Share

BAB 11

Author: Jw Hasya
last update Huling Na-update: 2025-10-26 08:08:00
Sutra membuka pintu apartemen, ia mendapati seorang gadis anggun dengan memakai sebuah dress berwarna hitam, dilengkapi dengan payet corak putih di area dada. Senyumnya mengembang kala menyerahkan sebuah bingkisan pada Sutra.

Langkahnya menerobos masuk, kakinya jenjang dengan sebuah sepatu berhak tinggi menutupi telapak kakinya. Betisnya putih nyaris tak ada bekas luka.

“Tunggu.” Sutra bersuara. “Maaf, kau mencari siapa?”

Wanita anggun menghentikan langkahnya, menoleh sekilas ke arah Sutra.

“Kau pelayan baru bukan? Aku Nerezza, kekasih Kama. Di mana dia?”

“Siapa yang datang, Sutra?”

Belum sempat menjawab pertanyaan wanita bernama Nerezza. Tiba-tiba Kama sudah berjalan menghampiri mereka. Pria itu masih memakai celemek yang berbahan dari kulit berwarna coklat tua.

“Nerezza?” Kedua bola matanya nyaris meloncat dari peraduannya. Seolah tengah melihat hantau atau … bisa saja Kama terkejut karena sudah lama tidak melihat sosok wanita yang bernama Nerezza yang sempat menga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
waduuuhh nereeza bneran kekasih kama donk kok dia ciuman, kyakx sutra cemburu dehhhh...
goodnovel comment avatar
Iin Huang
sutra apa kamu cemburu melht kama dan nerezza? apaa nerezza angsa putih itu kama? ku rasa bukan. makin penasaran aku sama angsa putih yg di mksd itu.
goodnovel comment avatar
Lasma Wati
kama nggak mungkin kamu nggak ingat saat bersama sutra waktu itu?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kama Sutra   Bab 160

    Usai makan malam, mereka tidak lantas beranjak dari tempat duduk masing-masing. Hans yang seolah memang begitu penasaran dengan apa yang akan diutarakan oleh Kama, memutuskan untuk memulai sesi percakapan. “Tuan, kau mau bicara apa?” Kama meraih jemari Sutra yang berada tak jauh dari sampingnya. “Kau tahu bagaimana hubunganku dengan Sutra selama ini, dan kau adalah orang yang paling aku percaya dalam segala hal.” Hans masih mencoba meraba kata-kata Kama. “Setelah identitas Sutra terkuak.” Kama menatap manik Sutra begitu dalam. “Aku ingin segera menikahinya. Siapa pun dia, dari latar belakang seperti apa, aku tidak lagi peduli. Mau dia angsa putih atau bukan … aku tetap akan menikahi Sutra.” Hans tersenyum datar. Meskipun dirinya merasa bahagia mendengar pernyataan tersebut. Namun, tak dapat dipungkiri jika hatinya bagai teriris sembilu. “Kau sudah menemukan apa yang kumau?” Kini tatapannya beralih pada Hans. Hans terdiam. Sebetulnya ia memang sudah menemukan identitas

  • Kama Sutra   Bab 159

    Kama tampak sedang membantu Sutra dalam memotong beberapa bahan makanan yang akan dimasak di atas kompor. Mereka berdua memang sengaja tidak melibatkan pelayan untuk menyiapkan acara makan malam dengan Hans. Beberapa jam lalu, Kama bercerita pada Sutra, jika keselamatan Nala tidak lepas dari campur tangan Hans. Bahkan, pria itu begitu cekatan dalam mencari sebuah informasi untuk dapat segera menemukan Nala. Mendengar cerita dari Kama, membuah hati Sutra tersentuh. Lalu, dia memiliki ide untuk mengajaknya makan malam. Meskipun awalnya ditolak oleh Kama karena merasa cemburu, tapi pada akhirnya wanita itu dapat meyakinkan Kama jika kecemburuannya itu tidaklah beralasan. “Apa saat kau tinggal di rumah Hans dulu, dia suka memasak untukmu?” tiba-tiba pertanyaan gila itu menyeloroh dari dalam bibir Kama. Sutra mengerutkan dahinya, mencoba mengingat beberapa moment saat dirinya tinggal di rumah mungil milik Hans. Kemudian wanita itu menggeleng. “Tidak pernah. Dia jarang sekali me

  • Kama Sutra   Bab 158

    Sepulang dari rumah Mina, Hans tidak lantas menemui Kama atau pun kembali ke apartemen pribadinya. Pria itu melesatkan kendaraannya ke sebuah tempat yang selama ini selalu menjadi tempat favoritnya saat pikirannya dibanjiri begitu banyak masalah. Dengan membawa sebotol minumam penghangat tubuh, Hans berjalan melewati jalanan terjal menuju sebuah tebing yang cukup curam. Langkahnya terhenti tepat di bibir tebing dengan view yang begitu cantik serta memukau. Dari tempatnya berdiri saat ini, pria itu dapat kenyaksikan gumpalan awan menggantung di depan matanya, dengan beberapa pucuk gunung menerobos menembus awan-awan putih seperti kapas. Hans memang kerap menghabiskan waktunya di sana, saat keadaan hatinya mulai memburuk tak segan dirinya akan menikmati kesunyian dengan tegukan minuman yang sedikit membuatnya mabuk. Lantas ia akan terus berusaha memecahkan setiap masalah yang seolah tengah menghimpit dadanya. “Kenapa kau harus menitipkan perasaan ini padaku?” gerutunya pada lang

  • Kama Sutra   Bab 157

    “Dokter Bobby sudah pulang dua hari lalu.” Seorang perawat yang bertugas di sebuah rumah sakit yang sebelumnya merawat dokter Bobby berbincang dengan Hans melalui pesawat telepon. “Kau bisa memberiku alamatnya?” tanya Hans. “Maaf, Tuan. Aku tidak bisa memberikan alamat dokter Bobby karena itu sebuah privasi. Aku tidak ingin mendapat teguran karena telah melanggar kode etik.”“Baiklah, terima kasih.”Setelah panggilan telepon terputus, Hans berjalan ke luar apartemen. Langkahnya sedikit tergesa menuju basement. Dia akan kembali menemui Mina, mantan pelayan di rumah keluarga Reynard. Sebab, ada sebuah kecurigaan yang mengarah pada satu nama—Sutra. Setelah melewati perjalanan panjang, Hans sampai di kediaman Mina. Pria itu membawa sesuatu untuk Mina. “Kau lagi, ada apa?” Wajah perempuan tua itu tampak tidak senang dengan kedatangan Hans. “Maaf, aku ke sini tanpa memberitahumu terlebih dulu, Mina. Tapi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, tentang ….”“Tentang keluarga Tuan Reynard ‘

  • Kama Sutra   Bab 156

    “Jika perempuannya tidak memiliki perasaan terhadap dirimu, bagaimana?” Hans berjalan ke arah jendela usang yang berada di tepi tembok, tatapannya terlempar jauh ke arah mata angin yang meniup sepoi sebuah kayu akasia yang bertengger menjulang di depan jendela. Bruno menatap Hans sekilas, kemudian pria itu diam sesaat sebelum mengucapkan sebuah kalimat. “Aku akan berupaya untuk terus membuatnya tahu jika aku lebih baik dari orang yang mungkin saat ini sedang mengisi hatinya. Tapi ….” Bruno menggantung kalimatnya. Tatapannya menelisik ke arah Hans. “Kau menyukai wanita yang sudah memiliki pasangan hidup?” Hans hanya menukikkan sebelah bibirnya. “Apa menurutmu cinta itu harus hidup bersama?” “Tentu saja, Hans. Untuk apa mencintai seseorang tapi tidak bisa hidup bersama? Bukankah tujuan dari mencintai memang hidup bersama dan saling berbagi rasa satu sama lain?” Hans tidak lagi bersuara. Rasanya begitu jengah, jika dirinya harus menuruti apa kata hatinya. Merebut Sutra dari Kama

  • Kama Sutra   Bab 155

    “Kama, bagaimana? Apa kau sudah menemukan Nala?” Raut wajah Sutra begitu sembab. Entah sudah berapa lama, wanita itu terus menangisi Nala. Tiba-tiba Kama memeluk tubuhnya, dan berbisik. “Anak kita ada di dalam mobil. Dia sedang tidur. Sekarang, kau tidak perlu lagi menangis, Sutra.” Dengan derai air mata yanh tak henti, Sutra berhambur ke luar rumah, mencari keberadaan mobil Kama yang ternyata terparkir di beranda rumah. Hatinya berdebar kencang kala dirinya kembuka pintu mobil. Seorang bayi lengkap dengan sebuah selimut tebal dan hangat menutupi tubuhnya yang mungil, tertidur pulas di atas jog mobil. “Putriku!” selorohnya sambil meraih tubuh mungil tersebut. Tak henti-henti, Sutra terus menciumi tubuh sang putri, sambil terus meraba tubuhnya mungil tersebut, takut jika ada luka atau bekas memar di area tubuhnya. Mendapat perlakuan yang sedikit kasar, membuat pemilik tubuh kecil itu menggeliat lalu membuka matanya. Tangis pun pecah, seolah bayi kecil itu ingin mengatak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status