Share

Bab 7

Author: Indri
Mobil pun melaju.

Calista merasa benaknya sangat kacau dan kelelahan yang berlebihan membuatnya tidak dapat membuka mata. Setelah menemukan lingkungan yang tenang dengan susah payah dan hendak menenangkan diri, dia malah tiba-tiba mendengar suara mobil berdecit yang memekakkan telinga.

Saat Calista merasakan ada yang aneh dan membuka mata, segalanya sudah terlambat. Pada detik berikutnya, sopir menginjak pedal gas sampai kandas, lalu melaju dengan kecepatan tinggi.

Ketika bertemu pandang dengan tatapan suram sopir, Calista pun merasa terkejut dan bergumam dengan suara serak, “Kamu bukan sopirku. Siapa kamu sebenarnya!”

Sopir itu tersenyum bengis dan menjawab, “Aku ini iblis yang akan memberimu pelajaran.”

Mobil melaju sampai keluar dari jangkauan CCTV dan masuk ke sebuah pegunungan yang dalam. Setelah mobil berhenti, Calista membuka pintu mobil dan hendak melarikan diri. Namun, sopir malah menjambak rambutnya dan menyeretnya kembali, lalu menyumpal mulutnya dengan kain.

“Srek!”

Beling kaca menyayat kulitnya dan rasa sakit itu membuat kepalanya serasa mau pecah. Namun, semuanya masih belum berakhir. Selanjutnya, masih ada sayatan kedua, ketiga, dan seterusnya ....

Calista meronta sekuat tenaga, tetapi sopir itu menekannya ke lantai dengan kuat. Dia sama sekali tidak dapat melepaskan diri atau bahkan melontarkan pertanyaan. Dia hanya bisa menerima dirinya disayat sekali demi sekali.

Di hutan yang luas ini, yang tersisa hanyalah tangisan menyedihkan Calista. Sekujur tubuhnya berlumuran darah dan kesadarannya mulai kabur. Tepat ketika dia merasa dirinya akan segera mati, sopir itu akhirnya menghentikan aksinya dan melemparnya ke lantai.

Tiba-tiba, lampu depan mobil menyala, lalu mobil melaju secara perlahan.

Suara yang terdengar Calista hanya tinggal napasnya yang lemah. Ketika melihat mobil itu hendak menabraknya, pandangannya yang kabur tiba-tiba menangkap sosok seseorang yang berlari mendekat. Sebelum melihat jelas siapa orang itu, dia sudah sepenuhnya kehilangan kesadaran.

...

Ketika tersadar lagi, Calista menemukan dirinya tengah berbaring di rumah sakit. Sekujur tubuhnya dibungkus perban tebal dan terasa seperti bukan miliknya lagi. Hanya bergerak sedikit saja, dia langsung merasa kesakitan hingga kesulitan bernapas.

“Jangan bergerak. Lukamu terlalu parah. Kalau asal bergerak, lukamu akan terbuka. Aku pergi panggil dokter dulu. Kamu istirahat yang baik.”

Tidak lama setelah Kayden pergi, ponsel Calista yang ditaruh di meja samping tempat tidur pun bergetar pelan. Berhubung tidak dapat bergerak, dia hendak menunggu hingga Kayden kembali, lalu baru meminta Kayden menunjukkan ponsel itu kepadanya.

Tak disangka, orang yang menelepon begitu tidak sabar. Berhubung Calista tidak mengangkat, dia pun tidak berhenti menelepon. Calista yang terganggu hingga kepalanya sakit pun akhirnya mencari perawat.

Setelah mengangkat ponsel dan menyadari bahwa itu adalah telepon dari nomor tak dikenal, Calista pun mengernyit. Tiba-tiba, ada sebuah video yang ditampilkan di layar. Itu adalah rekaman ulang di lokasi pesta.

“Kak Nadia, jangan nangis. Kak Kayden pasti akan membalaskan dendammu! Kalau dia balik dan melihatmu menangis, dia pasti akan habisi aku!”

Nadia yang matanya merah menjawab dengan suara gemetar, “Aku sudah baik hati mau berdamai dengannya, tapi kenapa Calista malah bersikap begini terhadapku? Dia keterlaluan banget!”

Nadia menunduk dan lanjut menangis. Dia menutupi wajahnya dan memasang tampang yang sangat kasihan. Tidak ada seorang pun yang tahu harus bagaimana menghiburnya. Mereka juga tidak berani menyentuh Nadia karena khawatir Kayden akan memotong tangan mereka.

Tepat ketika semua orang sedang kewalahan, Kayden akhirnya kembali. Begitu dia kembali, Nadia langsung melemparkan diri ke pelukannya.

“Kayden, kamu harus balaskan dendamku! Lihat saja apa yang diperbuatnya! Tubuhku sudah dibasahi anggur merah, kakiku juga berdarah. Sakit banget! Sejak kecil, kamu selalu memanjakanku. Aku nggak tahan diperlakukan secara nggak adil seperti ini. Kamu harus balaskan dendamku. Kalau nggak, aku akan pergi ke luar negeri sekarang juga dan nggak kembali lagi!”

Kayden buru-buru menghibur, “Kamu mau gimana?”

Nadia pun terlihat bersemangat. Dia berjinjit dan berbisik di telinga Kayden, “Dia sudah membuatku tergores sekali. Aku ini bukan tipe orang yang terima dirugikan. Aku mau kamu menyayatnya 99 kali.”

Kayden terlihat serbasalah dan matanya dipenuhi dengan emosi campur aduk. Sebelum dia sempat menjawab, Nadia menunjukkan luka tipis di kakinya dan bermanja-manja lagi dengan tampang memelas.

Kayden pun menyetujuinya hampir secara refleks. “Oke. Aku akan balaskan dendammu.”

Di akhir video, Nadia meringkuk dalam pelukan Kayden. “Sakit banget.”

Kayden terlihat sangat sakit hati. Dia menangani luka Nadia dengan hati-hati, lalu mengelus kepalanya dengan emosi yang tertahan dan penuh kendali. Dia berkata dengan suara rendah dan serak, “Aku yang nggak melindungimu dengan baik. Ini salahku.”

Begitu melihat tampang mereka yang mesra, orang-orang di sekitar yang peka buru-buru menyanjung.

“Ckckck, mereka memang sekeluarga. Kejamnya sama! Ini salah Calista juga, siapa suruh dia begitu sial.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 22

    “Dia nggak setuju!”Kayden berdiri di bawah panggung dan masih mengenakan pakaian rumah sakit. Di balik pakaiannya, terlihat luka-luka yang bersilangan. Rambutnya yang selalu tersisir rapi juga sangat berantakan. Tampangnya sangat menyedihkan, tetapi juga menakutkan.Kayden sama sekali tidak peduli pada tatapan aneh orang lain. Dia hanya menatap Calista lekat-lekat.“Pak Kayden, apa maumu?” Aciel memicingkan mata dan mengadang di depan Calista. “Kamu mau merebut tunanganku?”Kayden yang terbakar api cemburu memelototi Aciel dengan tangan terkepal erat. Namun, ketika teringat tujuannya, dia buru-buru berjalan ke depan Calista.“Calista, jangan menikah dengannya! Jangan menikah dengannya, ya? Aku sudah sadari semua kesalahanku. Aku tahu semua yang terjadi dulu adalah salahku. Tapi, aku mohon berikanlah aku sebuah kesempatan lagi. Aku pasti akan berubah. Kelak, aku akan mencintaimu dengan sepenuh hati ....”Berhubung khawatir Calista tidak percaya, Kayden mengeluarkan kotak yang disembuny

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 21

    Melihat Calista tidak membantah, Vincent segera memeriksa luka di tubuh Calista. Dari dulu, dia sudah khawatir Kayden akan melukai Calista. Namun, Calista selalu membela Kayden dan tidak bersedia memberi tahu apa pun kepadanya.Begitu memikirkan bagaimana putri Keluarga Lisano yang dibesarkan dengan hati-hati itu dilukai seperti ini, Vincent langsung merasa sangat sakit hati. Dia bertukar pandang dengan Aciel dan dapat langsung membaca niat yang terpancar dari matanya. Dia pun mengangguk, lalu menyuruh pengawal untuk menyeret Kayden keluar.Vincent tinggal di vila untuk menjaga Calista. Sementara itu, Aciel mengikuti pengawal keluar. Dia menyaksikan mereka menyeret Kayden ke sebuah gang yang gelap dan sepi, lalu melemparnya ke atas lumpur dengan kuat. Setelahnya, dia memberi perintah dengan dingin, “Sayat dia 99 kali. Jangan kurang sekali pun.”Dengan kesadaran yang kabur, Kayden merasa dirinya seperti sudah kembali ke masa lalunya bersama Calista. Dia kembali ke hari di mana Nadia me

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 20

    Namun, tidak peduli bagaimana Kayden berseru atau mengejar di belakang, mobil itu tetap melaju makin jauh tanpa mengurangi kecepatannya sedetik pun.Tiga bulan lalu, Kayden tidak pernah membayangkan bahwa ada hari di mana dirinya akan mengesampingkan harga dirinya dan melepaskan semuanya hanya demi Calista memaafkannya. Dia juga tidak menyangka bahwa setelah mengesampingkan semuanya dan mengucapkan semua hal baik, Calista tetap tidak meliriknya bahkan sekali pun.Secara berangsur-angsur, Kayden pun tertinggal jauh di belakang mobil. Dia hanya bisa menyaksikan lampu berwarna merah di belakang mobil kian menjauh. Hatinya terasa sangat hampa. Matanya dipenuhi dengan berbagai emosi. Pada akhirnya, yang paling mendominasi adalah obsesi dan keras kepala.Kayden tidak akan menyerah semudah ini. Dia pasti sudah melukai Calista terlalu dalam. Namun, tidak apa-apa. Dia harus sabar dan menemukan cara yang benar. Biar bagaimanapun, dia harus membuat Calista kembali ke sisinya.Kayden meninggalkan

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 19

    “Ada orang yang cari masalah di sini dan sengaja memukul pacarku.”Mata Kayden membelalak lebih besar lagi. Dia terpaku di tempat dengan tidak percaya dan tidak dapat melontarkan sepatah kata pun untuk waktu yang sangat lama.Kayden hanya bisa melihat Calista memberi pesan kepada kepala pelayan untuk menangani urusan dengan polisi, lalu menyaksikan Calista membawa Aciel pergi tanpa meliriknya sekali pun.Hati Kayden terasa sangat sakit. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Calista tega melakukan hal seperti ini. Di mata Calista, dirinya sudah benar-benar tidak penting lagi. Meskipun dia terluka, Calista juga sama sekali tidak peduli.Kayden dibawa pergi polisi, sedangkan Calista membawa Aciel ke rumah sakit. Lukanya tidak termasuk serius, tetapi memar yang tertinggal di tubuhnya terlihat menakutkan.Calista mengamati memar di wajah Aciel, lalu meminta dua kotak disinfektan dari staf medis dan menangani lukanya dengan hati-hati.“Aku benar-benar nggak menduga masalah hari ini. Maaf. Sete

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 18

    Kayden menggerakkan bibirnya dan masih ingin mengucapkan sesuatu. Namun, Calista sudah sepenuhnya kehilangan kesabaran. Tanpa meliriknya, Calista langsung berbalik dan berjalan masuk.Hati Kayden pun bergetar. Dia secara refleks mengejar Calista. “Calista, jangan pergi. Dengar dulu penjelasanku. Aku minta maaf. Bisa nggak kamu dengar kata-kataku sampai akhir ....”Kayden mengikuti Calista sampai ke depan pintu sambil berusaha menekan rasa paniknya. Dia hendak meraih tangan Calista dengan hati-hati. Namun, sebelum sempat melakukannya, pintu rumah sudah ditutup dengan kuat dan sepenuhnya menghalanginya di luar.“Calista, aku tahu aku sudah salah menyalahkanmu. Aku sudah selidiki dengan jelas masalah Nadia. Aku juga sudah buat dia rasakan akibatnya. Sekarang, aku sudah mengusirnya. Calista, aku nggak mau cerai!”“Aku tahu aku sudah menyakitimu dulu, tapi aku sudah sadari kesalahanku. Aku akan berubah! Aku akan mengubah semuanya! Kamu jangan berhubungan dekat sama Aciel. Kamu jangan ....”

  • Kala Hidup Mengalir dengan Damai   Bab 17

    Kayden buru-buru berbalik dan kebetulan melihat dua orang yang turun dari mobil sambil bergandengan tangan.Dulu, karena harus mengurus dua perusahaan seorang diri, Calista selalu berdandan rapi dan profesional. Setelah datang ke Negara Moriko, penampilannya sudah berubah. Sekarang, dia mengenakan rok pendek hitam, mengikat rambut panjangnya, juga memasang senyum ceria di wajahnya yang mulus.Tampang Calista yang seperti ini hanya pernah dilihat Kayden sebelum Calista menginjak usia 20 tahun. Sejak mereka menikah, keceriaan dan semangat hidup Calista perlahan-lahan terkubur dalam kuburan pernikahan yang dia gali untuk Calista.Kayden pun mematung di tempat dan membelalak terkejut. Dia memandang lekat-lekat kedua orang yang berada tidak jauh darinya. Dari yang awalnya hanya bergandengan tangan, mereka mulai berjarak makin dekat dan hampir berciuman.Kayden pun terbakar api cemburu hingga kehilangan akal sehat.“Calista! Lagi ngapain kamu!” bentak Kayden dengan suara rendah dan dingin.K

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status