Share

Bab 6

Author: Indri
Hanya sepatah kata itu saja langsung membuat darah di sekujur tubuh Calista terasa seperti sudah membeku.

Hari ini, yang bertanding adalah petinju profesional. Demi menghibur orang, para petinju pun melayangkan serangan mematikan. Makin banyak darah, makin bersemangat pula mereka.

Jika Calista dinaikkan ke ring, kesampingkan dulu dirinya akan berakhir menjadi lelucon, bahkan bertahan hidup saja juga merupakan masalah. Namun, demi membantu Nadia balas dendam, Kayden malah tega berbuat sekejam ini. Dia pun tertawa hingga berlinang air mata.

“Calista, kamu sudah mencuri, juga memukul orang. Bukannya kamu seharusnya minta maaf? Apa hakmu untuk nangis?”

Ada sedikit kejengkelan yang terpancar dari mata Kayden.

Melihat pengawal yang hendak menahannya, hati Calista pun dipenuhi dengan keputusasaan. Dia mengatupkan bibirnya erat-erat, lalu mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pengawal yang mendekatinya. Kemudian, dia menerjang ke hadapan Kayden dan menamparnya dengan kuat.

Calista mengerahkan seluruh tenaganya dalam tamparan ini. Suara tamparan yang nyaring pun bergema di ruangan yang hening.

“Aku nggak mencuri! Jadi, aku nggak akan minta maaf!” Air mata Calista mengalir dengan tak terkendalikan. Dia berusaha menahan isakannya dan berseru, “Kenapa aku menendangnya? Karena dia memfitnahku, lalu mau tanggalkan pakaianku tanpa bukti! Kalau aku nggak mendorongnya, masa aku harus biarkan dia menelanjangiku di depan umum?”

“Apa pun yang dikatakan Nadia, kamu akan selalu percaya. Kayden, siapa sebenarnya aku di matamu? Kamu anggap aku ini apa!”

Mata Calista berkaca-kaca, sedangkan suaranya yang tercekat penuh dengan rasa putus asa. Selama ini, dia adalah orang yang tenang. Ini adalah pertama kalinya dia kehilangan kendali.

Melihat wajah Calista yang dibasahi air mata, Kayden tertegun sejenak. Hatinya tiba-tiba terasa sesak. Pada saat ini, Nadia berjalan mendekat.

“Sudahlah. Calista juga pasti bukan sengaja. Para pengawal yang salah paham sama maksudku. Kalungnya sudah ketemu, aku juga nggak akan perpanjang masalah ini lagi.”

Ekspresi Nadia tiba-tiba berubah. Dia menyunggingkan seulas senyum palsu dan membawa datang segelas anggur. Selanjutnya, dia membuka mulut dan berkata tanpa suara, “Tamatlah riwayatmu.”

Pada detik selanjutnya, ketika berjalan mendekat, Nadia tiba-tiba menumpahkan anggur merah itu pada dirinya.

“Prang!” Gelas kaca itu pun jatuh ke lantai.

Pada detik berikutnya, Nadia melangkah mundur dengan terhuyung-huyung dan mata memerah. Kebetulan, dia tersandung gelas itu dan kehilangan keseimbangan. Setelah terdesak mundur beberapa langkah, dia pun jatuh ke pelukan Kayden.

“Calista, aku tulus mau berteman denganmu. Kenapa kamu ....” Nadia meringis kesakitan, lalu menyingkap gaunnya untuk memperlihatkan sebuah goresan halus.

“Duh, sakit banget ....”

Suara kecaman terus berlanjut.

“Dia itu memang anak yatim yang nggak punya didikan orang tua. Sudah mencuri, dia juga berani main tangan, padahal Bu Nadia sudah kasih dia jalan keluar. Apa namanya ini kalau bukan merasa gelisah karena berbuat salah?”

“Leluhur Keluarga Lisano yang ada di alam baka mungkin nggak akan bisa tenang karena punya keturunan seperti ini!”

Setelah mendengar ucapan orang di sekeliling, Kayden berseru dengan kesal, “Calista!”

Begitu melihat keangkuhan di mata Nadia, Calista tahu bahwa ini adalah salah satu tipu muslihatnya. Dia pun mencibir dalam hati. Setelah menyeka air mata, dia melangkah maju, mengambil gelas kaca itu, lalu membantingnya ke samping kaki Nadia.

Di bawah tatapan ngeri Nadia, Calista mendorongnya dengan kuat. Nadia pun membelalak kaget, lalu jatuh ke atas serpihan kaca itu.

“Ah! Kayden!” Kali ini, dia benar-benar menangis karena sakit.

“Nadia, sebaiknya jangan gunakan trik-trik itu terhadapku. Kalau nggak, aku akan membalasnya setiap kali kamu melakukannya.”

Calista menyeka bekas anggur merah di jarinya, lalu mendongak dan melihat Kayden yang menggendong Nadia dengan sakit hati. Ketika pandangan mereka bertemu, tatapan Kayden terlihat sangat mengerikan.

Calista percaya bahwa apabila Nadia terluka, Kayden pasti akan menghabisinya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menahan rasa malu dan berbalik untuk pergi. Baru saja dia meninggalkan aula, Kayden sudah mengejarnya.

“Berhenti! Segera minta maaf sama Nadia!”

Jari-jari Kayden yang ramping menahan pegangan pintu mobil supaya bisa menghentikan Calista untuk pergi. Calista meliriknya, lalu mendorongnya dan naik ke mobil.

Tepat ketika Calista menutup pintu, dia mendengar Kayden berujar dengan suara mengerikan, “Calista, jangan nyesal kamu!”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 22

    “Dia nggak setuju!”Kayden berdiri di bawah panggung dan masih mengenakan pakaian rumah sakit. Di balik pakaiannya, terlihat luka-luka yang bersilangan. Rambutnya yang selalu tersisir rapi juga sangat berantakan. Tampangnya sangat menyedihkan, tetapi juga menakutkan.Kayden sama sekali tidak peduli pada tatapan aneh orang lain. Dia hanya menatap Calista lekat-lekat.“Pak Kayden, apa maumu?” Aciel memicingkan mata dan mengadang di depan Calista. “Kamu mau merebut tunanganku?”Kayden yang terbakar api cemburu memelototi Aciel dengan tangan terkepal erat. Namun, ketika teringat tujuannya, dia buru-buru berjalan ke depan Calista.“Calista, jangan menikah dengannya! Jangan menikah dengannya, ya? Aku sudah sadari semua kesalahanku. Aku tahu semua yang terjadi dulu adalah salahku. Tapi, aku mohon berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Aku pasti akan berubah. Kelak, aku akan mencintaimu dengan sepenuh hati ....”Berhubung khawatir Calista tidak percaya, Kayden mengeluarkan kotak yang disembuny

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 21

    Melihat Calista tidak membantah, Vincent segera memeriksa luka di tubuh Calista. Dari dulu, dia sudah khawatir Kayden akan melukai Calista. Namun, Calista selalu membela Kayden dan tidak bersedia memberi tahu apa pun kepadanya.Begitu memikirkan bagaimana putri Keluarga Lisano yang dibesarkan dengan hati-hati itu dilukai seperti ini, Vincent langsung merasa sangat sakit hati. Dia bertukar pandang dengan Aciel dan dapat langsung membaca niat yang terpancar dari matanya. Dia pun mengangguk, lalu menyuruh pengawal untuk menyeret Kayden keluar.Vincent tinggal di vila untuk menjaga Calista. Sementara itu, Aciel mengikuti pengawal keluar. Dia menyaksikan mereka menyeret Kayden ke sebuah gang yang gelap dan sepi, lalu melemparnya ke atas lumpur dengan kuat. Setelahnya, dia memberi perintah dengan dingin, “Sayat dia 99 kali. Jangan kurang sekali pun.”Dengan kesadaran yang kabur, Kayden merasa dirinya seperti sudah kembali ke masa lalunya bersama Calista. Dia kembali ke hari di mana Nadia me

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 20

    Namun, tidak peduli bagaimana Kayden berseru atau mengejar di belakang, mobil itu tetap melaju makin jauh tanpa mengurangi kecepatannya sedetik pun.Tiga bulan lalu, Kayden tidak pernah membayangkan bahwa ada hari di mana dirinya akan mengesampingkan harga dirinya dan melepaskan semuanya hanya demi Calista memaafkannya. Dia juga tidak menyangka bahwa setelah mengesampingkan semuanya dan mengucapkan semua hal baik, Calista tetap tidak meliriknya bahkan sekali pun.Secara berangsur-angsur, Kayden pun tertinggal jauh di belakang mobil. Dia hanya bisa menyaksikan lampu berwarna merah di belakang mobil kian menjauh. Hatinya terasa sangat hampa. Matanya dipenuhi dengan berbagai emosi. Pada akhirnya, yang paling mendominasi adalah obsesi dan keras kepala.Kayden tidak akan menyerah semudah ini. Dia pasti sudah melukai Calista terlalu dalam. Namun, tidak apa-apa. Dia harus sabar dan menemukan cara yang benar. Biar bagaimanapun, dia harus membuat Calista kembali ke sisinya.Kayden meninggalkan

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 19

    “Ada orang yang cari masalah di sini dan sengaja memukul pacarku.”Mata Kayden membelalak lebih besar lagi. Dia terpaku di tempat dengan tidak percaya dan tidak dapat melontarkan sepatah kata pun untuk waktu yang sangat lama.Kayden hanya bisa melihat Calista memberi pesan kepada kepala pelayan untuk menangani urusan dengan polisi, lalu menyaksikan Calista membawa Aciel pergi tanpa meliriknya sekali pun.Hati Kayden terasa sangat sakit. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Calista tega melakukan hal seperti ini. Di mata Calista, dirinya sudah benar-benar tidak penting lagi. Meskipun dia terluka, Calista juga sama sekali tidak peduli.Kayden dibawa pergi polisi, sedangkan Calista membawa Aciel ke rumah sakit. Lukanya tidak termasuk serius, tetapi memar yang tertinggal di tubuhnya terlihat menakutkan.Calista mengamati memar di wajah Aciel, lalu meminta dua kotak disinfektan dari staf medis dan menangani lukanya dengan hati-hati.“Aku benar-benar nggak menduga masalah hari ini. Maaf. Sete

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 18

    Kayden menggerakkan bibirnya dan masih ingin mengucapkan sesuatu. Namun, Calista sudah sepenuhnya kehilangan kesabaran. Tanpa meliriknya, Calista langsung berbalik dan berjalan masuk.Hati Kayden pun bergetar. Dia secara refleks mengejar Calista. “Calista, jangan pergi. Dengar dulu penjelasanku. Aku minta maaf. Bisa nggak kamu dengar kata-kataku sampai akhir ....”Kayden mengikuti Calista sampai ke depan pintu sambil berusaha menekan rasa paniknya. Dia hendak meraih tangan Calista dengan hati-hati. Namun, sebelum sempat melakukannya, pintu rumah sudah ditutup dengan kuat dan sepenuhnya menghalanginya di luar.“Calista, aku tahu aku sudah salah menyalahkanmu. Aku sudah selidiki dengan jelas masalah Nadia. Aku juga sudah buat dia rasakan akibatnya. Sekarang, aku sudah mengusirnya. Calista, aku nggak mau cerai!”“Aku tahu aku sudah menyakitimu dulu, tapi aku sudah sadari kesalahanku. Aku akan berubah! Aku akan mengubah semuanya! Kamu jangan berhubungan dekat sama Aciel. Kamu jangan ....”

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 17

    Kayden buru-buru berbalik dan kebetulan melihat dua orang yang turun dari mobil sambil bergandengan tangan.Dulu, karena harus mengurus dua perusahaan seorang diri, Calista selalu berdandan rapi dan profesional. Setelah datang ke Negara Moriko, penampilannya sudah berubah. Sekarang, dia mengenakan rok pendek hitam, mengikat rambut panjangnya, juga memasang senyum ceria di wajahnya yang mulus.Tampang Calista yang seperti ini hanya pernah dilihat Kayden sebelum Calista menginjak usia 20 tahun. Sejak mereka menikah, keceriaan dan semangat hidup Calista perlahan-lahan terkubur dalam kuburan pernikahan yang dia gali untuk Calista.Kayden pun mematung di tempat dan membelalak terkejut. Dia memandang lekat-lekat kedua orang yang berada tidak jauh darinya. Dari yang awalnya hanya bergandengan tangan, mereka mulai berjarak makin dekat dan hampir berciuman.Kayden pun terbakar api cemburu hingga kehilangan akal sehat.“Calista! Lagi ngapain kamu!” bentak Kayden dengan suara rendah dan dingin.K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status