Share

Bab 2

Penulis: Tokek Gantung
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 12:03:31

"Argh...

"Dimana aku?" Seraya memegangi kepalanya, anak kecil itu bertanya kepada diri sendiri.

dia kemudian berdiri dan memegangi perutnya yang sudah keroncongan. Dia hanya manusia fana dan tidak bisa berkultivasi, jadi wajar dia merasa kelaparan.

Sedangkan kultivator meski tak makan mereka hanya menyerap energi spritual sebagai energi.

"Apakah tidak ada makanan di sini? Sudah berapa lama aku di sini?" Sambil berjalan, anak kecil tersebut hanya berbicara tak jelas kepada diri sendiri.

Ketika sedang berjalan, anak kecil tersebut melihat ke arah depan dan menemukan setitik cahaya. Dan itu membuat bocah tersebut kegirangan.

Dengan cepat, anak kecil tersebut berlari ke arah  cahaya itu. Sampai beberapa jam berlari, anak kecil tersebut belum sampai di cahaya tersebut.

Namun, anak kecil tersebut tak pantang menyerah dan semakin bersemangat karena cahaya itu semakin lama semakin jelas dan mendekat.

Tak terasa satu hari anak kecil tersebut berlari menuju cahaya tersebut tapi belum sampai dan akhirnya anak kecil itupun memutuskan untuk berjalan saja karena tenaganya sudah mulai terkuras.

Dua hari kemudian...

Dua hari kembali terlalui dan anak kecil tersebut masih berjalan dengan tubuh gemetar dan pucat karena lapar.

Namun, akhirnya ia telah sampai di cahaya tersebut cahaya tersebut di timbulkan oleh tanaman spritual langka bahkan membuat bola matanya melotot.

Tanpa ragu, anak kecil tersebut langsung memetik dan memakan tanaman spritual tersebut bertujuan mengganjal perut yang sudah satu pekan lebih tidak di isi.

Setelah merasa puas, anak kecil tersebut kemudian menjelajahi tempat itu. Sambil terkagum-kagum, anak kecil tersebut hanya bisa bergumam dengan penuh percaya diri. "kalau saja aku bisa berkultivasi, pasti aku sudah menjadi seorang jenius. Tapi kenapa aku tidak bisa berkultivasi?"

Di ujung jurang, anak kecil tersebut menemukan sebuah pintu dari batu dan memiliki pola-pola yang sangat rumit membuat dia hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Seraya mengamati sekitar, anak kecil tersebut perlahan-lahan memegang pola-pola itu dengan tangannya. Namun pola-pola itu sama sekali tidak bereaksi dan itu membuatnya kecewa.

dia hanya bisa mendesah panjang kemudian terduduk lemas di depan pintu batu itu.

"Apakah aku akan mati di sini?"

"Argh...

"Sungguh tidak berguna! Lebih baik aku mati saja!"

"Aku memang sampah! Kenapa aku harus hidup?"

Sambil berteriak, anak kecil tersebut memukul apa yang berada disekitarnya seraya menangis. Hingga membuat tangannya terluka sangat parah namun anak kecil itu seakan tak peduli dengan rasa sakitnya.

Wush!

Ketika sedang memukul pintu batu itu, tiba-tiba saja pola-pola yang ada di pintu batu itu bercahaya dengan terang.

Dan berhasil membuat anak kecil tersebut kembali bersemangat

Krak...

Boom...

Batu itu pertama menghasilkan retakan seperti jaring laba-laba dan kemudian meledak menjadi abu.

Setelah penglihatannya pulih, anak kecil tersebut melihat ada sebuah ruangan di balik pintu batu tadi dan kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah pelan dan hati-hati.

"Hah!?"

Ruangan itu sangat luas dan sangat indah dengan berbagai macam jenis sumber daya yang sangat langka. Bahkan membuat anak kecil tersebut membelalakkan matanya saking terkejutnya.

Di tengah-tengah ruangan itu, ada sebuah batu besar dengan sebilah pedang yang tertancap di batu tersebut.

Pedang itu terlihat sangat aneh. Karena terdapat beberapa ukuran naga di gagang pedangnya. Di bilang pedang, terdapat beberapa pola aneh, yang bocah itu tidak mengerti.

Melihat itu dia sangat bersemangat dan tanpa ragu langsung menaiki batu tersebut. Tapi anehnya tidak ada satupun formasi atau lain sebagainya yang di jadikan pelindung untuk pedang tersebut.

Ketika memegang gagang pedang tersebut, anak kecil itu merasakan bahwa dia seperti di tindas oleh batu besar.

Namun, itu tidak membuatnya gentar dan lanjut mencabut pedang itu di batu besar tersebut.

Karena tidak kuat menahan tekanan, anak kecil tersebut langsung terpental mundur dan menabrak dinding ruangan itu.

Sambil menggertakan giginya, dia kembali naik keatas batu itu dan ingin mencabut pedang yang tertancap di batu.

Namun sayang, dia sekali lagi terpental mundur dengan darah di sudut mulutnya.

"Argh...!"

"Apakah sesulit ini hanya untuk mencabut sebilah pedang? Aku tak percaya kalau pedang itu yang tidak bisa di cabut! Kalau aku tak bisa mencabutnya, maka aku akan mati di sini!"

Kemudian anak kecil tersebut melihat ke arah tangannya yang tadi berlumuran darah dan sekarang tangannya telah sembuh, bahkan tangannya terlihat seperti tidak pernah terluka.

Kini, anak tersebut mendapatkan sebuah ide, yaitu melukai tangannya sampai mengeluarkan darah.

Dia kemudian berjalan ke arah batu besar di hadapannya kemudian memberi goresan yang dalam di telapak tangannya hingga mengeluarkan darah.

Dengan cepat, anak kecil tersebut naik ke atas batu itu dan perlahan mulai memegang gagang pedang yang sedang tertancap itu.

Pedang itu kemudian mengeluarkan sinar yang keemasan karena terkena darahnya, dan kemudian anak kecil itu menarik pedang tersebut dengan perlahan-lahan.

Wush...

Setelah mencabut pedang itu dari batu besar, kini anak kecil itu di hadapkan pada sesosok jiwa yang sangat menyeramkan.

"Bocah, apakah kamu yang mencabut pedang itu?" Tanyanya kepada bocah di depannya.

Jiwa yang berhadapan dengan bocah tersebut adalah jiwa seekor naga berkepala tujuh yang di katakan hanya mitos belaka.

Dengan tubuh yang gemetar, bocah tersebut menjawab dengan gugup. "Be-benar, senior, aku lah yang mencabut pedang ini di batu ini."

Mendengar pengakuan dari anak kecil di depannya, kepala naga yang berada di samping kiri mendengus dingin.

"Kamu hanya bocah lemah yang tidak bisa berkultivasi, bagaimana mungkin kamu bisa mencabut pedang itu?" Tanyanya dengan nada mencibir.

Setiap kepala naga mewakili berbagai elemen seperti: es, api, angin, petir, tanah, cahaya dan kegelapan.

"Hmm, ada satu metode agar bocah ini dapat mencabut pedang ini dari batu, yakni metode mengorbankan setets darah. Apa kau mencabut pedang sambil di aliri dengan darah?" Tanya kepala naga tanah

"Be-benar senior, karena a-aku tidak bisa berkultivasi jadi aku terpaksa menggunakan darah." jawab anak kecil tersebut dengan gugup.

"Darah siapa yang kau gunakan? Apakah darah itu milik mu?" anak kecil tersebut hanya menganggukkan kepalanya

"Baiklah! Ini adalah keputusan kami! Siapapun yang bisa mencabut pedang itu kami akan menganggapnya sebagai penerus kami!" Kata kepala naga petir.

"Be-benar kah senior!??" Gembira anak tu. Namun tak berselang lama ia terlihat murung. "tapi senior, aku tidak bisa berkultivasi," sambungnya

"Tak apa, lagi pula itu lebih baik dari pada yang sudah bisa berkultivasi." ucap kepala naga cahaya.

Setelah berbincang-bincang, anak tersebut kemudian bertanya. "senior, kapan aku sudah mulai berkultivasi?"

"Sekarang juga boleh tapi, ini akan sedikit menyakitkan karena kami tidak harus bergabung dengan kamu secara paksa karena darah kamu adalah darah murni dari klan naga. Melainkan kami akan memasuki lautan kesadaranmu saja." Jelas naga tanah.

"Baik senior, aku sudah siap!"

"Tapi, tunggu dulu." anak tersebut hanya mengerutkan keningnya "siapa namamu?" Sambung naga kegelapan yang dari tadi hanya diam menyimak pembicaraan mereka.

"Saya tidak tahu senior," Ucap anak tersebut seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenapa?" Tanya tujuh kepala naga serempak

"Aku tidak tahu. Ketika aku sadar aku sudah berada di jurang ini. Ingatan lain hilang, aku sama sekali tidak mengingatnya." jawab anak itu.

"Huft..."

"Kalau begitu biar aku beri nama," ucap naga kegelapan. Bocah tersebut hanya menganggukkan kepalanya.

Para kepala naga itu sedang berdiskusi tentang siapa nama yang akan mereka berikan kepada anak kecil tersebut.

Setelah beberapa saat berdiskusi, para kepala naga kemudian mengangguk dan menatap anak kecil tersebut dengan serius.

"Aku beri nama kau ... Drakkan" ucap kepala naga kegelapan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Bab 99

    Wush!Li Fan, Zhu long, dan Xiao Yu mendarat dengan mantap di tanah, dan membuat tanah tersebut mengalami keretakan.Sedangkan Ling King King, wanita itu hampir saja terjatuh ketanah, tapi untungnya ada Xiao Yu yang menangkapnya menggunakan auranya. Jika tidak, mungkin wanita itu akan terhempas ketanah.Mata Li Fan menjadi dingin ketika menyapu seluruh area luar lembah. Dia dapat merasakan ada lebih dari ribuan binatang tingkat raja, yang sedang berkeliaran.Dan masih banyak lagi binatang yang ada di dalam area luar lembah hancur.Dengan tenang, dia kemudian berjalan masuk kedalam lembah lebih jauh lagi, bersama Zhu long dan Xiao Yu.Sedangkan Ling King King, wanita itu merasa tegang dan gelisah. Pasalnya, dia sama sekali belum pernah datang ke lembah ini. Ini adalah pengalaman pertamanya memasuki lembah yang paling berbahaya di Alam Tengah.Ketika mereka sedang berjalan, mereka berempat kemudian dapat merasakan ada suat

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Bab 98

    Keesokan harinya....Terlihat, ada 360 orang yang sedang berkumpul. Mereka terlihat sangat antusias dan tidak sabar menunggu sesuatu.Mereka semua adalah orang-orang yang telah lolos pada tahap pertama. Dan kini mereka semua sedang menunggu seorang tetua, yang akan memimpin terjadinya tahap kedua yang akan berlangsung.Wush!Dari dalam sekte, seorang pria tua melesat dengan melayang di langit. Pria tua itu adalah salah satu tetua terhormat yang ada di sekte Pedang Surgawi. Tetua ini berbeda dengan tetua yang pertama.Melihat sosok tersebut, semua orang menatap dengan kagum dan takut terhadap pria tua itu.Setelah itu, tetua tersebut kemudian turun dari langit, dan mendarat di pelataran sekte yang ada.Ketika mendarat, tetua itu kemudian menyapu pandangnya ke segala arah, melihat semua orang.Pria itu menghembuskan nafasnya sebelum berbicara. "Aku adalah tetua terhormat nomor 9. Dan aku disini yang memimpin kalia

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Bab 97

    Di tempat Li Fan berada...Semua tatapan terus tertuju kepada Li Fan seorang. Hanya karena Li Fan melakukan hal yang sama, namun kejadian yang berbeda. Semua orang menatap Li Fan dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang menatapnya dengan kagum, takut, panik, iri, cemburu, ngeri, dan ada juga kebencian.Namun, Li Fan sama sekali tidak menganggapnya serius. Dia hanya berdiri tenang di tempat, tanpa menghiraukan segala cemohan dan cibiran, yang mengarah kepadanya.Bahkan tetua sekte, tak berani bertindak karena sedang menunggu pesan balasan dari patriak sekte, yang tadi dia kirim lewat token giok.Karena merasa bosan menjadi pusat perhatian, Li Fan memutuskan untuk berjalan menuju ke depan batu Penentu Elemen.Semua orang menjadi lebih waspada ketika melihat Li Fan yang mulai berjalan. Bahkan tetua itu juga terlihat waspada.Tapi, dari arah pedalaman sekte, terbang sebuah token giok. Tetua sekte dengan cepat menangkap token terseb

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Ban 96

    "Tidak mungkin! Anak ini, dia tidak memiliki bakat, tapi memiliki kultivasi yang terbilang tinggi. Selain itu, dia juga memiliki 5 elemen yang berbeda! Sungguh tidak masuk akal!" Tetua sekte menggelengkan kepalanya. "Ataukah anak ini, tidak terkait dengan takdir?" Sambung tetua itu, wajahnya berubah ketika memikirkan bahwa Zhu long tidak memiliki kaitan dengan takdir.Wajahnya serius ketika menatap Zhu long. Pemuda itu terlihat sangat santai. Zhu long, pemuda itu masih berdiri di depan batu Penentu elemen, tanpa gerakan tambahan apapun.Tetua itu kemudian menghela nafas panjang. "Kau lolos!" Katanya. Semua orang yang tidak lolos atau gagal, menatap Zhu long dengan penuh keirian dan kecemburuan.Zhu long tersenyum tipis, di kemudian berjalan kearah Xiao Yu, dan berdiri tepat di samping wanita itu. Xiao Yu, hanya tersenyum tipis ketika melihat Zhu long, tatapannya beralih ke arah Li Fan yang belum di uji."Selanjutnya, peserta nomor 647!" Teriak tet

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Bab 95

    1 hari kemudian..."Peserta nomor 498!" Teriak tetua terhormat sekte Pedang Surgawi. Suaranya menggema, membuat semua orang dapat mendengarnya dengan jelas.Kini, tersisa 150 peserta yang belum di uji akan bakat dan elemen nya. Di antara 497 peserta, hanya 347 saja yang lolos. Sedangkan 150 peserta lainnya, mereka tidak di terima atau gagal. Membuat peserta yang belum di uji merasa gugup.Seorang wanita dari kerumunan yang tersisa mulai melangkahkan kakinya maju, dan berhenti tepat di depan sang tetua. Dia kemudian menunduk dan memberikan penghormatannya kepada tetua, yang berstatus sebagai salah satu tetua terhormat sekte Pedang Surgawi.Wanita tersebut adalah Ling King King, musuh Guo Wang. Setelah memberikan penghormatan, Ling King King kemudian berjalan di depan batu Takdir dan melakukan seperti semua orang.Wush!Batu Takdir awalnya mengalami resonansi, kemudian batu tersebut mengeluarkan cahaya berwarna putih. Cahaya terseb

  • Kaisar Naga Kegelapan Asura   Bab 94

    "Tanpa membuang banyak waktu, kita akan memulai tahap pertama!" Kata tetua terhormat di Sekte Pedang Surgawi.Semua orang sontak bertepuk tangan. Mereka sangat antusias dan tidak sabar dengan tahap pertama dalam pengujian ini.Tetua terhormat itu kemudian membentuk segel tangan. Setelah itu, di samping kiri dan kanannya, muncul batu besar. Sebelah kiri berwarna hitam, sedangkan sebelah kanan berwarna putih.Melihat kedua batu itu, semua orang menatap dengan penuh kebingungan dan keheranan. Nyatanya, mereka semua tidak tahu dengan batu tersebut, membuat mereka merasa tidak mengerti dengan tahap pertama ini.Dari antara banyaknya kerumunan, seorang pria memberanikan dirinya untuk bertanya kepada pria tua yang berstatus sebagai salah satu tetua di Sekte Pedang Surgawi itu."Tetua, batu apa itu? Dan apa hubungannya dengan tahap pertama ini?" Tanyanya dengan alis berkerut.Mata tetua itu menyipit, merasa marah dan tak menyangka dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status