Share

MENGUPING OBROLAN

last update Last Updated: 2022-06-20 19:28:02

KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 7

"Maksudnya gimana, Dek?" tanya Mas Raka yang sudah lebih tenang sedikit.

"Kita balas kesombongan keluargamu, Mas. Pantas aja kamu menyuruhku untuk tidak memberitahu keluargamu kalau keluargaku memiliki beberapa kontrakan, dan memiliki rumah makan Padang," ujarku.

"Dek, aku sendiri hampir lupa kalau kamu dari keluarga yang cukup berada. Ya Allah ... maafin suamimu ini, Dek. Di keluargaku kamu malah diperlakukan seperti pembantu. Bapak dan ibumu pasti sangat marah kalau mengetahui ini semua," lirih Mas Raka.

Ya, sewaktu kami masih pacaran Mas Raka pernah bilang jangan menceritakan tentang keluargaku pada keluarganya. Yang mereka tahu bapakku hanyalah seorang buruh pabrik biasa, dan ibuku hanyalah ibu rumah tangga saja.

"Emangnya kenapa kalau jujur aja sama keluargamu, Nak?" tanya Bapak kala itu keheranan.

"Nggak papa, Pak. Keluargaku suka minderan orangnya," jawab Mas Raka.

"Loh, kok gitu. Tapi ya udah kalau itu maumu," ujar Bapak.

Selama ini aku diam tak pernah menceritakan soal rumah tanggaku pada Bapak. Ya, memang rumah tanggaku dan Mas Raka baik-baik saja. Yang tak baik itu keluarganya.

"Malam ini kita ke rumah orang tuaku aja, Mas. Sementara kita tinggal di sana sampai dapat tempat tinggal yang baru. Aku juga berencana ingin membuka usaha dari hasil menulisku, Mas," jelasku.

"Tapi nggak enak kalau sampai orang tuamu tau, Dek. Aku malu sama orang tuamu. Mau usaha apa, Dek?" tanya Mas Raka.

"Aku mau buka butik, Mas."

"Buka butik perlu modal yang lumayan besar, Dek." Mas Raka serius menatapku.

"Insya Allah cukup uangku, Mas. Uang hasil menulisku selama ini kukumpulkan, buka kecil-kecilan aja dulu," jelasku.

"Ya udah kalau itu memang maumu. Mas akan mendukungmu, nanti Mas juga mau cari kerjaan lagi. Doakan, Mas, ya, Dek. Biar dapat pekerjaan lagi."

Kutelepon adikku Arbi dan memberitahunya bahwa aku dan Mas Raka malam ini ingin menginap di rumah Ibu dan Bapak.

Kini kami bersiap untuk keluar dari rumah ini, rumah yang selalu membuatku merasa terhinakan. Sudah cukup rasanya menjadi pembantu gratisan untuk mereka. Saatnya untuk bangkit dan membalas kesombongan serta keangkuhan mereka.

"Dek, almarhum mamaku dulu punya kebun sawit di Jambi. Sekarang yang urus adiknya Mama. Apa kita jual aja kebun sawit itu untuk modal buka usaha butikmu?" ujar Mas Raka.

"Lho, kamu punya kebun sawit, Mas?"

"Iya, Dek. Itu harta peninggalan Mama untukku." Mas Raka menghela napasnya sambil merebahkan diri di atas kasur.

"Jangan dijual, Mas. Biar butik pakai uangku aja," tolakku halus.

"Minggu kemarin pamanku telepon, katanya selama ini hasil penjualan buah sawit ia taruh di bank. Paman nggak mau pakai uang itu, katanya uang hasil panen sawit itu hakku. Padahal Paman yang mengurus semuanya," jelas Mas Raka.

Aku menoleh ke arah pintu karena ada suara bisik-bisik di luar sana. Apa mereka sedang menguping pembicaraan kami.

"Mas, sepertinya ada yang sedang menguping pembicaraan kita," bisikku.

Mas Raka terdiam dan ikut menoleh ke arah pintu. Pelan-pelan Mas Raka berjalan dan membuka pintu. Benar saja ada Mbak Desi dan Arman yang sedang menguping.

"Kamu mau pergi Raka? Maafin Abang sama yang lainnya, ya. Kami memang keterlaluan sama kalian."

Tiba-tiba saja sikapnya Arman berubah 180 derajat pada kami. Apa karena mereka mendengar semua obrolanku dan Mas Raka, makanya mereka jadi baik seperti ini.

Tetap saja aku akan pindah dari sini, nggak sudih aku lama-lama satu atap sama manusia benalu.

"Iya, kami mau pindah. Kenapa memangnya?" ketus Mas Raka.

"Jangan pindah, tetap tinggal di sini. Kami memang salah. Ayo, kita mulai semuanya dari awal dan berbaikan. Kita ini keluarga lho, masa musuhan."

Mbak Desi berbicara sangat manis sekali. Ia mencoba menggapai tanganku, namun cepat kutepis. Jijik rasanya dipegang kuman.

"Ayo kita keluar, tadi Mas Arman udah pesan makanan online. Mas Arman order seafood, ayo kita makan malam bersama. Maafkan aku ya, Dev, udah bersikap kaya gitu sama kamu."

Mbak Desi merangkul pundakku dan menuntunku ke meja makan. Di sana sudah ada seafood dan juga donat seperti yang tadi aku beli untuk Shaka.

Huh, ternyata mau baik-baikin kami kalian karena sudah menguping obrolanku dan Mas Raka.

Jangan mimpi aku tetap bertahan di sini. Jangan juga berharap bisa mencicipi uangku dan Mas Raka.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Memang keluarga gak ada akhlak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   TAMAT

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU pqrt 37Bu Delima mengalami stroke ringan saat jatuh dari kamar mandi, sebelah kaki kanan serta tangan kanannya tak dapat digerakkan.Mulutnya pun sedikit mencong membuat ia agak kesulitan untuk berbicara serta makan. Hal ini membuat Bunga makin tertekan.Kini Bu Delima hanya mampu terbaring di atas kasur, segala sesuatu harus diambilkan atau dibantu oleh Bunga."Kenapa hidupku jadi seperti ini," lirih Bunga.Hatinya pun was-was dengan hasil lab penyakitnya. Ia berharap bahwa hasilnya akan negatif.Bu Delima mencoba untuk berbicara sesuatu, namun Bunga tak dapat mengerti denga apa yang diucapkan oleh ibunya."Aku nggak ngerti Ibu ngomong apa," bentak Bunga frustasi.Rasa nyeri di bagian perut nya kini mulai terasa lagi. Nyeri seperti orang yang tengah sembelit, darah pun kembali keluar dari kewanitaannya. Semakin hari tubuhnya semakin melemah."Bu, apa ini ganjaran buat kita karena sudah terlalu dzalim sama Mas Raka dan Mbak Devina?" lirih

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   SATU PERSATU HANCUR

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 36Bu Delima berteriak seperti orang kesetanan karena kepergian Arman. Ia membanting apa saja yang dekat dalam jangkauannya."Kurang ajar anak itu, dia mulai tak sopan pada ibu kandungnya sendiri!" teriak Bu Delima.Bunga menarik napasnya dalam-dalam, kini kehancuran keluarganya sudah di depan mata. Dua anak sudah keluar dari dalam rumah ini, yang lainnya mendekam di dalam penjara."Keluarga kita hancur Bunga, ini semua karena Devina. Kalau saja dia tidak masuk ke dalam keluarga kita, pasti saat ini semuanya masih baik-baik saja!" tukas Bu Delima, matanya nyalang menatap lurus ke depan.Segala umpatan serta caci makian ia keluarkan semua untuk Devina. Ia juga terus-terusan memukul robot milik Shaka yang tertinggal di rumahnya, ia beranggapan kalau itu Devina dan anaknya.Robot itu menjadi sasaran kemarahan Bu Delima, dipatahkannya kedua tangan robot itu, lalu bergantian mematahkan kedua kaki robot."Andai saja aku bisa melakukan ini k

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   GUGAT CERAI

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 35Bu Delima dan Bunga nekat datang ke kantor untuk menemui Raka dan juga ingin melabrak Devina.Kedatangannya ke kantor membuat semua karyawan menatap mereka tak suka."Di mana ruangan Raka dan Devina?" tanyanya pada salah satu karyawan dengan angkuh.Kebetulan Devina keluar dari ruangannya ingin pergi ke toilet. Ia melihat ada Bu Delima dan juga Bunga."Kenapa cari aku?" tanya Devina melipat kedua tangannya di dada.Bu Delima mendecih, tatapan tak suka ia perlihatkan pada menantu tirinya itu.Bunga berjalan mendekati Devina dengan angkuhnya."Pakai pelet apa kamu untuk mencuci otak kakakku dan menghancurkan keluargaku?" bentak Bunga dengan mata yang mulai berembun.Bu Delima tersenyum miring melihat anaknya kini melabrak Devina di depan banyak karyawan.Dibiarkannya emosi Bunga meluap-luap, ia senang jika ada kekacauan di kantor ini. Membuat image Devina jadi buruk di mata Pak Hidayat. Padahal itu tak berpengaruh sama sekali, karena

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   MENDEKAM DI PENJARA

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 34"Maksudmu apa, hah?" tanya Bu Delima geram.Polisi langsung memberikan surat penangkapan untuk Naldi dan juga Desi. Semuanya tercengang, wajah Desi dan Naldi berubah pucat.Gemetar badannya menahan rasa takut setelah membaca surat penangkapan dari kepolisian."Saya difitnah!" tukas Desi."Siapa yang mau memfitnah wanita setan sepertimu?" sahut Rani dengan menantap tajam padanya."Mari ikut kami ke kantor polisi, nanti kalian bisa jelaskan di sana."Polisi lantas memborgol kedua tangan Naldi dan juga Desi. Mereka sempat berontak, namun langsung kembali ciut saat dibentak polisi dengan badan besarnya.Devina tersenyum sinis melihat Desi dan Naldi digiring polisi memasuki mobil calon narapidana."Keterlaluan kalian. Kau, aku berjanji akan membuat hidupmu berantakan!" tukas Naldi mengancam Devina."Lihat 'kan, Pak, bagaimana cara dia mengancam saya? Jadi cepatlah bawa mereka ke dalam sel penjara," ujar Devina.Dengan terpaksa mereka me

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   SUDAHI DRAMA KALIAN, MARI MASUK PENJARA

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 33Sekarang keadaannya dibuat berbalik arah. Dari kemarin Naldi dan Desi terus menghubungi dan menanyakan kabar Devina dan Raka pada anak buahnya Fikram. Apakah semuanya berjalan dengan lancar.Namun anak buahnya Fikram tak merespon, ya, begitulah yang disuruh Fikram. Kali ini Fikram langsung yang menghubungi mereka.'Semua yang Anda mau sudah beres, wanita dan lelaki yang ada di foto itu sudah tewas mungkin waktu kami tabrak,' ujar Fikram pada sambungan telepon.'Ini siapa?' tanya Desi.'Fikram, kepala preman atau algojo dari orang-orang yang Anda suruh kemarin,' sahut Fikram.'Jangan lupa untuk memberikan bonus seperti yang Anda janjikan tempo hari pada anak buah saya. Kalau bisa langsung transfer sekarang!' Fikram langsung menutup sambungan telepon itu secara sepihak. Desi yang belum puas dengan laporan Fikram pun emosi, ia segera mengirim pesan pada Fikram menanyakan tentang kebenarannya. [Saya minta bukti kalau mereka benar suk

  • KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU   MARAHNYA ORANG PENDIAM

    KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 32Fikram amat geram dengan orang yang ingin sekali Devina dan keluarganya tewas."Terus gimana nih, Bos?" tanya Didi meringis."Kasih tau gue siapa orang yang mau mencelakai Devina, kemarin 'kan yang nyari orderan kalian bukan gue!" tukas Fikram.Terakhir kali Fikram masih menjalin komunikasi dengan Devina pada acara pernikahan Devina dan Raka. Lepas itu mereka putus komunikasi, lebih tepatnya Fikram yang memutuskan kontak karena tak enak dengan Raka.Yanto menunjukkan foto Desi dan Naldi pada Fikram."Jadinya gimana, Bos?" tanya Didi lagi."Ambil duitnya, nggak usah dikerjain perintahnya!" tegas Fikram.***Desi tersenyum membayangkan tentang kematian Devina dan juga Raka. Jika itu terjadi, maka ia dan Naldi bisa menguasai harta miliknya.Kini ia berlagak seperti seorang sosialita, berjalan dengan sepatu hak tinggi juga dress berwarna merah."Tuh si Rani waktu kemarin datang ke sini menagih utang. Jika nggak dibayar akan dibawa ke j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status