Share

BAB 10

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-10-25 07:30:00

Kama mengerjap-ngerjapkan kedua matanya saat pukul sepuluh pagi. Dia menggeliatkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tengah tertidur di atas lantai beralaskan karpet dengan memakai selimut tebal. Pria itu kemudian duduk, melihat betapa berantakannya setiap sudut ruangan. Sejurus kemudian ujung matanya melirik selimut yang menumpuk di sampingnya. Bergerak.

Seketika itu juga, Kama menyibak selimut tebal berwarna putih tersebut. Seorang gadis cantik masih terlelap tidur. Posisinya miring hingga memperlihatkan punggungnya yang sempat ia raba saat Sutra belum pergi dari apartemennya semalam. Bekas luka itu?

Kama memukul-mukul kepalanya sendiri dengan pelan, seolah ingin menyingkirkan rasa pusing yang masih mendera. Namun, kedua matanya menangkap sesuatu di atas nakas. Buket bunga lily berwarna putih dengan secumput bunga dandelion berwarna kuning keemasan. Seketika dadanya berdebar.

“Kau sudah bangun, Tuan?” Sutra segera bergerak dud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Wanda Qhori
lili oh lili
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
naaahh gitu donk kama, kamu harus berbuat baik sama sutra, dia gadis baik, jngan sampai kau menodainya
goodnovel comment avatar
fatmawati
hadeh Lily Lily kamu gk mungkin bisa merayu Kama.....kalo setiap hari berkumpul sepertinya Kama bakal jatuh cinta sama Sutra deh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra    Bab 120

    Pagi itu, Sutra berinisiatif akan pergi ke rumah sakit tempat Zatulini di rawat. Dia sengaja tidak memberitahu Hans, karena baginya terlalu banyak merepotkan pria itu tidak baik pada akhirnya. Jujur, Sutra takut jika pada akhirnya Hans kan menagih segala kebaikan yang pernah dilakukan saat ini. Suara langkah sepatu berhak tinggi memecah keheningan koridor rumah sakit. Dengan sedikit tergesa, Sutra menuju ruangan sang ibu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di ambang pintu yang sedikit terbuka. Kedua netranya mengintip seseorang tengah berada di dalam ruangan tersebut. “Aku tidak tahu lagi harus mempercayai siapa, Bibi. Sedangkan sampai saat ini kau masih koma.” Suara itu begitu familiar di gendang tekinga Sutra. “Siapa sebenarnya dirimu, benarkah Sutra bukan putrimu? Kuharap kau segera bangun. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Salah satunya tentang angsa putih. Kenapa Selena berani sekali mengaku jika dirinya adalah sosok itu.” Deg! Mendadak hati Sut

  • Kama Sutra    Bab 119

    Satu bulan berselang, Sutra telah pulang ke rumah Zatulini bersama dua orang anak kembarnya. Dengan di antar oleh Hans, wanita itu tampak berdiri mematung di depan pintu. Pikiranya melayang, mengingat saat-saat ketika dirinya masih sekolah. Setiap sampai di ambang pintu, sosok wanita paruh baya itu pasti menyambutnya dnegan senyuman hangat. Namun, kini berbeda. Bahkan, Zatulini belum juga sadar dari komanya. “Terima kasih, Hans.” Sutra tersenyum padanya. Hans mengangguk. “Itu sudah jadi bagian dari tanggung jawabku.” Semenjak hari di mana Sutra sadar dari komanya—sampai detik ini—Kama tak pernah lagi menampakkan batang hidunya. Ada ngelenyar rindu yang memburu dalam dada Sutra, tapi wanita itu sangat pintar menyembunyikannya. “Sutra, aku sudah meminta salah satu suster di rumah sakit, untuk bertugas di rumahmu. Dia yang akan membantumu mengurus anak dan rumah.” Sekali lagi Sutra menyembulkan senyum. “Entah dengan apa lagi aku harus membalas semua kebaikanmu padaku, Hans. Ka

  • Kama Sutra    Bab 118

    Suaranya yang tak dapat di dengar, membuat Sutra menarik selang infus, agar ada seseorang yang mungkin datang menghampiri dirinya. Hans dan Kama serempak menoleh ke arah jendela di mana Sutra tengah berbaring. “Sutra!” Hans melangkah, tapi Kama segera menarik pergelang tangannya. “Kau tidak perlu masuk. Aku akan menemui Sutra. Kuharap kau memberiku satu kali kesempatan untuk memperbaikinya.” Hans melirik tajam. “Aku tidak tahu harus percaya dengan kata-katamu atau justru sebaliknya. Karena kau terlalu banyak membuat hati Sutra terluka. Tapi … aku akan membiarkanmu menemuinya, karena bagaimanapun juga dia ibu dari anak-anakmu, Tuan.” Hans memundurkan langkahnya. Berbalik dan sedikit menjauh dari pintu ruangan tempat Sutra dirawat. Kama masuk dengan langkah berat, kedua bola matanya merah dan berembun. “Maafkan aku.” Dua kata yang terucap dari bibirnya, tidak lantas membuat Sutra terenyuh. Wanita itu hanya menanggapinya dengan senyum datar. “Apa aku sudah melahi

  • Kama Sutra    117

    Saat kedua tangan Kama masih menangkup geram kerah jas Hans, tiba-tiba ada suara. Bruak. Mereka berdua tersentak. Kama segera melepas cengkeraman tangannya di atas jas Hans, kemudian segera pergi masuk ke dalam ruangan Sutra. Pria itu menyaksinya sang wanita membeliak serta melengkungkan tubuhnya dengan keadaan mulut sudah berbusa. Wanita itu mengejang, pupil matanya menghilang hanya meninggalkan bagian putihnya saja. Tentu bukan hanya Kama saja, Hans pun ikut panik melihat kejadian itu. Pria yang sempat dihajar oleh Kama itu segera berhambur untuk mencari dokter. “Read code! Segera siapkan ruang operasi!” Keadaan begitu kacau, Sutra di bawa ke luar ruangan dengan begitu tergesa-gesa, dan Kama tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu ingin memeluk Sutra, tapi para perawat yang membawanya menghalaunya agar lebih baik menenangkan diri serta bedoa saja. Dengan perut yang membola, Kama menyaksikan dengan kedua matanyanya sendiri jika Sutra sedang tersiksa. Jujur itu semua bagia

  • Kama Sutra    Bab 116

    Kama ke luar ruangan dokter, langkahnya begitu berat menuju ruangan di mana Selena tengah di rawat. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yang sempat bergetar beberapa jam lalu. Pria itu lantas mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam kantong celananya. Menatap sekilas dengan tatapan terkejut. Sebab, melihat ada sekitar dua belas panggilan masuk yang tak terjawab, atas nama Sutra. Kemudian mengecek pesan masuk. Mendadak tubuhnya semakin lemas saat membaca pesan dari Sutra. “Sial! Kenapa kau bisa melupakan orang terpenting dalam hidupmu ini, Kama! Bodoh!” Pria itu menyumpahi dirinya sendiri. Kama duduk di kursi yang berada di sepanjang koridor rumah sakit. Berusaha menelepon Sutra, tapi tak satu pun yang di angkat. Bahkan, panggilan itu berada di luar jangkauan. Kemudian pria itu mencari nomor Hans. Dia ingat jika beberapa jam lalu dirinya sempat mengutus Hans untuk membawakan makanan ke rumah Sutra. “Hans, apa Sutra baik-baik saja?” Kama langsung bertanya pada i

  • Kama Sutra    Bab 115

    “Kau suaminya?” tanya dokter ketika selesai mengobservasi Sutra pada Hans. Hans hanya bergeming. Tidak menggeleng dan tidak mengangguk. “Nyonya Sutra terkena Preeklampsia,” ujar dokter itu setelah memeriksa keadaan Sutra. Kepala yang nyeri, tekanan darah tinggi, mual dan muntah disertai kontraksi dini adalah beberapa cirinya. “Istri Anda harus di opname, karena kondisinya cukup membahayakan.” “Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter,” balas Hans tanpa pikir panjang. Penyakit kelainan trofoblast-placenta itu diperparah dengan beban pikiran serts tingkat stres yang berlebih. Itulah yang Sutra langgar selama ini. Alhasil itulah yang mengakibatkan tekanan darahnya selalu naik. Untuk berjaga-jaga, janin kembar dalam perutnya sudah menerima suntikan penguat paru-paru jika diduga nantinya akan lahir sebelum waktunya. Tampak peralatan serta selang dihubungkan ke tubuhnya. Tangan kanan dipasang sebuah manset sphygnomanometer atau tensimeter. Perutnya dipasang CTG alat untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status