"Drakkan?" Tanya anak kecil itu yang seperti sedikit merasa familiar akan nama itu, namun dia sama sekali tidak mengingatnya.
"Benar, kenapa? Kau tidak suka nama itu?" Tanya kepala naga kegelapan. "Tidak senior, tapi aku rasa nama ini sedikit familiar." terka Drakkan sambil berpikir. "Oh iya, apa kalian mempunyai nama? Aneh rasanya kalau kalian memberikanku nama tapi kalian tidak memilikinya." celetuk Drakkan "Nanti saja di pikirkan, sekarang waktunya kau mulai Berkultivasi." kata kepala naga tanah singkat "Oke! Ayo, aku tidak sabar untuk segera berkultivasi!" ucap Drakkan semangat "Bocah, kamu harus ingat kalau di dunia kultivator mengikuti hukum Rimba. Yaitu dimana yang kuat akan berkuasa sedangkan yang lemah akan tertindas oleh orang kuat. Jadi jika kau harus berhati-hati di masa depan jika memilih musuh dan jangan sekali-kali meremehkan musuh karena kita tidak tahu apa yang ada di dalam kepala mereka." jelas kepala naga es "Benar! Berbijaklah dalam melakukan sesuatu jika kamu tidak ingin menimbulkan banyak masalah," timpal kepala naga api "Baik senior! Aku akan mendengar setiap perkataan yang muncul dari mulut anda dan saya akan melakukan apa saja yang anda inginkan." jawab Drakkan dengan penuh percaya diri dan sengaja tak sengaja membuat sumpah di depan naga mitos itu. Para kepala naga hanya bisa menghela nafas panjang dan bergumam dalam hati, "kau adalah seorang reinkarnasi dewa kegelapan, cepat atau lambat kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Alasan kami memberikan nama itu karena itu memang namamu." ******* "Sekarang duduk lotus di bagian kau mencabut pedang itu, dan usahakan kamu berkonsentrasi dengan mata terpejam..." Dibawah arahan Naga kepala tujuh itu, Drakkan mulai melakukan apa yang di arahkan oleh naga itu dengan bersemangat. Dengan tekad yang membara, Drakkan mulai merilekskan tubuhnya agar sang naga leluasa melakukan apa yang mereka mau. Dia seolah-olah telah menyerahkan dirinya kepada naga tersebut, tanpa tahu akan konsekuensi yang akan ia dapatkan jika bertindak ceroboh. "Bocah, jaga kesadaranmu jika kesadaranmu hilang maka bukan hanya gagal tapi kita juga akan mati di sini." jelas kepala naga tanah dengan wajah serius Mendengar itu, Drakkan hanya menganggukkan kepalanya sambil menggertakan giginya. "Sial! Kenapa ini sakit sekali?" Gumamnya dalam hati dengan Manahan rasa sakit yang ia terima. Drakkan merasa bahwa tulang-tulangnya di remukkan sampai hancur dan ia merasa seperti di kuliti hidup-hidup. Namun, dengan tekad yang besar untuk bisa berkultivasi bocah tersebut menahan rasa sakit yang ia rasakan dengan gigi terkatup Sedangkan sang naga kini sudah mulai bercahaya terang dengan warna keemasan dan berakhir menjadi segumpal benih transparan. Benih transparan itu kemudian menuju ke arah Drakkan dan benih tersebut membungkus seluruh tubuh Drakkan dengan warna keemasan yang sangat dominan. Meski begitu di dalam benih itu terdapat tujuh warna berbeda yang terlihat sangat samar sedang memaksa masuk ke dalam tubuh Drakkan. Ketika sedang menahan sakit, Drakkan kemudian merasakan sakit lagi di bagian kulitnya seperti ada yang ingin masuk ke dalam tubuhnya. Namun, ketika ingin menghalangi sesuatu yang ingin masuk secara paksa, tiba-tiba suara naga kembali terdengar... "Bocah, jangan menutup seluruh jalur Meridian mu. Bagaimana caranya kami masuk kalau kamu menutup seluruh jalur Meridian mu?" Ucapnya kepada Drakkan "Sttt... "Kamu jangan berbicara, ini adalah proses hidup dan mati jadi jangan kamu melakukan hal-hal yang tidak penting. Tetaplah fokus!" Sambungnya lagi ketika melihat Drakkan ingin berbicara Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Drakkan hanya bisa menganggukan kepalanya pelan dengan raut wajah kesakitan. "Tahanlah, mungkin ini akan sedikit lama" Tanpa aba-aba, cahaya tujuh warna berbeda itu kemudian memasuki tubuh Drakkan dengan melalui jalur Meridian Cahaya itu terus melesat di dalam Meridian untuk mencari keberadaan lautan kesadaran yang ada di dalam tubuh Drakkan Setelah melesat secepat kilat, akhirnya cahaya tujuh warna tersebut telah sampai di lautan kesadaran milik Drakkan Setelah sampai, cahaya tujuh warna tersebut melakukan gerakan melingkar dan bersatu menjadi warna yang tidak diketahui Setelah bersatu, cahaya tersebut membentuk siluet tubuh seekor naga berkepala tujuh yang setiap kepalanya mencerminkan berbagai elemen yang berbeda Naga tersebut di buat bengong akan lautan kesadaran milik Drakkan, karena lautan kesadaran ini seperti berada di luar angkasa yang memperlihatkan banyak bintang. "Aku tidak menyangka bahwa bocah ini masih menyimpan banyak ingatannya. Tapi kenapa dia belum ingat siapa dirinya?" Heran kepala naga kegelapan "Entahlah yang jelas itu bagus, karena dia belum mengetahui bahwa dia memiliki dendam terhadap alam dewa." timpal kepala naga api "Sudah! Ayo kita bantu bocah itu. Jangan sampai kita mengobrol di sini tapi bocah itu berjuang keras di luar." ucap kepala naga tanah sambil mengeluarkan cahaya berwarna keemasan dari mulutnya Semua kepala naga kemudian melakukan hal yang sama. Karena juka tidak maka sudah jelas usaha bocah tersebut akan gagal karena tak memiliki pendukung. Apa lagi dia harus menanggung kekuatan yang sangat besar dari naga tersebut ******* "Argh...! Drakkan terus menerus meraung kesakitan yang membuat seluruh ruangan itu bergetar. Di dalam tubuh Drakkan, tulang-tulangnya yang tadi di temukan kini di kembalikan seperti semula. Namun, yang membedakannya adalah itu adalah tulangnya yang tadi hanya tulang manusia biasa kini menjadi tulang naga Sedangkan darahnya di campur dengan esensi darah naga murni. Meskipun tadi darahnya murni dari klan naga, namun kini lebih murni lagi karena telah di campur dengan esensi darah naga. Kulitnya yang tadi menuju dengan luka, sekarang menjadi mulus seperti bayi dan menjadi lembut. Rambutnya kini berubah warna yang tadinya berwarna coklat, sekarang menjadi warna putih Cahaya yang berwarna keemasan yang sedang membungkus seluruh tubuh Drakkan kini mulai di serap oleh Drakkan. Boom! Dhuar! Setelah menyerap seluruh cahaya keemasan tersebut, tiba-tiba saja tubuh Drakkan meledakan cahaya dan membuat batu yang sedang ia duduki menjadi serpihan-serpihan kecil Dan seluruh tanaman spritual kini menjadi lebih subur lagi karena mendapatkan sumber daya yang sangat langka ******* "Sepertinya bocah itu akan memasuki jalan Kultivasi" "Itu bagus! Tidak sia-sia kita jadikan bocah itu untuk menjadi penerus kita" "Tapi, dalam tubuh bocah itu lebih dominan elemen kegelapan. Bagaimana jika elemen kegelapan menguasai dirinya?" "Jangan khawatir, ada Hei'an long di sini. Jadi jangan khawatir" "Meskipun aku juga memiliki elemen kegelapan, tapi aku tidak bisa mengendalikan tubuh bocah itu kalau elemen kegelapan di tubuhnya mulai menguasai dirinya" "Apa ada cara lain untuk mengatasi hal ini?" "Nanti kita diskusikan lagi kalau elemen itu sudah mulai bereaksi" "Oke! Untuk jaga-jaga saja kalau memang elemen itu ingin menguasai tubuh ini, kita harus melakukan tindakan dengan cepat. Karena akan menimbulkan bencana bagi seluruh makhluk hidup kalau itu akan terjadi" "Bahkan kita sekalipun tidak bisa berkutik jika itu akan terjadi"Halo Guys. saya cuman mau menginfokan bahwa cerita ini akan berhenti di sini. saya tidak sanggup untuk melanjutkannya karena suatu alasan yang terkait bayaran. saya tidak mau membuang-buang ide saya tanpa adanya bayaran yang sesuai. jadi, mohon maaf jika cerita ini berhenti di sini. terimakasih bagi yang telah membaca sampai di sini 🙏
Melihat ada beberapa penjaga yang tengah menjaga gerbang menuju dunia abadi, Li Fan sedikit mengangkat alisnya. "Dulu, aku sama sekali tidak berani menginjakkan kakiku di sini, tapi sekarang..."Li Fan mengepalkan tangannya. "Kalian harus mendapatkan balasan dari ku, akibat telah menelantarkan ku!" Batinnya.Zhu long, melangkahkan kakinya duluan daripada Li Fan dan Zhu Long, dia kemudian berdiri tak jauh dari para penjaga yang telah mencapai keabadian tahap awal tersebut."Kami ingin masuk, apakah kami bisa masuk?" Tanyanya dengan nada ramah, membuat Xiao Yu dan Li Fan mengernyit heran.Para penjaga hanya menatap Zhu Long dengan dingin. Salah satu penjaga kemudian berkata. "Tunjukkan, apakah kalian layak atau tidak,""Dengan cara?" Tanya Zhu long, nadanya terdengar tidak sabaran."Kalian cukup mencapai keabadian," jawab penjaga itu lagi dengan tenang."Keabadian? Tentu." Zhu Long tersenyum tipis. Boom! Auranya meledak saat itu juga, membuat para penjaga yang ada tersentak."I-ini? Kau
"Apa!?" Para Dewa, terkejut bukan main. I-ini? Apakah ini bercanda?Siapa sangka, bahwa orang yang baru datang itu, dan tidak di kenali itu, mengaku sebagai Raja Dewa! Apakah dia cari mati?Namun, ketika melihat Dewa Yang dan Dewi Yin, serta para petinggi kastil Dewa yang begitu hormat dan tidak berani mengangkat wajah mereka, membuat mereka yakin, bahwa apa yang di katakan oleh Li Fan sebenarnya adalah kenyataan."Siapa yang tidak setuju? Keluar dan matilah," Li Fan melirik semua Dewa dengan santai, suaranya terdengar kecil, namun menggema di telinga para dewa.Para dewa hanya bisa diam. Mereka tidak tahu, siapa Li Fan sebenarnya. Apalagi, ketika melihat cara datang Li Fan, membuat mereka yakin, bahwa Li Fan adalah seorang yang abadi.Namun, yang bikin mereka bertanya-tanya, kenapa Li Fan ingin menurunkan Takhta Kastil Dewa kepada Dewa Yang dan Dewi Yin? Aneh!"Tidak ada?" Li Fan bertanya sekali lagi, namun semua Dewa hanya diam."Baiklah, mari kita mulai," Li Fan berjalan ke belakan
3 hari kemudianDi kastil Dewa, terlihat sangat indah. Bunga-bunga dan pernak-pernik yang menghiasi sekitar kastil dengan sangat indah.Di depan kastil, tepatnya di depan gerbang, terdapat sebuah panggung yang sangat megah dan di lapisi karpet merah. Di atas panggung, ada sebuah singgasana raja yang terbuat dari kaca.Singgasana itu seperti kristal yang berkilau di bawah terik panas matahari pagi.Di bawah panggung, semua Dewa yang memiliki posisi tinggi atau khusus di klan masing-masing terlihat duduk dengan tenang di kursi yang telah di siapkan. Sedangkan yang lainnya, hanya bisa berdiri sambil melihat dari belakang.Di belakang panggung, karpet merah tergerai indah, dan para prajurit kastil Dewa berdiri dengan tegas di sisi karpet merah itu, seperti pagar pembatas.Mereka berdiri seperti patung, diam tak bergerak. Menjadi pagar untuk seseorang yang ingin mereka sambut.Hrrrnnng! Hrrrnnng! Hrrrnnng!Suara terompet mulai terdengar di telinga semua Dewa yang hadir. Mereka semua tidak
5 tahun kemudian Alam Dewa sebenarnya adalah Alam yang sangat luas. Namun, karena sangat luas itu, maka seseorang yang di juluki Kaisar Langit, mengubah seluruh tatanan Alam Dewa... Alam Dewa ia membaginya menjadi 3 wilayah. Yakni Alam Dewa Tertinggi, Alam Dewa Menengah, dan Alam Dewa Rendah.Alam Dewa Rendah adalah Alam Dewa Yang memiliki posisi terendah, di bandingkan Alam lain. Di alam ini, energi spiritual hanya sedikit dan sumber daya yang kurang. Namun, di Alam Dewa Rendah ini masih melahirkan sosok-sosok yang telah mencapai Pra-Abadi.Alam Dewa Menengah, biasa di sebut dengan Alam Abadi atau Dunia Abadi. Sesuai dengan namanya, Alam itu menyimpan banyak sosok-sosok eksistensi yang telah mencapai keabadian. Alam Abadi memiliki energi spiritual dan sumber daya yang cukup melimpah, 2 kali lebih banyak di bandingkan Alam Dewa Rendah, hingga melahirkan sosok-sosok jenius yang mencapai keabadian.Alam Dewa Tertinggi, biasanya di sebut dengan Alam Langit atau Dunia langit. Alam ini me
“Jangan!” Teriak Mie Langjui. Kini, hanya dia yang tersisa di kastil miliknya. Istri, putra, dan putri nya, telah di bunuh.Yang membunuhnya adalah seseorang yang dulu ia lindungi dan selalu di utamakan.“Sialan! Jika kau ingin membunuhku, maka kau tidak boleh tanpa luka! Matilah bersamaku!” Teriak Mie Langjui dengan putus asa.Dia sebenarnya masih ingin hidup, namun Li Fan terlihat tidak ingin melepaskan nya. Jadi, lebih baik mati bersama dari pada mati sendirian.Di tangannya, muncul sebuah pedang. Pedang itu sangat besar, panjangnya sekitar 3 meter dan berat 1000 ton.“Hahah! Jika kau menginginkan aku mati, maka kau juga harus ikut mati, sialan!”Dia mengangkat pedang itu tinggi-tinggi, dan aliran energi Qi kuning mulai membentuk pusaran di ujung pedang, seperti energi Qi kuning itu tengah terhisap masuk ke dalam pedang.“Hmm, kau sangat percaya diri sekali, pak tua. Kau pikir kau bisa melukai ku?” Li Fan tersenyum Sm