Home / Pendekar / Kaisar Puncak Naga / 06. SATU PILIHAN

Share

06. SATU PILIHAN

last update Last Updated: 2022-09-22 00:40:54

"Jangan sentuh kami dengan tangan kotormu itu! Kamu telah membasuhnya dengan darah ayah dan juga saudara-saudaraku! Kamu pikirkan saja sekarang! Masih pantaskah kamu menyentuh kami berdua?" Jing Yue berteriak sembari menghindar. Dirinya sudah merasa teramat jijik dengan pria yang masih bergelar suaminya.

"Ah Yue, maafkan aku! Aku juga sangat terpaksa melakukannyaaa! Keluargaku yang lain juga dalam ancaman. Aku!"

"Aku ..."

"Aaaaarrghhh! Haruskah aku meninggalkan mereka?" Jiu Wang yang sedang merasa sangat frustrasi akhirnya hanya bisa melampiaskan dengan berteriak setinggi gunung pencakar langit.

"Mengapa tidak ada pilihan lain?" Jiu Wang lalu meremas-remas rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan, kegeraman dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Mengapaa aku disudutkan pada persoalan seperti ini?"

"Mengapaaaaaa?"

"Mengapa kamu bertanya padaku?" Melihat tingkah gila Jiu Wang, Jing Yue justru merasa semakin jijik dan ingin muntah. "Jika kamu pergi malam ini juga, maka sejak kamu melangkah keluar dari tanah kediaman ini. Aku, Jing Yue ini, mulai sekarang, aku sudah bukan istrimu lagi!"

"Camkan itu dan jangan pernah berharap kamu bisa melihat anak ini tumbuh dengan menggunakan nama margamu!" Jing Yue memeluk bayinya dan menatap pria kecil dalam bedong merah itu dan berkata tegas, "Selain itu, aku tak akan pernah membiarkan dia mengetahui siapa ayahnya!"

"Ah Yue, jangan lakukan itu. Kumohon padamu sekali lagi, jangan korbankan anak kita!" Jiu Wang lalu berlutut dan menjura hingga beberapa kali di hadapan istrinya.

"Ah Yue, jangan pernah sekalipun meminta perpisahan dariku! Setelah kuselesaikan masalahku dengan Klan Wen, aku akan menjemputmu dan anak kita!" seru Jiu Wang dengan harapan hati istrinya akan luluh. "Tolong, jangan membuatku semakin dilema dan memilih hal yang tak bisa aku pilih!"

"Tidak!" Jing Yue berteriak mengancam setelah berhasil menarik sebilah belati pendek dari pinggangnya. "Aku tidak mau hidup dengan pembunuh keluargaku! Kamu harus melepaskan statusku sebagai istrimu, atau aku akan membunuh anak ini dan juga diriku sendiri setelahnya?"

Wanita itu menempelkan ujung belati di perut bayi lelaki, seolah benar-benar akan menusuknya. Jing Yue menatap Jiu Wang dengan pandangan sinis, lalu berkata disertai ancaman tajam. "Aku akan membunuhnya!"

"Tidaaaak! Jangan lakukan itu! Kamu adalah ibunya! Bagaimana bisa kamu dengan tega membunuh anak kita?" Jiu Wang menerjang ke depan, ingin menyelamatkan anaknya.

Namun, Jing Yue dengan cepat mengarahkan belati ke wajah Jiu Wang dengan luapan amarah. "Diam! Nyawanya adalah milikku!"

Tangan Jiu Wang menggantung di udara, tak mampu meraih putranya.

"Ah Yue, kumohon jangan lakukan itu! Jangan beri aku pilihan yang berat." Jiu Wang menjatuhkan dahinya di atas lantai, bersujud di hadapan wanita yang teramat ia cintai. "Kumohon jangan kami sakiti anak kita! Kamu boleh membunuhku sekarang juga, dan aku tak akan melawanmu!"

"Nyawamu?" Jing Yue bertanya dengan nada sinis. "Saat ini aku tidak ingin nyawamu. Aku ingin sesuatu yang lebih dari hanya sekadar nyawamu!"

Wanita itu kembali menyentuhkan ujung belati ke arah bayinya, sedikit menekan pisau kecil di perut mungil itu untuk menakuti Jiu Wang.

Dia hanya ingin agar Jiu Wang mengerti perasaannya saat melihat luka tusuk di perut ayahnya. "Aku yang melahirkannya. Maka aku juga berhak menghilangkan nyawanya, sama seperti kau menikam ayahku hingga tewas!"

"Ah Yue, jangan lakukan ituuu!" Jiu Wang berucap mengiba dengan perasaan hati yang sudah sehancur serpihan debu.

"Anakku! Dia juga anakku!" Jiu Wang merasa sangat ketakutan kali ini.

Tentu saja, ia tidak ingin kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi. Terlebih lagi, putranya baru berusia 40 hari dan ia merasa sangat menyayangi buah cintanya bersama dengan Jing Yue.

"Daripada kamu membunuh anakmu sendiri yang juga adalah darah dagingku, lebih baik kamu bunuh saja aku sekarang juga, Ah Yueee!" Jiu Wang dengan tulus menawarkan nyawanya untuk menggantikan kehidupan putranya. "Bunuh atau kamu siksa aku sepuas hatimu! Kamu juga bisa perlakukan aku sebagaimana apa yang telah aku lakukan kepada mereka semua!"

"Bukankah kamu adalah Pembunuh Tak Berperasaan? Jadi, mengapa kamu sangat ketakutan sekarang? Kamu takut melihat mayat kami berdua, lalu apa bedanya kami dengan mereka semua yang telah kamu bantai malam ini?" Jing Yue menoleh ke arah jasad Jing Zhao.

Jiu Wang mengangkat wajahnya, menatap Jing Yue. "Kamu berbeda. Kalian tak sama dengan mereka! Ah Yue, aku mohon letakkan belati itu sekarang jugaaa! Lihatlah, anak kita terus menangis. Mungkin dia sedang ketakutan sekarang karena ...."

"Ya! Dia sangat ketakutan karena ayahnya ternyata adalah seorang pengkhianat yang sudah membunuh keluarga ibunya! Puaaaas?" bentak Jing Yue dengan air mata yang terus berderaian. "Itukah yang harus kuceritakan kepadanya kelak?"

"Ah Yueeee!"

"Dia memang sangat ketakutan melihat ayahnya yang ternyata adalah seorang pembunuh terkeji di muka bumi ini!" Jing Yue membentak dengan air mata yang masih berderaian.

"Bukankah dia lebih baik mati saat ini, daripada kelak harus membawa gelar sebagai anak seorang pengkhianat?" Jing Yue bertanya dengan masih bersimpuh di samping mayat Jing Zhao. Air matanya berderaian membasahi wajah sang bayi.

"Maafkan aku!" Jiu Wang berucap dengan suara bergetaran.

"Ah Yue, aku ... aku ... aku harus bagaimana sekarang?" bertanya Jiu Wang sembari menangis penuh penyesalan dan ketidakberdayaan. "Ah Yue, maafkan akuuu!"

"Mengapa kamu bertanya padaku? Bukankah kamu sudah menentukan pilihanmu sebelumnya? Sekarang kamu hanya bisa memilih salah satunya!" Jing Yue memberi sebuah pilihan yang sangat sulit bagi suaminya.

Baru saja Jing Yue selesai berucap, beberapa kelebat bayangan manusia datang ke tempat itu. Mereka semua dengan sigap memberi hormat di hadapan Jiu Wang yang tak memedulikan kedatangan kelompok tersebut.

"Salam, Tuan Muda! Tetua Wen dan Tetua Han sedang menunggu laporan dari Tuan Muda!" Salah seorang dari mereka berucap sembari masih menunduk hormat.

"Kalian kembalilah dan bawa semua bukti kalau aku telah selesai menjalankan tugasku. Aku masih akan di sini!" Jiu Wang menyahut dengan suara lemah bagai tak ada lagi semangat untuk melakukan apa pun.

"Maaf, Tuan Muda. Mereka juga sudah terlalu lama menunggu, dan juga ... tuan muda kecil pertama saat ini sedang sakit. Dia terus menangis memanggil-manggil Anda!" Sang pengawal berkata dengan tegas. "Anda harus ikut kami kembali sekarang juga, atau kami juga akan mendapatkan hukuman atas kegagalan kami."

"Yujie sakit?" Jiu Wang berteriak dalam hati menyebut nama anak pertamanya.

Sebagai seorang ayah, ia pun merindukan putranya yang lain. Jiu Wang terhenyak dalam kebingungan yang teramat sangat. Ditatapnya istri dan anaknya dengan air mata berlinangan. "Ah Yue ...."

Wanita yang ditatapnya membuang wajah ke arah lain. "Pergilah jika itu pilihanmu! Tapi ingatlah, setelah kau menginjakan kakimu di luar tanah Keluarga Jing. Sejak itulah, kau bukan lagi suamiku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Hahaha takut gak lolos
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Hehehe iya
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Mrk cuma menjalankan tugas ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kaisar Puncak Naga   70. TEKAD MEMBALAS DENDAM!

    Jing Ling menoleh cepat, menatap Hua Lin dengan alis terangkat. "Paman Kecil, itu kan dulu. Sekarang aku sudah tidak seperti itu. Mengapa Paman selalu mengungkitnya? Aku adalah orang yang paling bijaksana dan berhati lembut seperti kapas sutra." "Itu kalau kamu berada di depan ayah dan ibumu, tapi tidak kalau sedang sendirian atau bersama kami. Bukankah begitu, Ah Fei?" sergah Hua Lin, tak mau kalah. Hua Fei, yang sedari tadi duduk diam di pojok kereta, akhirnya tersenyum kecil. Dengan nada lembut tapi penuh kewibawaan, ia berkata, "Kalian berdua sama saja." Hua Yan menghela napas panjang, pandangannya memang tenang meski ada sirat kekhawatiran pada cahaya mata tajam pria tersebut. Hua Yan akhirnya berkata, "Sudahlah. Aku hanya berharap, semoga kalian benar-benar saling menjaga. Dunia luar adalah tempat yang penuh misteri dan bahaya yang tidak pernah bisa kita tebak. Jika sesuatu terjadi ... ingatlah, hubungan keluarga adalah kekuatan kalian." "Baik, Ayah." Jing Ling berseru.

  • Kaisar Puncak Naga   69. PERJALANAN, DIMULAI!

    "Hei, Ah Ling. Kami juga harus berpamitan." Hua Lin berucap seraya melangkah, menabrak sisi lengan Jing Ling yang sedang menghalangi jalan."Kalian ini!" Jing Ling berkacak pinggang, lalu mengibaskan tangannya. "Ya sudah. Pergi, pergi, pergi!" Jing Yue menoleh perlahan, napasnya tertahan ketika dua pemuda berdiri di hadapannya.Mata mereka diwarnai kesenduan, menyiratkan perasaan sedih yang tak bisa disembunyikan. Meski berusaha keras menahan tangis, matanya yang sembab tidak mampu menyembunyikan kesedihan mendalam. Dua garis air mata yang mengering tampak membekas di pipinya. Ia tersenyum lemah saat Hua Fei dan Hua Lin mendekat, keduanya bersiap untuk berpamitan. Mereka bukan sekadar anak didik bagi Jing Yue, kedua pemuda itu sudah seperti bagian dari jiwa dan hatinya.Kini, mereka akan meninggalkan rumah ini menuju Sekte Pilar Suci, sebuah tempat penuh misteri dan mungkin ada banyak bahaya menghadang di dalam perjalanan mereka menuju ke sana.Hua Fei memilih maju lebih dulu. Deng

  • Kaisar Puncak Naga   68. Berpamitan

    Hua Yan masih berdiri tegak di depan paviliun utama Sekte Lembah Berawan. Sorot matanya tajam, menatap barisan kereta barang yang tak kurang dari sepuluh gerbong kereta. Ia berpikir, sebenarnya ini hendak pelatihan ataukah hendak pergi bertamasya? Para tetua ini sungguh berlebihan!Di hadapannya, barisan pria berseragam lengkap berdiri dengan disiplin. Setiap dari mereka membawa senjata berkilauan dan bendera kebesaran sekte, sementara empat kereta kuda mewah, dihiasi ukiran naga dan burung hong, telah siap mengiringi perjalanannya.“Haruskah seperti ini?” gumam Hua Yan, setengah mengeluh sambil menepuk dahinya.Tetua Hua Ming, yang berdiri tak jauh darinya, melangkah maju. “Pemimpin besar, ini semua telah diatur dengan cermat. Kewibawaan sekte harus dijaga, terlebih saat Anda berangkat ke misi penting seperti ini.”Namun, Hua Yan mengibaskan tangannya. "Sekali lagi, aku dan anak-anak itu bukan akan berangkat ke medan perang, Tetua Hua Ming. Para tuan muda kita butuh belajar kesederh

  • Kaisar Puncak Naga   67. Penglihatan Mata Dewa

    Jing Ling memejamkan matanya saat merasa ada kilat energi dingin memasuki dahinya. Energi itu semula terasa dingin, tetapi kemudian menjadi hangat. "Ini disebut sebagai Mata Dewa. Dengan penglihatan ini, kamu bisa melihat berbagai macam hal yang sebelumnya tak bisa kamu lihat." Leluhur Jing Shuang berkata setelah menarik kembali jarinya dari dahi Jing Ling. "Kamu tinggal memfokuskan penglihatan dan pikiranmu ketika melihat sesuatu yang kamu anggap tidak biasa. Dan kamu akan segera mengetahui rahasia-rahasia yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa." "Mata Dewa?" Jing Ling membuka matanya, dan merasa penglihatannya menjadi semakin cemerlang. "Penglihatan Mata Dewa merupakan ilmu tingkat tinggi yang dipelajari dari Kitab Mata Dewa milik Keluarga Yu yang kutemukan dua ratus tahun lalu di peti mayat ahli waris yang tak diakui yang bernama Qing Yuan." Ada kesedihan dalam nada ucapan Leluhur Jing Shuang saat menyebutkan nama misterius ini. Jing Ling berpikir, 'Dua ratus tahun lalu ...

  • Kaisar Puncak Naga   66. ORANG YANG TERPILIH

    "Jangan takut. Aku adalah Jing Shuang, orang yang menciptakan cincin ini." Jing Ling sedikit panik, merasa bahwa pendengarannya saat ini sedang tidak normal. Pandangan matanya terus tertuju ke arah bayangan berwujud manusia yang terjebak di gumpalan sinar merah yang tampak samar. "Sudah sangat lama aku terjebak di tempat ini, menunggu seseorang dari penerusku datang dan menemukanku." Suara anggun dan lembut itu kembali terdengar dengan jelas. Jing Ling terkejut. Ternyata, sinar berwujud manusia itu bisa berbicara? Dan dia mengaku bernama Jing Shuang? Tunggu! Bukankah itu adalah nama yang disebutkan oleh Jing Yue, ibunya? "Jing Shuang?" Jing Ling luar biasa terkejut. "Jadi, Anda adalah Jing Shuang, pencipta dan pemilik Cincin Segala Ruang ini?" "Benar. Itu aku." Leluhur Jing Shuang berbalik dengan anggun, jubahnya berkibar, dan sinar merah yang menyelimutinya seketika menghilang. Sekarang, wujud asli pria muda yang sangat menawan bak seorang kaisar langit terlihat jelas. W

  • Kaisar Puncak Naga   65. AHLI WARIS?

    "Bagaimana mungkin itu adalah benda yang rusak? Kamu cobalah sekali lagi, Ah Lin!" Hua Lin mencoba memberi semangat kepada keponakannya. "Semangat!""Baiklah. Aku akan mencobanya sekali lagi." Jing Ling mengangguk, kemudian kembali memfokuskan pikiran agar dapat terhubung dengan cincin segala ruang miliknya.Namun, masih tidak ada yang terjadi meskipun ia telah mencobanya hingga berulang kali.Jing Ling menarik napas sesaat dengan perasaan kecewa. "Tetap tidak bisa.""Aneh ... mengapa tetap tidak bisa?" Hua Fei juga tak mengerti.Jing Ling tak bisa lagi menyembunyikan kekecewaan sekaligus rasa penasarannya.Ia menghadap kembali kepada sang ibu. "Ibu, aku tak bisa menggunakan cincin ini. Meskipun aku berusaha keras menyatukan pikiranku, tetapi aku tak bisa merasakan apa pun. Aku jadi berpikir kalau benda ini tidak berjodoh denganku, atau mungkin saja benda ini memang sudah rusak.""Itu tidak rusak. Tapi memang cincin milikmu itu sedikit berbeda dengan benda ruang milik Ah Fei dan Ah Li

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status