Home / Lainnya / KUNYIT DARI SARANJANA / BAB. 4 RAJA SARANJANA

Share

BAB. 4 RAJA SARANJANA

Author: Mu Ka
last update Last Updated: 2024-02-24 23:25:04

Di sebuah negri yang sangat modrn mangandung sistem keraja’an wilayahnya mencakup seluruh pulau Borneo, Inilah Negri gaib Saranjana yang berpusat di desa Oka-Oka. Sebagai raja Saranjana  Muhammad Janna sangat adil dengan seluruh rakyat dari kalangan bunian hingga manusia. Selain keraja’an yang memiliki peradapan maju Saranjana memiliki daya tarik lain yaitu Seorang Putri Lisa, kecantikannya konon melibihi cantiknya seorang bidadari sehingga banyak laki-laki dari dunia nyata dan gaib ingin menjadikannya seorang Istri.

Pada tahun 2000 di bagian Saranjana rakyat dan kalangan bangsawan hidup dengan damai, hingga sampai insiden pertama yang menggemparkan seluruh alam semesta. Insiden pencurian yang menelan korban seorang putra mahkota mebuat raja Muhammad Janna  murka. Sebagai seorang ayah iya sangat mengutuk seorang pelaku, akibat kemarahannya seluruh demensi menjadi kacau. Ia bersumpah jika tidak menemukan pelaku maka perang akan terjadi dengan dunia nyata.

Panglima tertinggi Saranjana Abdullah berperan penting untuk mencari pelaku yang di ketahui bernama Manaf. Di ketahui Manaf  melarikan diri ke dunia nyata.

“Ampun Paduka.  Manaf  belum berhasil kami tangkap, ia sangat licin bagai belut.”

Abdullah menghadap pada raja Muhammad Janna.

“Sudah setahun setelah kejadia’an insiden itu kalian belum bisa juga membawa  seorang pembunuh  di  hadapanku, sungguh tidak berguna.”

Raja sangat murka mengetahui panglimanya selalu gagal dalam tugas.

Wajah panglima Abdullah memerah ia sangat malu di anggap tidak becus dalam bertugas, jabatannya sebagai panglima kini di pertaruhkan dalam waktu satu bulan kalau ia tidak bisa menangkap Manaf maka statusnya sebagai panglima Saranjana akan di hapus. Dalam langkahnya menuju gerbang keluar ruangan raja tidak ada yang berani menegurnya mimik wajah Abdullah sangat tegang, prajurit hanya bisa mengiringi laju mobil terbang yang ia kendarai meninggalkan Istana.

“Sebaiknya Ayah jangan terlalu memikirkan penj4h4t  itu, kondisi  Ayah lebih penting untuk keraja’an kita”

Putri Lisa mencoba meredam amarah raja.

“Ayah tidak akan tenang selagi penj4h4t  itu masih berlenggang di luar sana, akan Ayah balas darah bayar darah untuk  Abangmu Syarif  Janna”

“Putri  Lisa benar Paduka, sebaiknya Paduka sekarang istirahat dalam kamar, seorang  Dokter  istana sudah menunggu Paduka” ucap Penasehat keraja’an.

Panglima  Abdullah sudah sampai di gerbang demensi antara dunia gaib dan dunia nyata, untuk pergi ke dunia nyata ia hanya membawa 5 prajurit terbaik sisanya hanya berjaga-jaga di antara gerbang demensi. Di dunia nyata Panglima Abdullah menyamar menjadi seorang Polisi untuk memudahkan gerak-geriknya mencari Manaf.

Suara perut yang sudah kosong berbunyi dari salah satu prajurit sangat mengganggu Panglima Abdullah, hingga ia putuskan untuk singgah di warung makan.

 Sesampainya di dalam warung mereka ber-enam sangat kebingungan bagaimana caranya? untuk memesan makanan, kalau di Saranjana memesan makanan hanya tinggal pencet di atas meja lalu langsung keluar makanan yang di pesan. Tapi di dunia nyata tidak secanggih di Saranjana.

“Bapak-bapak mau pesan apa.?” Tanya Ibu Siti pemilik warung.

“Pesan cumi 6 porsi dan nasi satu karung.” Panglima Abdullah dengan mantap memesan.

“Bapak jangan bercanda masa pesan nasi satu karung ada-ada saja”

Ibu Siti tertawa ia kira Abdullah sedang bercanda.

“Salah Panglima, bukan satu karung  nasi tapi satu bakul.”

Bisik salah satu Prajurit.

“Maksud saya nasinya satu bakul Buk.”

“Ohhh.... Satu bakul.  Pak Polisi ini suka bercanda saja.”

Ibu Siti langsung menyiapkan pesanan Panglima Abdullah.

Panglima dan 5 Prajuritnya sangat lahap menyantap makanan, memang 1 hari ini mereka belum makan sesuap nasi pun, di tengah mereka asik menyantap makanan Lawen dan Kecek melewati warung  Ibu Siti. Salah satu Prajurit melihat dan bergegas memberi tahu Abdullah, Mereka ber-enam langsung puntang panting berlari ke arah lawen dan Kecek.

“Akhirnya aku menemukanmu Manaf, sekarang kalian tidak bisa lari lagi.”

Panglima Abdullah dan 5 prajurit melingkari  Lawen dan Kecek.

Lawen menyadari Polisi yang mengepung  adalah Panglima yang mengejarnya di alam mimpi, ia memberi kode kepada Kecek untuk jangan melawan dan mencari kesempatan untuk kabur.

“Prajurit tembak kaki Manaf dan kawannya.!”  Lima Prajurit yang sudah siap dengan pistol bersiap menembak  ke arah Lawen dan Kecek.

Dari arah belakang Ibu-ibu yang memakai honda Scopy  membawa tabung gas LPG dan makanan snack, tiba-tiba hilang kendali dan menabrak ke arah Abdullah dan Prajuritnya.

  “Ampun Pak Polisi  rem motor saya blong , saya tidak sengaja.” Ucap Ibu gend0t itu dengan polosnya.

Lawen tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk kabur, dengan bodohnya si Kecek malah mematung hingga terpaksa Lawen kembali untuk membawanya berlari.

“Kenapa Polisi ingin menangkap kamu.? Apa kamu sekarang menjadi penjahat.?”

Kecek dalam keada’an berlari banyak melontarkan pertanya’an.

“Sekarang yang penting kita selamat dulu, nanti aku jelaskan semuanya.”

Mereka berdua tanpa lelah terus melangkah cepat menuju ke arah hutan, di rasa sudah jauh dari para Polisi  Lawen dan Kecek memutuskan ber-istirahat di bawah Pohon kasturi yang sangat besar. Karena sangat kelelahan mereka tidak mampu berbicara hanya saling menatap dan terus waspada takut para Polisi itu mengetahui tempat persembunyian mereka.

“Sekarang kamu jelaskan, kenapa Polisi ingin menangkap kamu Wen.?”

“Mereka itu bukan Polisi Cek, mereka adalah Panglima dan Prajurit dari Saranjana.”

“kenapa mereka ingin menangkapmu.?”

Lawen menceritakan panjang lebar pada Kecek perihal kejadian yang ia alami,

hingga Kecek mengerti dan mencaci perbuatan Manaf. Sebagai orang dayak yang baik Kecek tidak terima dengan kejahatan apalagi sampai membunuh sesama.

“Kalian berdua cepat bangun dan ikut  saya.”

Kakek Jawo yang muncul tiba-tiba mengejutkan Lawen dan Kecek.

“Siapa lagi Kakek tua ini Wen,?  mau di bawa kemana kita.?”

Lawen dan Kecek mengiringi langkah Jawo hingga masuk ke dalam semak-semak secara ajaib mereka lansung berada dalam rumah megah di Saranjana.

“Lawen sekarang kamu harus berhati-hati karena keada’an Saranjana telah genting, dan kamu harus secepatnya menangkap Manaf. Kalau tidak Raja akan menyatakan perang dengan dunia nyata.”

“Baiklah Kek aku akan berusaha sekuat tenaga, tapi kenapa sampai perang apa hungannya dengan dunia nyata.?”

“Raja mendengar bahwa Manaf di sembunyikan oleh orang sakti dari suku dayak, karena itu ia sangat sulit di lacak keberada’anya. Hanya kamu yang bisa menangkapnya.”

Tanpa di sadari kecek dengan tingkah konyolnya, memeluk guci yang terbuat dari emas salah satu perabotan rumah Jawo. Ia dengan wajah polosnya ingin membawa guci itu pulang untuk di jual, agar ia bisa menjadi  orang terkaya di kampung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 27 MENUJU KURIPAN II

    Setelah mesin di bongkar oleh prajurit yang kebetulan adalah teknisi, kini mesin L 300 kembali hidup. Mengaur di tengah hutan rawa dekat dengan desa Paminggir. Langit senja yang menguning, kini telah berubah menjadi gelap. Lampu yang terpasang permanen di depan kapal, membantu menerangi jalan dengan tenaga dari aki.Beberapa saat kemudian kapal menepi di salah satu pelabuhan, tampak sopir naik membawa jerigen besar, dan mengisinya di atas sana. Ia tertatih tatih turun kembali membawa jerigen penuh dengan bahan bakar, dengan sangat telaten tangan laki laki itu menuangkan solar ke tengki kapal hingga penuh. Dingin malam membuat tubuh para penumpang menjadi kedinginan, angin menerpa kapal begitu deras. Melihat cuaca yang tidak mendukung, sopir memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena jalur di depan adalah sungai Barito yang memiliki luas satu kilo meter, dan memiliki kedalaman kurang lebih 15 kilo meter. Gelombang sangat besar di hasilkan oleh angin yang berhembus nanar. A

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 26 MENUJU KURIPAN

    Pagi ini dua mobil Avanza sudah siap membawa mereka menuju Amuntai dan akan berlabuh di Danau panggang, dari sana mereka menaiki kapal yang bermesin L 300 melalui jalur aliran sungai kecil, deru kapal magaum di tengah aliran sungai. Gelombang kecil melenggak lenggokan enceng gondok yang berdempet dempet ikut hanyut mengiringi laju kapal.Pohon rumbia yang berada di pinggir tebing sungai menjadi pemandangan yang menarik, sungguh membuat takjub di sini tidak terlihat adanya tanah, semua rata dengan air. Rumah rumah yang berdiri semuanya berbentuk panggung, dan sebuah jembatan di bangun seperti rel untuk pengganti jalan.Tampak Putri Lisa mengeluarkan kepala di pinggir kapal, ia saat ini sedang menikmati perjalanan. Wajahnya yang sesekali terkena cipratan air gelombang kapal menjadi sejuk, tatkala angin yang manampur wajahnya dengan lembut, hingga membuat penutup kepalanya menjadi melambai lambai.Pemandangan pohon besar di pinggiran sungai, menipu mata, seakan pohon pohon ini berdiri k

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 25 SARANJANA

    Di bawah kaki pegunungan Maratus, tepian sungai, tampak Putri Lisa sedang duduk termenung. Hati wanita itu gundah gulana. Bukan hanya kerena memikirkan sang Ayah yang terbaring sakit, tapi juga kerena kini takdir membawa langkahnya ke negri yang jauh dari istana. Seumur hidupnya tidak pernah terpikir, bahwa ia akan menjalani hari hari jauh dari dekapan sang Ayah.Namun kini ia merasa aman karena di temani oleh laki laki yang baru saja membuat hatinya terpaut cinta, tidak bisa di pungkiri, rindu kerap membuat Putri Raja itu menangis sendiri. Kini rasa takut juga menghantui, tangisnya kembali berderai seiring angin malam yang kian menusuk tulang, sementara laki laki yang gagah perkasa berdiri tegak melihatnya seorang diri, meratapi nasib entah apa yang akan ia lewati esok hari di negri yang baru baginya. Hanya sebuah senandung lagu yang bisa menenangkannya malam ini, senandung rindu yang begitu merdu, selalu ia lantunkan jika bersama sang Ayah, untuk mengenang sanak saudara yang telah j

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 24 MAWAR EMAS

    “Lapor Panglima, semua sisi istana sudah kami periksa tapi tidak menemukan penyusup.” Seorang prajurit menghadap, semua orang sudah di kerahkan untuk mencari penyusup yang menusuk Raja ke segala penjuru istana. Bahkan sampai ke luar istana di lakukan pencarian tapi tidak membuahkan hasil.Kecek mengeretek giginya, dan mengepal tangan sangat kuat hingga uratnya terlihat, sekarang ia sangat marah dengan kejadian yang meneror nya saat ini, di mulai dari Lawen kini Raja juga menjadi sasaran. Siapa gerangan yang menjadi dalang semua ini, padahal semua musuhnya dulu semuanya sudah mati. Manaf dan Jawo.Di ruangan UGD Raja di tangani oleh dokter Djata dengan sangat intensif, dan di bantu oleh semua dokter terbaik Saranjana. Putri Lisa tidak bisa menahan emosinya, deraian tangisnya tidak bisa ia hentikan hingga kelopak matanya membengkak. Kini penjagaan di istana semakin di perketat, tidak ada orang asing yang di perbolehkan masuk.“Putri” kini Lawen berusaha menenangkan Lisa dengan pelukan h

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 23 PENYUSUP

    Tiga orang bertopeng mengendap ngendap di sisi istana, para Prajurit yang berjaga tidak mengetahui keberadaan mereka. Karena mereka sangat lincah dalam geraknya, hampir tidak menimbulkan suara sedikitpun dari langkah mereka.“Hati hati jangan sampai ketahuan.” Ucap salah satu dari orang orang bertopeng yang sepertinya pemimpin mereka. Setengah meter lagi mereka akan berhasil masuk ke dalam ruang istana, para perajurit sangat ketat berjaga di setiap pintu masing masing di jaga oleh dua orang prajurit. Kreeeekkkkk Salah satu dari mereka menginjak sesuatu, yang menimbulkan kecurigaan dua orang prajurit penjaga pintu masuk utama kerajaan.“Coba periksa” salah satu prajurit menyuruh rekannya untuk melihat kondisi di balik tembok kiri pintu. “Aman, hanya seekor burung.” Teriak rekan prajurit.Tiga orang bertopeng meresa lega, karena keberadaan mereka tidak di ketahui oleh penjaga. Mereka dengan cepat melompat ke atas genteng. Di bawah cahaya bulan yang tidak terlalu terang membuat langk

  • KUNYIT DARI SARANJANA   BAB. 22 HALUSINASI

    SiuuutttSebuah anak panah melesat nyaris mengenai kepala Galin, ia sangat kaget napasnya memburu naik turun. Ia melihat Kecek dengan gagah bertarung menghadang pasukan musuh yang menunggangi kuda menghambur dengan pedang nya menebas pasukan pertahanan istana.DuuaaaaaaarrrrrrLedakan yang sangat besar membuat semua orang yang berada di sekitar lokasi terpental jauh, ledakan lima kali di turunkan. Hingga membuat kepala Galin berdenyut dan telinganya sunging, tubuhnya kotor penuh debu. Kepolan asap membuat jarak pandangan, di udara entah berapa banyak anak panah berjatuhan. Panglima Kecek, masih sibuk menghalangi pasukan musuh, dengan sebilah mandau macamnya mampu membunuh musuh dengan sekali tebasan, musuh kesulitan untuk menyerang, karena pertahanan berada di dua sisi. Yang paling kuat adalah pertahanan pertama, di atas benteng tinggi, mereka menghujani dengan anak panah dari ketinggian.Pasukan mandau menghadang langsung di garis kedua. Setelah musuh yang berhasil di pukul mundur da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status