Share

Bab 4

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2023-04-01 12:34:46

"Dewi? Ngapain kamu di sini?" tanyaku padanya. Seakan tak percaya perempuan itu benar-benar ada di hadapanku detik ini. Dia tersenyum sinis sambil melirik, tanpa menjawab pertanyaanku, duduk begitu saja di sebelah Maya, calon maduku. 

Pertemuan yang tak pernah kusangka sebelumnya. Dia tak mempedulikanku, menganggap seolah tak ada aku dalam ruangan ini. Benar-benar nggak ada sopan santunnya bertamu di rumah orang. Perempuan seperti itukah yang diidamkan ibu menjadi menantunya?

 

"Ohya Lin, buatin teh buat mereka to. Sekalian bawakan camilannya," perintah ibu padaku. 

 

"Kenapa harus Lina, Bu?," jawabku sekenanya. Aku masih kesal dengan sikap Dewi kala itu, apalagi saat ini. Tak pernah ada rasa bersalah di hatinya sudah mempermalukanku waktu itu. Bahkan sekedar kata maaf pun enggan dia ucapkan. 

 

"Lantas siapa kalau bukan kamu, Lin? Ibu? Atau mereka kamu suruh bikin teh sendiri?" Ucapan ibu naik beberapa oktaf. 

 

Aku melirik sekilas. Beranjak dari tempat duduk, tanpa mengucap sepatah kata. Lalu, melangkah malas menuju  dapur, memasak air di teko. 

 

"Kamu kaget Lin, aku ada di sini?" Suara perempuan itu mengagetkanku. 

 

Menoleh ke arahnya yang masih berdiri di samping kulkas dengan tangan terlipat di dada. Menyebalkan sekali gayanya! Kenapa dia bisa bersikap seolah tuan rumah sedangkan aku pembantunya?! 

 

"Kenapa? Kaget? Shock? Nggak bisa bilang apa-apa? Dasar pelakor nggak tahu malu!" ucapnya lagi. 

 

Kutarik rambutnya kuat-kuat. Dia memang perempuan tak punya adab. Kurang ajar. Mulutnya nggak pernah di sekolahkan. 

 

"Apa-apaan kau, Lin. Sakitttt rambutku. Sudah gila kau ya? Stress karena suamimu sudah bosan padamu, sampai dia ingin memberimu madu?" 

 

Mulut perempuan itu masih saja tak mau diam. Semakin dia bicara semakin kencang kutarik rambut panjang sebahunya. Dia teriak-teriak kesakitan. 

 

Ibu, Mas Gilang dan Maya berlarian ke dapur. Terkejut, melihat kami saling jambak tak beraturan. 

 

"Apa-apaan kalian ini!" teriak Mas Gilang kaget.

 

Dia menarik tanganku, sedangkan Ibu dan Maya menarik tangan perempuan itu yang hampir mencakar pipiku. 

 

"Kurang ajar istrimu itu, Mas. Bukannya terima kasih aku bantuin bikin teh malah nyakar-nyakar lenganku. Sudah gila dia!" Dewi mulai bikin drama. Rasanya ingin kutampar mulutnya yang lumer itu. Nggak ada akhlak! 

 

"Apa katamu heh?! Nggak salah ucapanmu itu? Dasar perempuan nggak punya sopan santun di rumah orang!" balasku tak mau kalah. 

 

"Apa-apaan kau, Lin. Dia memang minta ijin mau bantuin kamu di dapur. Harusnya kamu bersyukur ada tamu yang nggak mau merepotkan tuan rumah" Ibu membela. 

 

Kutatap tajam bola mata ibu. Perempuan ini, yang dulu selalu kuhormati dan kusayangi sepenuh hati, nyatanya tak pernah menghargai aku sebagai menantunya. Sebanyak apapun pengorbananku untuknya, sepertinya dia memang sudah mati rasa. 

 

"Ibu nggak perlu ikut campur. Dia memang pandai bersandiwara, Bu," jawabku cepat. 

 

Wajah ibu memerah. Bukan karena malu namun sepertinya dia menahan amarah. 

 

"Dasar menantu kurang ajar. Sudah tak bisa memberi cucu, mulutmu juga tak bisa diatur!" 

 

Mas Gilang memelukku, mencoba menenangkan. Namun hatiku sudah terlanjur sakit, berantakan. Apalagi melihat ibu yang justru membela orang lain daripada menantunya sendiri. 

 

"Sudah. Sudah. Malah berantem di sini seperti anak kecil. Malu kalau sampai tetangga tahu." Mas Gilang mencoba melerai. 

 

"Lebih baik kalian pulang sekarang. Aku nggak mau buang-buang energi untuk meladeni mulutmu yang kotor itu, Wi," bentakku kemudian. 

 

"Pulang? Mereka baru saja datang, Lin. Kita sudah sepakat membicarakan tanggal pernikahan itu, kan?" 

 

Ibu masih saja ikut campur. Rasanya ingin kuusir mereka semua dari rumah ini jika tak takut murka suami. Mencoba istighfar lagi dan lagi, agar emosiku tak meledak kembali. 

 

"Terserah kalian. Mau tanggal berapa dan di mana pernikahan itu digelar. Kepalaku pusing, mau tidur di kamar."

Aku melangkahkan kaki menuju kamar, Mas Gilang sempat mencegah. Namun aku tak peduli. Malas melihat mereka berada di rumah ini. 

 

Setengah jam berlalu, aku masih termangu di sudut ranjang dengan air mata berlinang. Dadaku terasa amat sesak. Sakit ini, tak bisa kujelaskan lewat kat-kata. Ingin rasanya teriak sekencang-kencangnya agar beban ini lebih ringan, namun itu tak mungkin kulakukan. Aku tak ingin dianggap gila. 

 

Sebenarnya apa tujuan Dewi ikut datang ke rumah ini? Apa hubungan dia dengan Maya? Mas Gilang mengirimkan beberapa chat whatshap, memintaku untuk keluar sebentar namun kuabaikan.

 

"Lin ...." Suara Mas Gilang di depan pintu kamar. 

 

"Lina, aku tahu kamu nggak tidur, kan?," tanyanya lagi. 

 

"Lin, maafkan aku ...." 

 

Hanya itu ucapannya. Kemudian, kudengar derap langkah kakinya menjauh. Suara mobil Mas Gilang pun meninggalkan garasi. Mungkin dia akan mengantar mereka pulang. Syukurlah, mereka sudah pergi. Rasanya rumah ini tenang dan nyaman kembali. 

 

Kubuka pintu perlahan. Melangkah ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Setidaknya, mungkin bisa menemani kekalutanku sore ini. 

 

"Pernikahannya digelar besok, Lin. Jam sembilan, di rumah ini," ucapan ibu dari ruang tamu menghentikan aktivitasku. 

 

***

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rosa Lina
kenapa sih laki 2 lebay
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei anjing, klu itu rumahmu maka usir aja mereka senua. kau aja yg terlalu menye2 dan cari alasan buat bertahan. mampuslah kau lina
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
segitu bucinnya ya sampe mau dimadu & madunya tinggal bareng di rmhnya sendiri. mana pula msh ngasih jatah bulanan dari gaji sendiri buat ibu mertua. vinta boleh aja, tapi jgn lah terlalu bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 61 (End)

    Althaf Radhika Alfahri.Anak laki-laki pertamaku yang rupawan. Dia adalah pelita yang menyinariku di saat gelap dan rapuh. Dia yang membuatku semakin kuat dan semangat di setiap keadaan dan dia yang membuatku semakin menyadari jika tak akan pernah ada kata sia-sia dari sebuah perjuangan dan kesabaran. Ada harapan dan doa yang kutanamkan dalam nama itu. Aku dan Mas Gilang sangat berharap kelak dia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang berhati lembut, sukses dan memiliki semangat untuk berbagi kebaikan hingga bisa bermanfaat untuk banyak orang.Detik ini, kulihat Mas Gilang yang sedang mengazani anak sulungnya dengan hati berbunga. Senyumnya mengembang. Wajahnya yang tampan memancarkan aura kebahagiaan. Ibu yang dulu seolah tak pernah memberi restu untukku, sekarang justru berbalik 180 derajat.Dia begitu menyayangiku setelah rencana buruk dan sandiwara menantu kesayangannya itu terbongkar semuanya. Cinta dan perhatian ibu padaku semakin bertambah saat anak pertamaku lahir. Ibu terli

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 60

    Pov : Maya"May, kamu di mana? Aku mau ketemu," ucap Mbak Dewi tiba-tiba setelah sekian minggu tak ada kabar."Mau ngapain sih, Mbak?" tanyaku cepat.Hatiku berdebar-debar, jangan sampai Mbak Dewi merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Mbak Lina lagi. Aku nggak mau ikut campur. Mereka bisa benar-benar menjebloskanku ke sel."Rumah tanggaku hancur, May. Mas Indra menceraikanku. Istri tua dan keriputnya itu mengambil semua yang kupunya. Rumah dan mobil itu. Sekarang, aku di rumah ibu," ucap Mbak Dewi panjang.Mulutku ternganga seketika mendengar ceritanya. Aku yakin, Mbak Dewi pasti tak akan rela dan diam begitu saja. Dia pasti akan membalas perlakuan Mbak Lina. Karena masih menganggap Mbak Lina dalang semuanya."Sudahlah, Mbak. Jangan ganggu keluarga Mas Gilang lagi. Bahaya, Mbak. Mbak bisa benar-benar dimasukkan penjara nanti."Aku masih terus berusaha menasehati. Walaupun bagaimana, dia tetap kakakku. Aku sangat menyayanginya, meski kelakuannya seperti itu dan sering membuatku pusin

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 59

    Pov : Dimas Maya. Aku ingin sekali membencinya karena dia sudah tega menghianati cinta yang kupunya. Dia diam-diam berhubungan dengan lelaki lain yang jauh lebih mapan dan tampan. Saat tahu kabar itu, rasanya benar-benar sulit digambarkan.Banyak hal yang kami lakukan bersama, teganya dia pergi begitu saja. Namun, aku cukup heran kenapa sampai detik ini belum bisa melupakannya. Berulang kali mencoba untuk move on, berulang kali pula selalu gagal. Aku benci dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu mengapa harus mencintai perempuan yang sudah terang-terangan menghianatiku. Bahkan secara sengaja menikah dengan laki-laki lain yang lebih mapan, meski hanya menjadi istri kedua. Entah siapa yang bodoh dalam hal ini. Aku yang dibutakan oleh cinta dan nafsu atau dia yang hanya mengejar harta, tanpa peduli adanya cinta. Entah.Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Begitu pula dengan sandiwara Maya. Aku mengetahui gerak-gerik pengkhianatannya sebelu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 58

    Sebelum maghrib, kami sudah sampai di rumah. Maya dan Bi Minah turun dari mobil Mas Adam. Perempuan itu masih saja menunduk dalam diam."Lang, aku pamit pulang, ya?" ucap Mas Adam tiba-tiba. Mas Gilang yang baru saja menutup pintu mobil, menoleh seketika."Nggak mampir dulu, Dam? Btw Makasih banyak atas bantuannya ya? Maaf selalu ngrepotin kamu," jawab Mas Gilang kemudian."Santai aja, Lang. Aku balik dulu deh, habis maghrib mau ada perlu soalnya," lanjut Mas Adam lagi."Oh, okey. Hati-hati kalau begitu," jawab Mas Gilang pelan sembari tersenyum.Mas Adam menatapku sekilas sebagai tanda pamit pulang. Dia kembali masuk ke mobilnya dan berlalu dari halaman.Tak berselang lama, muncul mobil hitam dop dari arah kanan, berhenti tepat di depan gerbang.Mas Gilang melangkah pelan menghampirinya. Bercakap sebentar dengan sang supir lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah."Pak Roby dan Pak Emon. Dia datang membawa laki-laki itu. Ayah si Haikal," ucap Mas Gilang lirih di sampingku. Aku men

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 57

    Perempuan itu keluar kamar juga setelah sekian menit menunggu. Geram, kesal dan benci kembali menyergapku. Kutatap matanya yang menyiratkan ketakutan.Rasanya ingin sekali kumaki dan kutampar dia berulang kali, agar dia sadar. Kelakuannya selama ini bukanlah sesuatu yang lucu.Bagaimana mungkin dia berhubungan dengan orang lain tapi justru meminta suamiku untuk bertanggung jawab! Benar-benar keterlaluan. Tak punya adab.Apakah seperti itu yang diajarkan Dewi padanya? Merusak rumah tangga orang bagaimana pun caranya. Seperti syaitan yang begitu riang ketika sebuah keluarga di ambang perceraian."Maya!" Bentakku tiba-tiba. Dia terlonjak kaget. Mas Gilang memegang lenganku pelan. Membisikkan istighfar berulang kali.Mataku memanas menahan amarah yang memuncak namun aku tak kuasa mengungkapkannya. Kupendam sedemikian rupa, namun kali ini rasanya aku ingin membuat sedikit pelajaran padanya. Biar dia kapok, tak mengulangi kesalahannya lagi.Kucengkeram lengannya sekuat mungkin dengan tangan

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 56

    Pov : Maya Mas Gilang masih saja mencecarku dengan berbagai pertanyaan tentang Denis dan anak itu. Tak bisa mengelak dan begitu tersudut, akhirnya kuceritakan saja semuanya. Beragam bukti dia genggam membuatku tak bisa berkelit lagi. Kini aku mulai pasrah. Mungkin memang sudah waktunya aku menyerah dan kalah. "Kenapa kamu berbuat seperti ini, May? Apa kamu kira, aku akan membuangmu begitu saja saat aku tahu anak itu bukan darah dagingku?" tanyanya dengan penuh penekanan dan ketegasan.Aku tetap menunduk. Rasanya tak mampu membalas apapun yang akan dikatakan dan dituduhkannya nanti. Sesekali menyeka kedua pipiku yang makin lama makin basah. Ibu mertua ikut mengomel tak karuan. Membuat makin banyak polusi telinga. "Aku sudah menyuruh orang untuk memata-mataimu sejak lama. Aku juga tahu, kalau selama ini kamu tak kuliah. Uang kuliah dan jatah bulananmu sengaja kamu tabung untuk membangun rumah ini, kan?" tanyanya lagi. Bukan bertanya, namun dia memang sudah mengantongi kuncinya. Membu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status