECEWA

    Ervan hanya mengangguk kecil menanggapi Aulia yang barusan mengucapkan terima kasih. Wajahnya tetap tenang, meski terlihat sedikit lelah. Ia lalu menghampiri Shena yang duduk di samping ranjang Sheira."Aku pamit dulu ya, Shena. Mau pulang sebentar, ganti pakaian. Hari ini ada jadwal mengajar di kampus juga," ujarnya dengan nada sopan dan tampak tergesa.Shena menatap Ervan sejenak lalu mengangguk. "Iya, Mas Ervan. Terima kasih banyak ya, sudah repot-repot membantu dan menemani kami sejak tadi malam."Ervan tersenyum tipis. "Tidak usah berterima kasih. Ini memang sudah menjadi tugasku. Kamu juga harus jaga kesehatan, ya."Ervan lalu melirik sekilas pada Aulia yang berdiri tidak jauh dari ranjang Sheira. "Aulia, saya duluan ya."Aulia mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan raut kecewa yang jelas terpancar di wajahnya. "Iya, Pak. Hati-hati di jalan."Begitu Ervan meninggalkan ruangan, Aulia berdiri terdiam beberapa saat, menatap pintu yang baru saja tertutup. Dadanya sesak. Ia merasa

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 78. BERTEMU ERVAN

    Arya duduk di tepi ranjang, menatap wajah kecil Arvi yang terlelap. Jari-jarinya mengusap pelan rambut bocah itu, perasaan sayang bercampur dengan kekecewaan yang sulit ia ungkapkan. Sudah hampir dua bulan ia menjalani peran sebagai ayah bagi Arvi, menganggapnya sebagai darah daging sendiri, tapi kenyataan yang Vidya sembunyikan begitu menyakitinya.Ia menarik napas dalam, lalu menoleh sekilas ke arah Vidya yang masih duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya. Perempuan itu tampak lelah. Sejak semalam, Vidya tak berhenti memperhatikannya, seolah takut ia akan pergi begitu saja.Arya tahu bahwa Vidya bisa merasakan sikap dinginnya. Ia tak lagi berbicara dengan nada lembut, tak lagi menatap istrinya dengan kehangatan seperti dulu. Semua terasa berbeda sejak rahasia itu terungkap.Setelah beberapa saat, Arya bangkit dari kursinya. Ia mengambil jaket yang tergantung di sandaran kursi dan melangkah ke arah pintu.Vidya langsung menoleh."Kamu mau ke mana, Mas?" tanya wanita itu, suaranya terde

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 77. VIDYA MARAH

    Shena merasakan darahnya mendidih mendengar ucapan Arya. Matanya menatap tajam ke arah pria itu, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya."Apa maksudmu dengan mengatakan aku tidak bisa merawat anakku sendiri?" suaranya bergetar, menahan kemarahan yang siap meledak. "Sejak kapan kau peduli, Mas? Sebelum kita bercerai, di mana kau saat Sheira sakit? Di mana kau saat dia menangis mencari ayahnya?"Arya mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Jangan membalikkan keadaan, Shena. Aku tidak pernah menelantarkan Sheira!"Shena tertawa miris. "Oh, ya? Lalu kenapa selama ini kau tidak pernah menanyakan keadaannya? Kenapa harus menunggu sampai dia terbaring di ranjang rumah sakit baru kau muncul dan bersikap seperti seorang ayah yang bertanggung jawab?"Arya terdiam. Ia tahu Shena benar. Tapi egonya tak membiarkannya mengakui kesalahannya begitu saja."Aku tidak tahu dia sakit," jawab Arya akhirnya, suaranya sedikit melembut. "Jika aku tahu, aku tidak akan tinggal di

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 76. SHEIRA MASUK RUMAH SAKIT

    Arya ingin mengomel lebih banyak, tapi tangis Arvi kembali pecah. Ia menambah kecepatan mobilnya.Sesampainya di rumah sakit, seorang perawat segera membawa Arvi ke ruang pemeriksaan. Arya dan Vidya bergegas mengikuti, wajah mereka penuh kecemasan.Seorang dokter anak datang tak lama kemudian. Wanita berusia sekitar 40-an itu memeriksa Arvi dengan saksama, menyentuh dahinya, membuka popoknya, lalu memeriksa tenggorokannya dengan senter kecil."Demamnya tinggi, hampir 39 derajat. Sejak kapan mulai rewel begini?" tanya dokter itu sambil mencatat sesuatu di clipboard."Sejak tadi siang, Dok," jawab Vidya dengan cepat. "Tapi dari tadi malam Arvi udah mulai susah tidur."Dokter mengangguk. "Apakah dia masih mau menyusu?"Vidya menggeleng. "Nggak, Dok. Aku udah coba berkali-kali, tapi dia nolak terus."Dokter terlihat berpikir sejenak, lalu berkata, "Dari gejalanya, kemungkinan besar ini infeksi saluran pernapasan atas. Biasanya pada bayi seusia ini, bisa disebabkan oleh virus atau bakteri.

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 75. ARVI DEMAM

    Arya menghela napas panjang saat mobilnya melaju di jalan raya yang mulai ramai oleh kendaraan sore itu. Matanya masih terlihat kosong, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Shena dan Sheira yang kini tampak bahagia bersama Ervan. Dadanya sesak, tapi ia berusaha mengabaikan perasaan itu.Di sampingnya, Anna melirik Arya sekilas. Ia bisa melihat betapa terpukulnya sang adik tahu bahwa tak ada gunanya terus membahas hal itu sekarang. Yang terpenting, Arya harus menenangkan diri dan tidak bertindak gegabah."Arya, tolong antar ke rumah Mbak saja. Hari ini Mas Lukman mau mengantar Luna ke rumah," ucap Anna dengan lembut, menyebut nama putrinya.Arya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu betapa pentingnya momen itu bagi Anna. Setelah perceraian, Anna dan mantan suaminya memang sepakat untuk tetap berbagi waktu dengan Luna, meskipun hubungan mereka tidak bisa dibilang baik."Tapi setelah itu, kamu langsung pulang, ya?" lanjut Anna, menatap Arya dengan khawatir.Arya hanya diam, tidak me

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 74. PENYESALAN ARYA

    Dua minggu telah berlalu sejak Arya dan Anna menyerahkan sampel DNA ke laboratorium di rumah sakit. Selama dua minggu ini, Arya mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja, tetap pulang ke rumah setiap malam, dan tetap berusaha untuk bersikap normal di hadapan Vidya. Tapi jauh di dalam hatinya, ada sebuah ketakutan yang terus menghantui. Pagi itu, ponselnya bergetar saat ia sedang duduk di meja makan, menyeruput kopi yang terasa hambar di lidahnya. Layar ponsel menampilkan nama sebuah rumah sakit. Saat itu pula, jantungnya langsung terasa berdetak lebih cepat."Halo?" suaranya terdengar sedikit bergetar._"Selamat pagi, Bapak Arya. Kami dari bagian laboratorium Rumah Sakit Sumber Medika. Hasil tes DNA Anda sudah keluar dan bisa diambil hari ini."_Mendengar informasi tersebut, Arya menelan ludahnya. "Baik, nanti siang akan saya ambil."Setelah menutup telepon, Arya menatap kosong ke depan. Vidya, yang sejak tadi duduk di seberangnya sambil menggendong Arvi, menyada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status