LOGINKeheningan menyelimuti Kuil Bulan.Di aula Kuil Bulan yang agung, cahaya perak lembut jatuh di lantai. Suasana terasa dingin dan sunyi.Ren terbaring tak bergerak, tubuhnya kaku, napasnya tidak ada, dan garis racun hitam masih menjalar di lehernya. Lian duduk menyangga kepala Ren di pangkuannya, rambutnya berantakan, wajahnya basah oleh air mata. Tangannya terus menggenggam tangan Ren yang dingin.“Ren …,” suaranya serak. “Bangun. Aku belum selesai marah padamu.”Ia menunduk, air matanya jatuh ke pipi Ren yang tak menjawab.Guan masih terus mengalirkan energi bulannya.Di dekatnya, Shangkara berdiri diam dan tegang, wajahnya keras tapi matanya
Jujur aja, aku selalu suka konsep senjata menyala. Aku pertama kali jatuh cinta waktu baca salah satu aplikasi baca. Tiap kali tokohnya menarik pedang dan senjatanya bisa menyala dengan aura spiritual, aku selalu ngerasa, wah gila, ini keren banget! Jadi pas nulis cerita ini, aku pengen Kaisar Vermilion punya hal yang sama: pedang yang nggak cuma kuat secara fisik, tapi juga hidup secara spiritual. Begitulah lahirnya Pedang Spiritual Vermilion, senjata yang jadi simbol dan sekaligus beban Kaisar. *** Pedang Spiritual Vermilion — Pedang Kaisar Nama asli: Yanlin (焰麟) Julukan: Pedang Spiritual Vermilion Pemilik: Kaisar Shangkara Vermilion Tipe: Ignition Weapon — senjata spiritual dengan inti Qi hidup *** Asal dan Pembuatan Pedang ini dibuat dari logam kuno yang disebut Batu Bara Dewa — bahan langka yang bisa menyimpan energi Vermilion murni tanpa meledak. Bilahnya hitam pekat, tapi di dalamnya mengalir urat merah keemasan, seolah nadi api yang tertidur. Biasanya, pedang ini t
Udara berdesir. Shangkara berdiri berhadapan dengan Komandan Syam. Di tangan Shangkara, Pedang Spiritual Vermilion miliknya—pedang hitam gagah dengan urat merah menyala—terasa dingin dan mematikan.Shangkara menghunus pedangnya, bersiap menghadapi Komandan Syam dalam duel jarak dekat.Komandan Syam mengayukan pedang gelap miliknya. “Mari kita lihat kemampuan pedang kaisar!” Ia menyerang Shangkara dnegan ayunan pedangnya yang cepat.Shangkara berhasil menghindar dengan elegan. “Kau bahkan tidka layak melihat kekuatanku yang sebenarnya.”Shangkara bergerak seperti api yang menari. Setiap tebasan pedangnya tepat sasaran, meski tanpa menggunakan energi vermilionnya.“Fokus … cepat
Malam pertama dan hari pertama perjalanan berjalan lancar, berkat kabut ilusi Pasukan Bayangan tidak ada yang menyadari perjalanan mereka. Mereka beristirahat sejenak untuk makan di hutan terpencil sebelum melanjutkan perjalanan di hari kedua. Menjelang siang hari kedua, ketika perjalanan tinggal setengah hari lagi menuju Danau Bulan, ketegangan memuncak. Di dalam kereta, Ren tiba-tiba tersentak. Ia membuka mata, namun tatapannya kosong. Tubuhnya mulai menggigil tak terkendali. “Jangan … terlalu dekat … Yang Mulia …” Ren mengingau dalam tidurnya. “Ren!” Lian langsung panik. Ia menyentuh kulit Ren dan merasakan demam tinggi. Garis-garis hitam keunguan akibat racun Klan Naga Hitam yang sebelumnya tertahan oleh ramuan, kini merambat di lehernya. “Dia demam.” Guan memeriksa nadinya dengan cepat. “Racunnya sudah mulai menyebar lagi. Ramuan vermilion sudah tidak bisa menahannya.” Guan menggeleng pelan. Cailin yang duduk di sisi kereta, wajahnya pucat seperti kertas. Ia menutup mata, me
Pagi hari di Istana Vermilion, genderang istana berdentum tiga kali.“Dekret Kaisar!” teriak pengawal istana di halaman depan. “Pertunangan resmi antara Yang Mulia Kaisar Vermilion dan Nona Daiyu dari Klan Timur diumumkan demi stabilitas kerajaan!”Berita itu menyebar seperti badai. Rakyat di pasar saling berbisik, antara percaya dan bingung. Ada yang bersorak karena mengira itu tanda damai, ada pula yang cemas karena cahaya merah di langit malam sebelumnya masih jadi bayang-bayang di pikiran mereka.Bendera-bendera kerajaan dikibarkan. Anak-anak menatap langit, mencari burung vermilion merah yang katanya menjaga Kaisar mereka.Di ruang dewan istana, kursi kaisar kosong. Para tetua saling pandang, beberapa mulai merasa ada sesuatu yang tak beres.Guru Fen berdiri di tengah aula, memegang gulungan Dekret Kekaisaran yang disegel dengan Vermilion. Wajahnya dingin dan serius.“Kalian menuntut kepastian!” Guru Fen menggelegar. “Kaisar
Shangkara kembali ke ruang kerjanya. Ia menatap ke luar jendela, di mana langit Istana Vermilion tampak damai, sebuah kontras yang kejam dengan badai yang berkecamuk di dalam dirinya. “Berani sekali dia mengancamku,” bisiknya pada diri sendiri. Tangannya menggenggam erat lengan kursi. Ia mengulurkan tangan, mencoba memanggil api Vermilion penuh, tetapi yang keluar hanyalah nyala api yang kecil dan berkedip. Ia mengerutkan kening. Mengingat amukannya di Pegunungan Utara malam sebelumnya, ia seharusnya merasakan letusan energi, tetapi kini, ia merasakan sumbatan. Ada tali tipis yang melilit Inti Qi-nya, terasa dingin dan memuakkan—gema dari ikatan paksa Daiyu. “Sialan!” umpatnya. Itu adalah bukti nyata, ancaman Daiyu kini memenjarakan kekuatannya. Dengan wajah tegang, ia segera bergegas menuju Kuil Guru Fen. Guru Fen menyambutnya dengan sorot mata yang serius. “Kau membuat dunia gempar, Yang Mulia.” “Biarkan,” jawab Shangkara tanpa basa-basi, ia mencengkeram dadanya. “Aku perlu







