Share

Bab 8

Rania menyelesaikan tugasnya di depan rumah. Kini dia berniat mencuci baju di halaman belakang. Satu persatu baju dia pisah lalu ia masukan dalam mesin cuci.

Sesekali matanya melirik di celah-celah pagar besi yang menjadi pembatas antara rumah Bu Husen dengan Rendi. 

Entah mengapa perasaannya selalu tertuju pada rumah orang baik yang sudah membantunya tempo hari. 

Matanya membulat sempurna karena mendapati sosok yang ia cari sedang menangis sesenggukan. 

Rania kembali menajamkan indera penglihatannya agar bisa jelas melihat Rendi sedang melakukan apa?

Mata Rania memindai, melihat tangan Rendi sedang memegang sebotol obat nyamuk.

"Astagfirullahaladzim, Mas … Mas Rendi, mau ngapain?" Rania menggedor-gedor pagar besi. Berharap Rendi mau merespon panggilannya. Namun sayang, Rendi masih fokus dengan barang ditangan. Seperti kehilangan arah, lelaki itu kembali menangis tersedu-sedu. Padahal semalam dia sudah mencurahkan isi hatinya pada Tuhan. 

"Ya Allah, Mas Rendi. Istighfar," teriak Rania. Dia mencoba menyadarkan Rendi. Namun lelaki itu masih tak merespon. Rania berlari ke kamar, melihat Salsa. Memastikan anak itu masih terlelap. 

Rania kembali berlari ke depan menuju rumah Rendi. Entah ini sebuah kebetulan atau tidak pagar besi tak terkunci apalagi pintu depan. Rania mencoba membukanya, dengan mudahnya pintu itu terbuka. Rania masih dalam keadaan berlari. Menuju halaman belakang, dilihatnya semua barang berserakan di lantai. Jelas sudah, orang yang ada di rumah ini sedang tidak baik-baik saja.

"Pak Rendi, jangan kau lakukan itu. Istighfar," ucap Rania sembari menyahut botol obat nyamuk yang hendak diminum Rendi. Lelaki itu murka, dia marah kenapa Rania menolongnya. Dia ingin pergi, dia ingin mat*. Rasanya cobaan ini begitu berat bagi Rendi. 

Air mata Rendi bercucuran. Tubuhnya tersungkur dari kursi roda. Rania hendak membantu namun naas, tangan Rendi menampiknya. Meminta wanita itu pergi dari rumah ini. Rendi menangis sejadi-jadinya. 

Rania masih berusaha menolong, namun ditolaknya mentah-mentah oleh lelaki itu. 

"Istighfar, Pak. Jika Pak Rendi ingin cerita silahkan cerita semuanya. Jangan seperti ini? Istri Pak Rendi dimana?" tanya Rania sembari pandangannya menyapu ke segala arah.

"Pergi dari rumah saya! Anda tidak perlu ikut campur dengan keluarga saya!"

"Maaf, tapi Pak…."

"Pergilah!"

Rendi tertunduk, sesekali dia menyeka air matanya. Sedangkan Rania tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia masih menatap lelaki yang hampir putus asa itu. 

Rendi berusaha berdiri, namun gagal. Rania mendekat dan membantunya duduk di kursi roda. Awalnya menolak namun akhirnya Rendi mau dibantu oleh Rania. Setelah usahanya berkali-kali gagal. 

Jilbab Pashmina  yang dikenakan Rania sedikit menyibak. Ia berniat membetulkan, namun sayang ujung jilbabnya menyangkut di kursi roda. Hingga membuat Rendi membantu melepasnya. Netra mereka saling bertemu ketika jilbab itu berhasil terlepas sesuatu yang membuatnya menyangkut.

"Berzina, kalian berzina!" Clara berteriak. Ketika melihat Rania dan juga Rendi saling menatap. 

"Ow, jadi ini yang bikin kamu pengen kita cepat-cepat pergi dari rumah ini?" Ana ikut menimpali. Wanita itu juga ikut mengompori.

"Maaf, Mbak. Ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Saya hanya-"

"Hanya berciuman?"

"Astagfirullahaladzim, jaga. Ucapan kamu Clara, kami hanya-"

"Malu kalau tertangkap basah? Rendi, Rendi. Kamu ini lumpuh, tapi ot*knya masih mesum. Seharusnya kepergian kami itu, bikin kamu interopeksi diri. Bukan malah bawa selingkuhan ke rumah!"

"Kalian semalam ngapain saja? Rumah sampai berantakan seperti ini?" Clara mencebik wanita itu benar-benar terlihat senang melihat Rendi berada dalam posisi seperti ini.

"Clara, kamu panggil Pak RT dan semua orang. Biar mereka diadili!"

"Jangan Bu, jangan. Saya mohon, saya bersumpah tidak melakukan apa-apa dengan Mas Rendi." 

"Ow, sudah panggil Mas ya sekarang? Kamu benar-benar munafik, Mas!"

Clara pergi meninggalkan orang-orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Rania menangis, sedangkan Rendi masih menatap Ana.

Ana dengan wajah liciknya terus saja yumenatap tajam ke arah mereka. Hingga tak beberapa lama terdengar suara gaduh dari luar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status