Bab 27
Genta membiarkan tubuhnya basah karena guyuran air dari shower yang dia nyalakan. Tadi setelah dari tugasnya, dia memilih pulang, kebetulan Gala juga belum sampai rumah saat Genta pulang. Pikirannya tidak henti-hentinya memikirkan apa yang sudah dia, apa pilihan yang diambil salah atau benar, dan masalah lain yang semakin hari semakin membuatnya harus segera memilih apa yang harus dilakukan.
Seperti tugasnya menjadi mata-mata, dia tidak bisa begitu saja lupa tentang tugasnya itu tapi dia juga bingung apa yang harus dia lakukan. Saat lawannya adalah keluarga yang membuatnya hidup sampai saat ini. Dalam guyuran air, Genta memejamkan mata sambil terus berpikir apa yang harus dia lakukan.
***
Selesai mandi, terdengar suara pintu terbuka. Pikir Genta s
Bab 28Di sebuah tempat yang biasa digunakan untuk membahas bisnis gelap keluarga Surendra, bukan di Bar waktu itu tapi tempat yang Hardana biasa gunakan bertemu orang-orang yang dipercaya untuk bisnis ilegalnya, di kantor yang bertuliskan HS corporation, mereka memiliki sebuah tempat yang memang digunakan untuk pertemuan bisnis gelap keluarga Surendra.Gala juga ada di sana sedang duduk di ruang kerja Ayahnya. Hardana menyuruhnya untuk datang. Padahal dia sedang sakit, dia memaksa datang meskipun perutnya masih terasa sakit setelah kejadian semalam."Bawa dia kesini, aku ingin bertemu dengannya," ujar Hardana pada Gala yang duduk tak jauh dari tempatnya."Untuk apa?" tanya Gala."Aku piki
Bab 29Saat mengambil minum, ponsel Genta kembali berbunyi. Dia dengan malas mencoba menjawabnya."Ya ..." jawab Genta"Maaf, Tuan. Bisa anda kemari? Ibu anda sedang tidak sadarkan diri. Beliau sedang di rumah sakit sekarang!" ucap seseorang dari sambungan telepon."Apa? Bagaimana bisa? Lalu bagaimana kondisinya?" tanya Genta, suaranya terdengar khawatir."Sebaiknya anda segera kemari, Tuan Muda Jenggala tidak bisa dihubungi.""Baik, aku segera kesana."Walau hati Genta masih bingung harus bersikap bagaimana kepada Ditya tapi dia tidak bisa mendengar Ibunya itu sakit. Gen
Bab 30Bagaimana bisnis ilegal yang dijalankan keluarga Hardana bisa terbongkar saat mereka memanfaatkan orang dalam untuk menutupi bisnis gelap yang mereka jalankan.Tidak tanggung-tanggung, Hardana sampai menyuap Kepala Polisi bahkan Jaksa agar bisnisnya tetap aman. Hal itu yang membuat polisi sangat sulit untuk memecahkan bisnis ilegal mereka. Namun, sekarang Genta yang diangkat sebagai keluarga Surendra harus membongkar bisnis ilegal keluarganya, tapi itu sebelum kebenaran yang Gala tutupi.Apa Genta bisa membongkar kebusukan bisnis Hardana saat dia hidup dari hasil bisnis gelap keluarga Hardana. Ketidaktahuan Genta membuatnya menyesal, kalau seperti ini apa bedanya saat dia bersama rentenir, paman dan bibinya dulu. Dia merasa kalau menjadi budak mereka, nasibnya memang buruk tapi dia bisa apa? Ini pilihan yang dia ambil, dia harus menjalaninya walau itu sangat berat."Maaf aku baru menyelesaikan pekerjaanku," ujar Gala pada Ibunya."Tidak apa-ap
Bab 31Saat anak kecil itu pergi bersama Kakaknya, Gala duduk di samping Genta."Kau mau kemana?" ucap Gala saat Genta akan berdiri dan duduk di sampingnya."Maafkan Kakak. Apa yang bisa kakak lakukan agar kau bisa memaafkan kakak lagi. Haruskah kakak menyerahkan diri?""Kenapa Kakak harus meminta maaf, aku tidak marah kepada Kakak. Aku hanya merasa, sejak dulu aku hanya hidup menjadi beban orang lain. Aku banyak menyusahkan kakak, pantaskah aku marah saat Kakak yang menolongku, saat keluarga ku sendiri membuang ku?""Aku yang harusnya minta maaf, seharusnya aku tidak bersikap seperti ini kepada orang yang sangat peduli dengan ku."
Bab 32Pilihan apalagi yang Raffa ambil, apa yang dia pikirkan sampai dia bicara ingin pergi."Bukankah kakak pernah bilang ingin mempertanggungjawabkan apa yang kakak lakukan sekarang?" tanya Raffa. Mereka masih di taman rumah sakit, "Bisakah kakak meninggalkan dunia hitam itu?" lanjutnya.Gala terdiam, sudah lama Gala ingin meninggalkan dunia hitam itu tapi Hardana selalu mengancamnya. Namun, ini permintaan Raffa, bisakah dia melakukannya."Aku bisa meninggalkan apa yang aku kerjakan sekarang tapi Kakak juga harus melakukannya.""Dengan mengorbankan dirimu dan Ibu?" tanya Gala."Ayah tidak akan tinggal diam saat aku tidak mau menuruti kemauannya."
Bab 33Raffa sudah lebih tenang, walau kondisinya sempat demam tapi sekarang dia baik-baik saja. Raffa terbangun saat dia sendiri di kamar Ditya. Kepalanya masih sedikit sakit, dan tubuhnya juga lemas. Hal yang biasa dia rasakan saat rasa takut itu datang. Mungkin kalau tidak ada Gala, dia sudah mengakhiri hidupnya sejak lama, namun semua karena Gala, dia hidup dan bisa menikmati apapun juga karena pertolongan Jenggala.Raffa mencoba turun dari tempat tidur dan berjalan mencari Ditya keluar kamar, saat akan ke dapur terdengar suara benda jatuh, bahkan suara teriakan Hardana terdengar setelahnya, itu sudah biasa dilakukan Hardana membuat Raffa tidak memperdulikannya."Ibu ..." panggil Raffa, saat melihat Ditya sedang di dapur menyiapkan sarapan untuknya."Kenapa turun
Bab 33Raffa memberanikan diri untuk menemui Hardana, sudah 5 hari Gala tidak ada kabar bahkan ponselnya tidak bisa di hubungi. Semua tidak tahu kemana Gala pergi, tapi Raffa yakin kalau Hardana tahu.Sejak kemarin Raffa berusaha menemui Hardana tapi dia tidak bisa karena Hardana beralasan kalau dirinya sedang sibuk.Raffa berjalan ke ruang rapat tempat Hardana sedang menghadiri rapat di kantornya, dia tidak peduli kalau Hardana akan marah nanti, dia hanya ingin dia mengatakan dimana Gala.Raffa membuka pintu begitu saja, dia bahkan mendorong seseorang yang ingin menghalanginya."Kemana kak Gala?" tanya Raffa, tepat di depan Hardana. Dia bahkan tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menatapnya. Memang Raffa masu
Bab 34Raffa langsung mencari Hardana untuk bicara dengannya, dan kebetulan Hardana sedang di rumah. Dia memutuskan untuk pergi menemui Hardana setelah dari tempat di mana Gala di sekap."Ibu, apa Ayah masih ada di rumah?" tanya Raffa."Sepertinya dia sedang di ruang kerjanya, ada apa, Nak?""Tidak ada apa-apa. Ibu tetaplah disini, apapun yang Ibu dengar, ibu harus tetap disini.""Ada apa, Nak? Kamu membuat Ibu takut," ujar Ditya."Tolong dengarkan Genta sekali ini saja, Genta mohon." Mau tidak mau Ditya menuruti ucapan Raffa, walau hatinya mengatakan hal berbeda tapi dia tetap menuruti apa yang Raffa katakan.