Share

Bab 3

Author: Chelsea
James benar-benar langsung melakukan apa yang dia katakan.

Keringat tampak menetes dari pelipis James, jatuh tepat di tulang selangkaku. Rasanya panas sekali. Aku memejamkan mata rapat-rapat, tidak berani melihat bayangan kami di cermin yang ada di depanku.

James sengaja meniupkan napasnya ke telingaku, membuat bulu mataku bergetar karena sensitif. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri. Wajahku memerah karena melihat adegan itu di pantulan cermin. Gerakan masuk dan keluarnya tampak begitu jelas.

Upaya perlawanan dariku hanya dianggap sebagai bumbu penyedap oleh James. Dia langsung menekanku ke cermin yang dingin, lalu mengucapkan kalimat-kalimat memalukan yang membuatku terpaksa memanggilnya "sayang" berulang kali.

Tidak peduli seberapa keras aku memohon, semua itu tidak ada gunanya. Suaraku makin serak sampai akhirnya aku tidak bisa bersuara lagi. Begitu semuanya berakhir, aku bahkan tidak sanggup mengangkat satu jari pun.

Salep yang semula dioleskan, akhirnya hanyut terbilas bersama air.

Namun, semua itu baru permulaan. Begitu dia memberi perintah, aku sama sekali tidak bisa keluar dari pintu pintar vila ini. Setiap hari, hampir sepanjang waktu, aku seolah tenggelam dalam lautan hasrat.

Tidak terlihat sedikit pun kalau James itu masih memimpin jalannya perusahaan. Karena seringkali, baru saja aku turun dari tempat tidur, dia sudah membawaku kembali lagi.

Kadang bukan di tempat tidur, tetapi bisa di mana saja di dalam vila ini. Dengan dalih memperkenalkanku pada rumah baru ini, dia menyeretku ke kamar mandi, perpustakaan, ruang audio, bahkan ... halaman rumput.

Ada jejak kami di setiap sudut vila ini. Aku pun menjadi sangat akrab dengan rumah baruku ini.

Ketika akhirnya aku mendapatkan waktu istirahat, aku menerima pesan dari ibuku. Katanya, mereka akan segera pulang. Aku hampir menangis karena bahagia.

Memang benar, sejak pertama kali melihat James, aku sudah menyukainya. Namun, yang aku bayangkan itu adalah cinta yang murni. Bukan yang seperti film dewasa.

Selain itu, adegan film dewasa ini sudah berlangsung selama satu minggu penuh.

Sekarang, rasanya kalau aku pergi ke pasar gelap sekali pun, tidak akan ada yang mau menerima dua ginjalku yang sudah hampir rusak ini.

"Kamu melamun?"

Ciuman James yang berantakan mendarat di bibirku, membuat semua kata yang ingin aku ucapkan tercekat di tenggorokanku. Begitu bisa bernapas kembali, aku langsung berkata, "Ibu dan Paman akan segera pulang."

James akhirnya benar-benar berhenti. Namun, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Lalu?"

"Apa yang kita lakukan ini nggak benar." Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan rona merah di wajahku. "Kita nggak bisa membiarkan mereka mengetahuinya. Kita akhiri di sini saja. Anggap saja semua ini nggak pernah terjadi."

"Kenapa?"

Wajah James langsung berubah muram, sorot matanya seperti dipenuhi badai besar. Tangannya menggenggam sebotol salep yang lengket dengan kuat, lalu berkata, "Kamu juga menikmati ini, 'kan?"

Aku mendesis. Dalam hati aku tahu kalau dia tidak salah. Ponsel selalu ada di tanganku. Jika aku sungguh ingin melaporkan hal ini atau meminta tolong, tidak mungkin semua ini bisa terus berulang setiap hari.

"Aku nggak ingin ada yang tahu tentang apa yang terjadi padaku setelah masuk menjadi bagian dari keluarga kaya ini. Lagi pula, ibuku sebentar lagi akan menikah dengan Paman. Kita nggak bisa membiarkan rahasia ini terbongkar," ujarku.

Kedua alasan itu memang benar, terutama yang terakhir. Ibuku membesarkanku sendirian sejak aku kecil. Aku tahu kalau dia memang menyukai Paman, bukan hanya karena hartanya.

Selain itu, James tidak mungkin menikah denganku. Meskipun dia ingin menikahiku, Ibu pasti tidak akan bisa menikah dengan Paman.

Namun, sebenarnya ada satu alasan lagi yang tidak pernah aku katakan. Sejak awal, aku memang memiliki perasaan pada James, kakak tiriku ini. Mungkin itulah kenapa aku membiarkan semua ini terjadi.

James menjilat jarinya. Tepat saat aku berpikir dia akan menghukumku karena mencoba menghentikannya, pria itu malah tertawa sinis. Dia berkata dengan nada dingin, "Baiklah, kita nggak boleh mengganggu Bibi menjadi bagian dari keluarga kaya."

Kemudian, James membanting pintu, langsung melangkah pergi. Untuk pertama kalinya, pria yang biasanya dingin dan rasional itu terlihat begitu kekanak-kanakan. Aku meringkuk memeluk lututku. Ruangan ini tiba-tiba terasa sangat sunyi.

Andai saja dia bukan James Peyton, sementara aku bukan Candice Daniels. Betapa indahnya itu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 9

    Akhirnya, aku mengikuti James kembali ke vila yang sudah sangat aku kenal.Ibu dan ayah tiriku tampak sedang duduk di sofa bersama dengan James. Mereka tampak seperti sedang melakukan persidangan. Aku pikir suasananya akan sangat canggung, tetapi kenyataannya, wajah ayah tiriku dipenuhi dengan senyuman. Ibuku juga tertawa sambil menangis di saat yang bersamaan."Dasar kamu ini anak bodoh," ujar ibuku.Aku melemparkan diri ke pelukan ibuku, sementara hidungku terasa perih, hampir saja aku menangis. Ini seharusnya menjadi momen yang mengharukan, tetapi sayangnya pergelangan tanganku masih tidak bisa digerakkan.Aku menatap dengan marah, lalu berkata, "James, sudah cukup.""Nggak cukup, aku bahkan ingin mengikatmu dengan rantai." James menggenggam pergelangan tanganku dengan erat, matanya tidak berkedip ketika menatapku. "Candice, kamu suka sekali kabur."Aku berujar, "Seharusnya aku memang nggak berada di sini sejak awal. Untungnya, ibuku bisa menikah dengan Paman ....""Anak bodoh, apa

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 8

    Ini bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.Tubuhku gemetaran karena amarah, lalu aku menampar James."Dasar kamu nggak tahu malu!""Aku memang nggak tahu malu." James yang biasanya tenang, menggertakkan gigi, dengan bekas tamparan di wajahnya. "Apa hakmu menjadi adikku?"Ketika melihat ibuku terhuyung, aku segera berhenti berdebat dengannya. Namun, setelah membantu ibuku berdiri, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Ketika melihat wajah ibuku yang pucat, aku meninggalkan vila dalam keadaan linglung.Sebelum mereka bisa mengejarku, aku segera naik taksi, menunjuk sebuah arah secara asal, lalu menghilang tanpa jejak.Maafkan aku, Ibu.Aku menatap kosong ke jalanan yang ramai, tidak tahu harus pergi ke mana. Tidak ada tempat yang bisa aku sebut rumah lagi.Aku menemukan tempat singgah seadanya, merapikan pikiranku yang kacau, lalu mengirim pesan panjang untuk ibuku.Intinya adalah dia pantas mendapatkan yang lebih baik setelah meninggalkan ayahku yang tidak setia, yang dia inginka

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 7

    Apa yang aku lakukan sepertinya efektif. Tatapan ayah tiriku padaku menjadi makin lembut. Dia juga tidak bertengkar lagi dengan ibuku secara diam-diam.Semua berkembang sesuai keinginanku, kecuali nafsu James yang makin besar. Rasa sakit di pinggang serta punggung di malam hari belum cukup. Di siang hari, dia bahkan berani menerobos masuk ke kamarku.Caranya juga makin bervariasi. Setiap kali, aku akan disiksa habis-habisan. Beberapa kali aku ingin menghentikannya, tetapi ketika melihat foto gosip ayah tiriku dengan artis terkenal di koran, aku hanya bisa makin menurut pada James.Makin aku menurut, makin keterlaluan tingkah pria itu."Kamu gila!" teriakku.Ibu dan ayah tiriku baru saja selesai sarapan dan pergi. Ini masih pagi, aku bahkan belum sepenuhnya bangun!James kembali bersikap dingin seperti saat pertama kali bertemu denganku, bertolak belakang dengan gerakan tubuhnya yang penuh gairah."Kamu bisa menolak kapan saja," ujar James.Namun, aku tidak bisa menolaknya, jadi aku han

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 6

    James merasa tersinggung oleh tuduhanku, wajahnya tampak tidak senang."Apa hubungannya denganku? Yang kamu berikan semalam hanya cukup untuk membuatku nggak menentang Bibi."James bangkit berdiri, lalu berjalan ke belakang tempat dudukku. Dia sedikit menundukkan kepala mendekati telingaku. Jari-jarinya yang kokoh menyelinap ke dalam gunung di dadaku.Ini juga tempat yang paling dia sukai semalam.Dia mendengarkan napasku yang terengah, sementara tubuhku sepenuhnya didominasi oleh sentuhannya."Kalau kamu menginginkan bantuanku, lakukan seperti yang aku katakan semalam. Selain itu, hal lainnya bukan urusanku," ujar James.Harapanku terlalu tinggi.Aku bahkan berpikir bahwa rasa suka James padaku adalah sesuatu yang spontan, cinta yang saling berbalas.Karena masih ada orang lain di rumah, James tidak melanjutkan aksinya siang bolong. Setelah James pergi bekerja, aku berpikir bahwa bulan madu ibu dan ayah tiriku tampaknya berjalan dengan baik. Jadi, aku tidak harus memohon pada James.S

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 5

    Malam itu, aku sebenarnya sudah memiliki firasat. Namun, saat pintu kamar dibuka langsung dengan kunci, aku tetap merasa terkejut.Kamar Ibu ada tepat di sebelahku."Kamu gila!" tegurku dengan nada dingin.Tatapan James tetap tenang. "Mau bagaimana lagi? Kalau gunungnya nggak mau mendatangiku, aku yang harus mendatangi gunungnya."Dia menatapku yang sedang mengenakan gaun tidur dengan pandangan mengejek, lalu melemparkan sesuatu ke arahku."Datanglah ke kamarku besok malam dengan mengenakan ini," lanjut James.Begitu melihat dengan jelas benda apa itu, aku tidak bisa menahan diri. Aku langsung melemparkan benda yang hanya berupa tali berhiaskan mutiara itu ke wajahnya."Dasar mesum!"Pria mesum itu sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah langsung melakukan hal yang tak pantas dilakukan di rumah, tidak peduli meski di sebelah adalah kamar ibuku. Aku bukan orang mesum, jadi aku hanya bisa menggertakkan gigi menahan gelombang demi gelombang yang datang.James sialan itu seolah merasa

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 4

    Setelah itu, James kembali normal. Setidaknya aku tidak melihat perbedaan dari hari-hari sebelumnya. Wajahnya tetap dingin, sibuk bekerja di antara berbagai urusan yang rumit, bahkan tidak pulang ke vila lagi.Sampai akhirnya ibu dan ayah tiriku kembali.Mereka membawa banyak hadiah mahal. Ibuku terlihat lelah setelah perjalanan panjang. Ayah tiriku justru sangat bersemangat dengan ceritanya, bahkan sengaja menelepon James untuk pulang.Begitu James datang, aku tidak menyangka pria ini akan duduk di sampingku di sofa.Baru saja aku berniat menghindar, aku mendengar ibuku berkata, "Aku jadi lega melihat kalian berdua akur."Aku tidak punya pilihan selain diam. Kemudian, bersama dengan James, aku mendengarkan ayah tiriku bercerita panjang lebar tentang pengalaman perjalanannya.Namun, makin lama aku mendengarkan, makin aku merasa ada sesuatu yang salah. Seakan ada semut yang merayap masuk, langsung menuju ke wilayah pribadiku. Aku menoleh untuk menatap James dengan tatapan tajam. Dari pu

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 3

    James benar-benar langsung melakukan apa yang dia katakan.Keringat tampak menetes dari pelipis James, jatuh tepat di tulang selangkaku. Rasanya panas sekali. Aku memejamkan mata rapat-rapat, tidak berani melihat bayangan kami di cermin yang ada di depanku.James sengaja meniupkan napasnya ke telingaku, membuat bulu mataku bergetar karena sensitif. Akhirnya, aku tidak bisa menahan diri. Wajahku memerah karena melihat adegan itu di pantulan cermin. Gerakan masuk dan keluarnya tampak begitu jelas.Upaya perlawanan dariku hanya dianggap sebagai bumbu penyedap oleh James. Dia langsung menekanku ke cermin yang dingin, lalu mengucapkan kalimat-kalimat memalukan yang membuatku terpaksa memanggilnya "sayang" berulang kali.Tidak peduli seberapa keras aku memohon, semua itu tidak ada gunanya. Suaraku makin serak sampai akhirnya aku tidak bisa bersuara lagi. Begitu semuanya berakhir, aku bahkan tidak sanggup mengangkat satu jari pun.Salep yang semula dioleskan, akhirnya hanyut terbilas bersama

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 2

    "Kamu sudah bangun."James sama sekali tidak mengetuk pintu, langsung masuk begitu saja dengan santai. Di tangannya tampak ada sebotol salep. Dia duduk di pinggir tempat tidur seolah itu adalah hal yang wajar.Aku tanpa sadar mundur, tetapi ada sebuah dinding di belakangku. Tatapan James terlihat tidak senang, tubuhnya yang penuh tekanan makin mendekatiku.Aku memanggilnya dengan canggung, "Kakak."Dalam hati, aku buru-buru mencari-cari alasan untuknya. Mungkin dia sudah melupakan kejadian semalam setelah sadar dari mabuknya, jadi sekarang dia bisa bersikap ... setenang ini.Namun, dia mengernyitkan kening, lalu membalas dengan suara pelan, "Nggak perlu memanggilku seformal itu."Memanggil Kakak dianggap terlalu formal? Aku langsung merasa ada firasat buruk. Kejadian berikutnya pun membuktikan firasatku.James langsung menarik selimutku. Harus diketahui bahwa aku belum sempat mengenakan apa-apa!"Ah!" Aku menjerit penuh keterkejutan, tetapi pria itu justru menatapku seolah aku sudah be

  • Kakak Tiriku adalah Pasanganku   Bab 1

    Ibuku menikah dengan seorang pria kaya raya. Aku, anak dari pernikahan sebelumnya, harus ikut masuk ke keluarga konglomerat itu.Hidup di keluarga kaya tentu saja menyenangkan. Kecuali satu hal, kakak tiriku yang tampan dan dingin itu sangat membenciku. Tatapan matanya padaku makin lama terasa makin aneh.Sampai suatu malam, dia pulang dalam keadaan mabuk. Aku berteriak sampai suaraku serak, tetapi tetap saja aku terpaksa memanggilnya sayang semalaman."Tenanglah."Jakun di leher pria yang memelukku itu tampak bergerak dengan penuh daya tarik. Matanya yang sedikit kebiruan seakan dibalut oleh kabut mabuk. Namun, naluri tubuhnya justru buas tak terkendali, menyeretku naik turun dalam lautan hasrat.Sampai sekarang, aku masih tidak mengerti bagaimana kami bisa melangkah sampai sejauh ini. Dia memang tampan, tetapi dia adalah kakak tiriku.Aku memang sempat menyimpan perasaan padanya, tetapi malam ini jelas-jelas dia yang memulai semuanya lebih dulu setelah mabuk. Awalnya aku pikir pria

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status