Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Menjalin Kesepakatan

Share

Menjalin Kesepakatan

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2024-06-18 16:59:48

"Nad, kayaknya kita perlu menjalin kesepakatan," kata Darren saat melihat Nadia baru saja selesai mencuci piring.

"Kesepakatan apa, Kak?"

"Kita 'kan sama-sama dikhianati, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk balas dendam?"

Hening! Nadia tidak langsung menyahut, raut wajahnya tampak kebingungan.

"Ya ... aku tahu balas dendam itu nggak baik, dan semua perbuatan pasti ada karmanya. Tapi mereka sudah jahat sama kita, Nad. Kalau kita diam saja, itu sama saja kita mempersilakan mereka untuk semakin menjajah hati kita. Kita harus punya prinsip Kalau tidak ada siapapun yang bisa mempermainkan kita, apalagi sampai selingkuh seperti itu," jelas Darren.

Nadia sebenarnya juga ingin melakukan hal yang sama. Dia benci sekali kepada Raka, Tania dan juga ibu tirinya.

"Tapi bagaimana caranya, Kak?"

"Aku sudah memikirkan caranya semalam," jawab Darren. "Sekarang kamu kirimkan video itu ke nomorku."

Nadia mengangguk dan lekas mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Darren, pria itu mengulas senyum lebar saat video tidak senonoh itu sudah masuk ke ponselnya.

"Untuk rencana selanjutnya aku akan mengabari. Sekarang, lebih baik kamu bereskan barang-barangmu dan pindah ke unitku yang satunya. Nanti siang aku antar ke butik buat ketemu temanku," ucap Darren.

"Baik, Kak." Nadia beranjak menuju kamarnya semalam dan segera mengambil semua barang-barangnya.

Darren turut mengantarkan Nadia karena unit itu terletak berbeda lantai dengan unit utamanya. Setelah semuanya beres, Darren segera membuka pesan dari Tania yang sengaja ia abaikan sejak semalam.

[Aku hamil, Mas.] tulis Tania seraya menyertakan foto sebuah tespek bergaris dua.

Pria itu menyeringai, detik selanjutnya dia menekan ikon berbentuk telepon dan menunggu beberapa saat hingga panggilannya tersambung.

"Halo, Sayang. Tumben kamu telepon pagi-pagi. Memangnya nggak kerja?" ucap Tania di seberang sana.

"Aku mau minta maaf karena semalam sudah tidur, jadi nggak bisa balas pesanmu. Oh, iya ... hari ini aku pulang, Tan. Sekalian membahas foto yang kamu kirim semalam," kata Darren.

"Iya, Mas. Aku hamil, akhirnya penantian kita selama tiga tahun berbuah manis. Kita akan segera punya anak."

Darren hanya mampu tersenyum kecut mendengar ucapan istrinya. Entahlah, dia jadi ragu anak siapa yang dikandung oleh Tania.

"Ya, aku juga senang." Darren membuka pintu unit apartemennya, kemudian mendudukkan diri di sofa ruang tamu. "Jaga baik-baik kandunganmu, setelah acara pernikahan Nadia kita akan periksa ke dokter."

Terdengar helaan napas kasar dari seberang telepon. "Nadia kabur, Mas. Dia kayaknya keluar dari jendela, ayah lihat jendela kamarnya nggak kekunci."

"Hah? Kabur? Bagaimana bisa?" tanya Darren yang pura-pura terkejut.

"Aku juga nggak tahu, Mas. Anak itu emang suka bikin malu keluarga. Pernikahan tinggal besok, tapi dia malah kabur. Kasihan banget ibu sama ayah. Nggak tahu, deh, besok mau jelasin apa ke keluarganya Raka," kata Tania.

Darren kembali mengulas seringai senyum. "Aku akan bantu cari, semoga koneksiku bisa menemukan Nadia."

"Kamu memang bisa diandalkan, Mas. Ya sudah kalau begitu, aku mau menenangkan ibu yang dari tadi nangis terus gara-gara si anak nggak tahu diri itu!" ketus Tania.

Darren Langsung mematikan sambungan telepon tanpa menjawab sepatah kata pun. Tangan kirinya terkepal erat mendengar Tania menjelek-jelekkan Nadia.

'Padahal Nadia kabur juga karena melihat kelakuan bejatmu dan Raka, Tan,' batinnya seolah tidak terima.

Pria itu menghela nafas kasar, kemudian bergumam lirih, "aku akan mengembalikan nama baikmu, Nad."

***

Di rumah Toni tengah terjadi kericuhan karena Mella yang terus marah-marah dari tadi, keduanya sudah mencari Nadia ke seluruh sudut rumah dan hasilnya nihil.

Degup jantung keduanya berpacu kian cepat, besok sudah waktunya akad, tetapi Nadia hilang bak ditelan bumi.

"Anak itu bisanya bikin kekacauan, Yah. Sudah minggat, nomornya nggak aktif pula. Seharusnya kalau nggak mau dinikahkan, ya, bilang dari awal. Bukan setuju-setuju saja, tapi akhirnya malah begini," cerocos Mella dengan napas tersengal.

"Lagi pula dia 'kan pacaran sama Raka sudah lama, sudah mengenal keluarga Raka juga. Apa nggak malu kita besok?! Benar, ibunya Raka memang baik, tapi kalau mereka sampai kecewa dan kita nggak jadi dapat modal bikin toko dari Raka gimana?" Mella menggoyangkan tangan Toni guna meluapkan kekesalan.

Mella dan Raka sudah sepakat, bahwa setelah menikah menantunya itu akan memberikan uang besar untuk modal toko sembako.

"Kamu takut Nadia kenapa-napa atau takut uangnya nggak jadi dikasih, sih, Bu?" tanya Toni yang sontak membuat Mella gelagapan.

Ia terlalu kalut, sehingga tidak dapat mengontrol ucapannya.

"Aku takut nadia, lah, Yah. Gitu saja masih kamu tanya," sahutnya dengan suara lirih. "Cepat lapor polisi saja, bilang kalau sudah dua puluh empat jam biar langsung diproses. Bisa gila aku kalau anak itu nggak balik."

Toni mengangguk dan lekas pergi meninggalkan istrinya di kamar Nadia, tidak lama kemudian Tania muncul sambil membawa dua paper bag besar.

"Tadi Mas Darren telepon, Bu. katanya dia mau bantu cari Nadia," kata wanita dalam balutan dress berwarna hitam itu.

"Baguslah kalau begitu. Semoga besok si anak durhaka itu sudah kembali, Ibu nggak mau kehilangan mahar besar dari Raka," sahut Mella.

"Iya, Bu."

"Anak itu nggak pernah bikin Ibu tenang sehari saja, semua tetangga sudah tahu kalau dia kabur. Terus wajah kita mau taruh di mana?! Ibu sampai nggak punya muka untuk menemui orang-orang, semua ngomong kalau Ibu dan Ayah nggak becus jaga Nadia. Padahal dia sendiri yang berontak!" Mella terus aja mengomel dan meluapkan kekesalannya.

Tania hanya membalas dengan anggukan, kemudian ia membawa ibunya keluar kamar. Wanita itu takut tensi ibunya kembali naik dan semuanya semakin rumit.

Jarum jam terus bergulir hingga waktu menunjukkan pukul tujuh malam, polisi belum memberikan kabar apa-apa tentang keberadaan Nadia. Demikian juga Toni dan Mella yang terus ditodong banyak pertanyaan dari orang-orang tentang kenapa sampai Nadia bisa seperti ini?

Tania hanya menyimak saat ibunya memutar balikkan fakta dan menuduh Nadia lah yang sengaja mengacaukan semuanya, wanita itu mengulas senyum lebar saat orang-orang mencemooh adik tirinya.

Hingga tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata pesan dari Raka yang memintanya untuk segera membuka media sosial. Tanpa berlama-lama Tania segera melakukannya, detik berikutnya dia merasa jantungnya mau copot saat melihat sebuah video syur yang tersebar di media sosial.

'Astaga ... ini 'kan—' Tania meneguk salivanya dengan kasar saat menyadari video itu menampilkan dirinya dan Raka di kamar apartemen.

Dia di posisi atas dan wajahnya tertutup rambut, sementara wajah Raka terlihat jelas di kamera. Suara d3s4h4n terdengar jelas dan mengundang komentar negatif dari beberapa akun.

Apalagi saat Raka menyebutkan ia merasa jenuh dengan Nadia yang merupakan tunangannya. Pasalnya, semua orang sudah tahu bahwa Raka akan menikahi Nadia, kalau begini caranya maka orang-orang akan balik mencemooh Raka yang telah bermain gila dengan wanita lain.

'Bagaimana ini bisa tersebar, apa Raka sempat merekamnya lalu bocor? Akh, s14l!' makinya di dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Extra Part - Ending

    Hari-hari berlalu begitu cepat, berganti minggu dan bulan. Kehidupan Darren dan Nadia dipenuhi dengan kebahagiaan. Mereka menikmati setiap momen bersama, membangun bisnis bersama, dan merencanakan masa depan mereka. Suatu pagi, Nadia terbangun dengan perasaan yang berbeda. Perutnya terasa sedikit mual, dan dia merasa lebih sensitif terhadap bau. Dia langsung menuju kamar mandi dan mengambil test pack yang sudah dia beli beberapa hari sebelumnya. Dengan tangan gemetar, Nadia melakukan tes. Dia menahan napas, jantungnya berdebar kencang. Beberapa saat kemudian, hasil tes muncul. Dua garis merah terang muncul di layar test pack. Nadia terdiam, matanya berkaca-kaca. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya. Dia tak percaya, dia hamil. Dia akan menjadi seorang ibu. Wanita cantik itu langsung berlari keluar dari kamar mandi dan menuju kamar tidur. Darren masih tertidur pulas di ranjang. Nadia duduk di tepi ranjang, matanya menatap Darren dengan penuh kasih sayang. "Kak," bisik Nadi

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Extra Part

    Minggu-minggu berlalu begitu cepat. Nadia sudah beberapa kali kontrol ke dokter untuk memeriksa kondisi tulang pahanya setelah operasi pelepasan pen. Dokter mengatakan bahwa tulang pahanya sudah pulih dengan baik dan dia sudah bisa beraktivitas seperti biasa."Kak, aku sudah bisa jalan normal lagi, lho!" seru Nadia, matanya berbinar gembira.Darren tersenyum, matanya memancarkan kebahagiaan. "Aku senang mendengarnya, Sayang," jawabnya. "Kamu sudah bisa kembali ke butik."Nadia mengangguk, matanya berbinar-binar. "Aku sudah tidak sabar untuk kembali bekerja," katanya. "Aku ingin membantu kamu mengembangkan butik."Darren mencium kening Nadia dengan lembut. "Aku tahu kamu bisa, Nad," kata Darren. "Kamu akan jadi desainer yang berbakat."Nadia kembali bekerja di butik milik Darren. Dia sangat antusias dalam berbagai hal, mulai dari mendesain baju, memilih bahan, hingga melayani pelanggan. Kehadiran Nadia di butik membuat suasana di sana semakin hidup dan ceria."Kak, aku punya

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 165

    Malam itu, udara dingin menusuk tulang. Darren dan Nadia berjalan beriringan menuju kediaman Rudi, om Darren yang terkenal kejam. Nadia melangkah dengan hati-hati, tulang pahanya masih terasa nyeri setelah operasi pelepasan pen."Kamu yakin mau ke sini?" tanya Darren, sedikit ragu."Iya, sekadar berbela sungkawa sebentar."Sesampainya di depan rumah Rudi, mereka mendengar suara teriakan yang nyaring. Suara itu berasal dari dalam rumah, terdengar seperti jeritan orang kesakitan. Nadia mengernyit, jantungnya berdebar kencang."Itu suara Om Rudi," bisik Darren.Mereka mengintip dari balik jendela. Di dalam, Rudi tampak seperti orang gila, berteriak-teriak histeris. "Mama ... Ma! Kembalilah padaku, Ma. Aku mohon jangan tinggalkan Papa ...!" teriaknya histeris, memeluk foto mendiang istrinya.Nadia merasa iba melihat Rudi yang terpuruk. "Kasian, dia kayak orang kehilangan akal," gumamnya.Darren hanya diam, matanya menatap Rudi dengan dingin. "Karma," gumamnya pelan, "Karma atas semua keja

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 164

    Beberapa jam berlalu. Nadia terbangun dari tidurnya, tubuhnya masih terasa lemas akibat pengaruh obat bius. Matanya perlahan terbuka, dan pandangannya langsung tertuju pada Darren yang duduk di samping ranjang, wajahnya tampak lesu. Nadia berusaha bangkit, tetapi rasa sakit yang menusuk di perutnya membuatnya kembali terbaring."Kak ...," lirih Nadia, suaranya serak dan bergetar.Darren langsung mendekat, memegang tangan Nadia dengan lembut. "Sayang, kamu udah bangun? Kamu masih sakit?"Nadia menggeleng lemah. "Sudah nggak terlalu."Darren tidak menjawab, hanya mengelus lembut rambut istrinya. Membuat Nadia berpikir macam-macam, tak biasanya suaminya murung."Kak, apa semua baik-baik saja? Ada masalah, sampai kamu murung begitu?" tanya Nadia, sambil tangannya perlahan menekan perut meredam rasa nyeri.Darren menarik napas dalam-dalam. "Iya, Sayang. Maaf membuatmu khawatir.""Ada apa?"Darren sebenarnya belum ingin cerita, tetapi Nadia sudah terlanjur curiga. "Kakek meninggal be

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 163

    Darren melangkah gontai memasuki ruangan rumah sakit tempat Nadia dirawat. Ia berharap bisa menemukan sedikit ketenangan di sini, setelah melakukan tindakan brutal terhadap Rahayu. Sayangnya, saat ia melihat wajah Nadia yang pucat dan terbaring lemah, rasa bersalah kembali menyergapnya."Sayang," lirih Darren, tangannya meraih tangan Nadia yang dingin. "Maafkan aku. Aku nggak bisa mencegah Tante Rahayu mengirimkan pesan itu, sehingga membuat pikiranmu terganggu."Namun, sebelum Darren bisa melanjutkan kata-katanya, bodyguard-nya, datang menghampiri. Wajahnya tampak muram, matanya berkaca-kaca."Tuan, ada kabar buruk," ucap Ryan, suaranya bergetar menahan tangis. "I-ini menyangkut Tuan Besar.""Apa?" tanya Darren, jantungnya berdebar kencang."Tuan Besar telah meninggal dunia, Dokter mengabarkan dua puluh menit yang lalu, dan saat ini jenazahnya masih ada di ICU karena menunggu Tuan," ucap Ryan, suaranya tercekat.Darren terpaku di tempat, matanya membelalak tak percaya. Ia tak

  • Kakak Ipar Rasa Pacar    Chapter 162

    Darren melangkah tegap menuju kantornya, meninggalkan kekacauan di Atmajaya. Ia tak peduli dengan perusahaan yang kini terancam bangkrut, tak peduli dengan kekhawatiran staf-staf Atmajaya tadi, dan tak peduli dengan nasib Rudi. Ia memasuki ruangannya, sebuah ruangan mewah dengan pemandangan kota dari jendela besar. Namun, kemewahan itu tak lagi berarti apa-apa baginya. Ia duduk di kursi empuk, membuka laptop, dan mulai mengetik.Darren mengirim email kepada para investor Atmajaya, memerintahkan mereka untuk segera menarik investasi dari perusahaan milik omnya. Ia tahu, dengan kekuasaannya, para investor pasti lebih berpihak padanya.[Saya harap Anda semua sudah membaca berita terkini tentang Atmajaya. Saya sarankan Anda untuk segera menarik investasi Anda dari perusahaan ini. Atmajaya sudah tidak layak untuk Anda investasikan.] tulis Darren dalam emailnya.Ia menekan tombol "kirim" dengan penuh amarah. Ia tahu, dengan email itu, ia telah menghancurkan Atmajaya. Namun, ia tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status