Share

Bab 4

Author: Indri
Suara Kayden terdengar sangat rendah.

Senyuman di wajah Calista pun segera sirna. Dia tidak ingin kakaknya mendengar percakapan mereka dan merasa khawatir. Jadi, dia pun mencari alasan dan buru-buru memutuskan sambungan telepon.

Begitu sambungan telepon terputus, Kayden langsung bertanya dengan nada menyalahkan, “Calista, kenapa kamu lapor polisi? Nadia cuma salah kasih obat. Kamu nggak perlu lanjut permasalahkan masalah ini, ‘kan? Bisa-bisanya kamu langsung lapor polisi! Kamu tahu nggak? Dia sudah nangis saking takutnya!”

Ekspresi Kayden menegang, tatapannya yang biasanya dingin kini dipenuhi amarah. Dia bersikap seolah-olah Calista sudah melakukan kesalahan besar.

Setelah mendengar pertanyaan itu, Calista pun tersenyum sinis. “Nggak perlu? Kemarin, aku dilarikan ke UGD. Kapan baru perlu? Habis aku mati?”

Calista mengalami syok hingga nyaris meninggal. Meskipun dia telah diopname satu malam di rumah sakit, Kayden sama sekali tidak perhatian padanya. Begitu tahu dia melapor polisi, reaksi pertama Kayden adalah menyalahkannya. Setelah tahu Nadia menukar obat, reaksi pertama Kayden adalah membelanya.

Kayden benar-benar pilih kasih.

Begitu mendengar jawaban itu, Kayden terlebih dahulu tertegun. Setelah tersadar kembali, ada kilatan jengkel yang melintasi matanya. Dia mengernyit dengan tidak sabar.

“Dalam urusan tukar obat, memang dia yang terlalu gegabah. Tapi, aku sudah nasihati dia. Kamu jangan lanjutkan lagi masalah ini. Lagian, bukannya sekarang kamu baik-baik saja? Kalau kamu masih marah, aku akan tinggal di sini untuk jagain kamu. Sudah puas, ‘kan?”

Kayden masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponselnya tiba-tiba berdering. Melihat yang menelepon adalah Nadia, keningnya yang berkerut pun kembali santai.

“Nggak apa-apa, nggak usah khawatir. Mereka nggak akan bisa bawa kamu pergi. Jangan nangis lagi. Luka gores di tanganmu sakit nggak?”

Sambil menjawab telepon, Kayden melangkah keluar secara perlahan.

Calista menatap punggung Kayden dan merasa semua ini sangat absurd. Dia sudah tidak lagi menaruh harapan pada Kayden, tetapi masih merasa semua ini sangat ironis.

Calista sudah nyaris kehilangan nyawanya, tetapi akhirnya hanya diberi sedikit pesan. Sementara itu, tangan Nadia hanya tergores ringan, tetapi Kayden malah begitu khawatir.

Hati Calista terasa sakit. Dia tiba-tiba tidak memiliki tenaga untuk bertengkar lagi. Kayden mengatakan ingin menemaninya, tetapi Nadia tidak mengizinkannya. Setiap baru masuk ke kamar rawat inap, Kayden akan menerima berita mendesak dari Nadia.

“Kayden, aku takut sendirian di rumah. Kamu pulang temani aku, ya?”

“Waktu tidur, aku sering tidur berjalan. Aku nggak bisa tidur nyenyak kalau nggak ada kamu. Pulanglah.”

“Aku bosan banget hari ini! Kalau kamu masih nggak pulang temani aku, aku bakal pergi ke luar negeri bareng temanku dan main di sana selama setengah atau satu tahun, lho.”

Setiap pesan dan telepon itu akan langsung menarik semua perhatian Kayden. Kemudian, Kayden hanya akan melontarkan kata “istirahat yang baik” sebelum pergi.

Melihat Kayden yang datang dan pergi, Calista terlihat tenang. Mungkin karena sudah tidak menaruh harapan padanya, ketika menyaksikan kasih sayangnya terhadap Nadia, Calista pun berangsur-angsur mati rasa.

Calista hanya berharap dirinya bisa cepat sembuh, lalu meninggalkan tempat ini selamanya. Dia tidak ingin bertemu dengan Kayden lagi.

Di hari Calista keluar dari rumah sakit, dia hanya sendiri. Pada minggu terakhir, dia menerima undangan untuk menonton pertandingan tinju yang diselenggarakan mitra perusahaan. Dia diundang untuk hadir bersama Kayden dan bersiap untuk hadir sesuai undangan.

Kayden berdiri di samping mobil. Dia mengenakan setelan jas berwarna gelap yang rapi dan membuatnya terlihat mengesankan. Pada saat ini, dia sedang melindungi kepala Nadia dan mempersilakannya naik ke kursi penumpang depan.

Nadia mengenakan gaun merah muda tanpa lengan. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, riasannya terlihat simpel, tetapi cantik. Ketika menatap Kayden, matanya terlihat bagaikan bintang yang berkelap-kelip.

Calista menyaksikan kemesraan dua insan tersebut dan langkahnya pun terhenti. Namun, dia segera menekan perasaan aneh tersebut. Dia berjalan ke kursi belakang dengan ekspresi datar.

Sepanjang perjalanan, Calista hanya duduk diam sambil memandang pemandangan di luar jendela. Tidak peduli seberapa seru pun percakapan Kayden dan Nadia, dia tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Seiring berjalannya waktu, mereka malah tidak mengobrol lagi.

Di bawah suasana yang hening, Calista merasa ada tatapan tajam seseorang yang sesekali tertuju padanya. Dia menoleh dan kebetulan bertemu pandang dengan tatapan aneh Kayden. Namun, Kayden segera memalingkan wajahnya.

Di lokasi acara, tamu yang hadir sangat banyak.

Kayden dan Nadia berjalan memasuki aula dengan bergandengan tangan. Kayden sengaja meninggalkan Calista di belakang dan melindungi Nadia dengan hati-hati. Dia memperkenalkan Nadia kepada temannya, menarik kursi untuk Nadia dan duduk di sebelahnya sambil menjelaskan jalannya pertandingan.

“Sepertinya, rumor di internet itu benar. Pak Kayden nggak suka banget sama istrinya. Sejak tiba di sini, dia sama sekali nggak melirik istrinya.”

“Siapa pun yang punya mata bisa menilai bahwa sikap Pak Kayden terhadap Nadia nggak biasa. Meski Nadia ada di sampingnya, dia tetap mengawasi Nadia dengan baik. Sepertinya, dia akan segera bercerai dengan Calista.”

Calista yang mendengar gosip-gosip ini merasa agak sakit hati. Dia mengepalkan tangannya dan tetap mempertahankan ekspresi tenang.

Saat ini, pertarungan di dalam ring sedang sengit-sengitnya. Calista tidak mampu menyaksikan pemandangan berdarah seperti ini. Dia pun diam-diam pergi dari belakang.

Tepat pada saat ini, Nadia tiba-tiba bangkit dan mencari barang dengan panik. “Kalungku hilang! Kalungku hilang!”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 22

    “Dia nggak setuju!”Kayden berdiri di bawah panggung dan masih mengenakan pakaian rumah sakit. Di balik pakaiannya, terlihat luka-luka yang bersilangan. Rambutnya yang selalu tersisir rapi juga sangat berantakan. Tampangnya sangat menyedihkan, tetapi juga menakutkan.Kayden sama sekali tidak peduli pada tatapan aneh orang lain. Dia hanya menatap Calista lekat-lekat.“Pak Kayden, apa maumu?” Aciel memicingkan mata dan mengadang di depan Calista. “Kamu mau merebut tunanganku?”Kayden yang terbakar api cemburu memelototi Aciel dengan tangan terkepal erat. Namun, ketika teringat tujuannya, dia buru-buru berjalan ke depan Calista.“Calista, jangan menikah dengannya! Jangan menikah dengannya, ya? Aku sudah sadari semua kesalahanku. Aku tahu semua yang terjadi dulu adalah salahku. Tapi, aku mohon berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Aku pasti akan berubah. Kelak, aku akan mencintaimu dengan sepenuh hati ....”Berhubung khawatir Calista tidak percaya, Kayden mengeluarkan kotak yang disembuny

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 21

    Melihat Calista tidak membantah, Vincent segera memeriksa luka di tubuh Calista. Dari dulu, dia sudah khawatir Kayden akan melukai Calista. Namun, Calista selalu membela Kayden dan tidak bersedia memberi tahu apa pun kepadanya.Begitu memikirkan bagaimana putri Keluarga Lisano yang dibesarkan dengan hati-hati itu dilukai seperti ini, Vincent langsung merasa sangat sakit hati. Dia bertukar pandang dengan Aciel dan dapat langsung membaca niat yang terpancar dari matanya. Dia pun mengangguk, lalu menyuruh pengawal untuk menyeret Kayden keluar.Vincent tinggal di vila untuk menjaga Calista. Sementara itu, Aciel mengikuti pengawal keluar. Dia menyaksikan mereka menyeret Kayden ke sebuah gang yang gelap dan sepi, lalu melemparnya ke atas lumpur dengan kuat. Setelahnya, dia memberi perintah dengan dingin, “Sayat dia 99 kali. Jangan kurang sekali pun.”Dengan kesadaran yang kabur, Kayden merasa dirinya seperti sudah kembali ke masa lalunya bersama Calista. Dia kembali ke hari di mana Nadia me

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 20

    Namun, tidak peduli bagaimana Kayden berseru atau mengejar di belakang, mobil itu tetap melaju makin jauh tanpa mengurangi kecepatannya sedetik pun.Tiga bulan lalu, Kayden tidak pernah membayangkan bahwa ada hari di mana dirinya akan mengesampingkan harga dirinya dan melepaskan semuanya hanya demi Calista memaafkannya. Dia juga tidak menyangka bahwa setelah mengesampingkan semuanya dan mengucapkan semua hal baik, Calista tetap tidak meliriknya bahkan sekali pun.Secara berangsur-angsur, Kayden pun tertinggal jauh di belakang mobil. Dia hanya bisa menyaksikan lampu berwarna merah di belakang mobil kian menjauh. Hatinya terasa sangat hampa. Matanya dipenuhi dengan berbagai emosi. Pada akhirnya, yang paling mendominasi adalah obsesi dan keras kepala.Kayden tidak akan menyerah semudah ini. Dia pasti sudah melukai Calista terlalu dalam. Namun, tidak apa-apa. Dia harus sabar dan menemukan cara yang benar. Biar bagaimanapun, dia harus membuat Calista kembali ke sisinya.Kayden meninggalkan

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 19

    “Ada orang yang cari masalah di sini dan sengaja memukul pacarku.”Mata Kayden membelalak lebih besar lagi. Dia terpaku di tempat dengan tidak percaya dan tidak dapat melontarkan sepatah kata pun untuk waktu yang sangat lama.Kayden hanya bisa melihat Calista memberi pesan kepada kepala pelayan untuk menangani urusan dengan polisi, lalu menyaksikan Calista membawa Aciel pergi tanpa meliriknya sekali pun.Hati Kayden terasa sangat sakit. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Calista tega melakukan hal seperti ini. Di mata Calista, dirinya sudah benar-benar tidak penting lagi. Meskipun dia terluka, Calista juga sama sekali tidak peduli.Kayden dibawa pergi polisi, sedangkan Calista membawa Aciel ke rumah sakit. Lukanya tidak termasuk serius, tetapi memar yang tertinggal di tubuhnya terlihat menakutkan.Calista mengamati memar di wajah Aciel, lalu meminta dua kotak disinfektan dari staf medis dan menangani lukanya dengan hati-hati.“Aku benar-benar nggak menduga masalah hari ini. Maaf. Sete

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 18

    Kayden menggerakkan bibirnya dan masih ingin mengucapkan sesuatu. Namun, Calista sudah sepenuhnya kehilangan kesabaran. Tanpa meliriknya, Calista langsung berbalik dan berjalan masuk.Hati Kayden pun bergetar. Dia secara refleks mengejar Calista. “Calista, jangan pergi. Dengar dulu penjelasanku. Aku minta maaf. Bisa nggak kamu dengar kata-kataku sampai akhir ....”Kayden mengikuti Calista sampai ke depan pintu sambil berusaha menekan rasa paniknya. Dia hendak meraih tangan Calista dengan hati-hati. Namun, sebelum sempat melakukannya, pintu rumah sudah ditutup dengan kuat dan sepenuhnya menghalanginya di luar.“Calista, aku tahu aku sudah salah menyalahkanmu. Aku sudah selidiki dengan jelas masalah Nadia. Aku juga sudah buat dia rasakan akibatnya. Sekarang, aku sudah mengusirnya. Calista, aku nggak mau cerai!”“Aku tahu aku sudah menyakitimu dulu, tapi aku sudah sadari kesalahanku. Aku akan berubah! Aku akan mengubah semuanya! Kamu jangan berhubungan dekat sama Aciel. Kamu jangan ....”

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 17

    Kayden buru-buru berbalik dan kebetulan melihat dua orang yang turun dari mobil sambil bergandengan tangan.Dulu, karena harus mengurus dua perusahaan seorang diri, Calista selalu berdandan rapi dan profesional. Setelah datang ke Negara Moriko, penampilannya sudah berubah. Sekarang, dia mengenakan rok pendek hitam, mengikat rambut panjangnya, juga memasang senyum ceria di wajahnya yang mulus.Tampang Calista yang seperti ini hanya pernah dilihat Kayden sebelum Calista menginjak usia 20 tahun. Sejak mereka menikah, keceriaan dan semangat hidup Calista perlahan-lahan terkubur dalam kuburan pernikahan yang dia gali untuk Calista.Kayden pun mematung di tempat dan membelalak terkejut. Dia memandang lekat-lekat kedua orang yang berada tidak jauh darinya. Dari yang awalnya hanya bergandengan tangan, mereka mulai berjarak makin dekat dan hampir berciuman.Kayden pun terbakar api cemburu hingga kehilangan akal sehat.“Calista! Lagi ngapain kamu!” bentak Kayden dengan suara rendah dan dingin.K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status