Share

BAB 19

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-10-30 06:56:25

“Katakan padaku, siapa kau sebenarnya!” Kama menarik pinggang Sutra hingga wanita itu berbalik arah.

Sutra menoleh, menatap dalam kedua pupil mata Kama. “M-maksud Tuan, apa?”

“Kau pernah terluka, di punggungmu ada bekas luka.”

Sutra meraba punggungnya sendiri. Sejenak dia berusaha melintasi sebuah dimensi yang begitu suram, entah sejak kapan bekas luka tusukan itu berada di punggungnya. Sutra tidak dapat mengingatnya.

“Saya tidak tahu, Tuan.”

“Coba kau ingat-ingat lagi. Kapan kau terluka?”

Sutra menggeleng. “Saya tidak mengingat apa-apa, Tuan. Mungkin saja kejadian ini saat saya masih kecil, oleh sebab itu saya tidak bisa mengingat apa pun.”

“Aaaargh!” Kama mengerang frustrasi sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Sutra segera memakai kembali kaos yang sempat dilepas oleh Kama dengan sedikit memaksa. Hasrat yang membara itu seketika lenyap dibawa suasana yang mencekam.

Tiba-tiba saja wajah Kama berubah suram, kedua netranya memburam, seakan tengah mengingat sesuatu. Pria itu k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
apa mungkin angsa putih itu sutra... knpa nerezzaa malah ngaku2 angsa putih, heemm dia ambil kesempatan dg makek nama angsa putih buat menaklukkan kam
goodnovel comment avatar
Zohiiroh
apa mungkin angsa putih itu si sutra
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
gimana kalau angsa putih itu adalah sutra? apakah kamu gak menyesal dg tindakan kamu yg sedikit gegabah ini.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kama Sutra    BAB 29

    Benar saja, sesampainya di tempat praktek seorang dokter, Kama langsung masuk dan meminta agar pria yang bergelar dokter dengan nama Arif tersebut segera memeriksanya. “Jadi, maksudmu, aku impoten?” cicit Kama, telapak tangannya menggebrak meja konsultasi hingga dokter Arif terkejut. Wajahnya kenegang, sorot matanya menusuk, rahangnya menegas. Dokter Arif menganjur napas, mencoba untuk tetap tenang. “Bukan begitu, Tuan. Organ reproduksimu baik, tidak ada kerusakan. Hanya saja, ada hal yang tidak beres dengan otak Anda.”“Apa kau bilang? Otakku?” Kama mengulang dengan wajah mengerut. Sebelah tangannya menunjuk sisi bagian kepalanya sendiri. Dokter Arif mengangguk. “Jika boleh tahu, kapan Anda berhubungan? Kapan dan dengan siapa?” tanyanya dengan nada cukup penuh kehati-hatian. Kama mendengus kesal, kemudian melirik Hans yang berdiri di sampingnya dengan malas. “Haruskah aku menjelaskan hal itu juga? Bukankah kau seorang dokter, yang seharusnya lebih tahu kondisi pasiennya!”“Tuan,

  • Kama Sutra    BAB 28

    Kama memutuskan untuk menemui Nerezza sebelum gadis itu kembali ke London. Awalnya, Nerezza hendak kembali dua hari lalu, tapi karena merasa waktunya dengan Kama masih kurang, ia memutuskan untuk kembali besok. “Sebelum aku pergi, apa kau tidak ingin memberiku hadiah? Anggaplah sebagai perpisahan kita untuk sementara waktu.” Nerezza kemudian meneguk sedikit anggur yang yerauguh di atas meja. Kama memicingkan senyumnya. “Aku bahkan tidak sempat membelikanmu hadiah. Jika kau mau, minta antar Hans. Kau bisa memilih hadiah apa yang kau inginkan.”“Aku tidak ingin kau membeli sesuatu. Aku hanya ingin kau memberikan hatimu untukku. Itu saja, Kama.” Nerezza menunjuk dada Kama dengan telunjuknya. “Maksudmu?”“Aku tahu, jika selama ini kau begitu mencintai Angsa Putih, dan kau tahu jika itu adalah aku. Tapi, entah kenapa aku merasa jika kau tidak sepenuhnya mencintaiku.”“Nerezza, aku sudah menjadi kekasihmu jauh sebelum aku tahu jika kau adalah orang yang selama ini aku cari, dan kau masih

  • Kama Sutra    BAB 27

    Kama memundurkan langkahnya. Ia sadar, jika permohonannya pada Sutra tidak akan pernah merubah keputusan gadis itu. Gadis tersebut lebih memilih untuk pergi jauh karena memang menganggap apa yang telah terjadi di antara mereka hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk yang tak akan pernah dibiarkannya kembali singgah. “Baiklah, aku akan melepaskanmu. Tapi dengan satu syarat!” Sutra membulatkan kedua matanya. “Apa?” “Jangan pernah lagi kau berani menampakkan batang hidungmu di kota ini. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan membuat hidupmu tertindas! Bahkan, wanita yang kau anggap sebagai ibumu selama ini, akan kubuat menderita.” “T-tapi, Tu—“ “Terserah kau mau pergi ke mana. Jangan pernah menginjakkan kakimu di kota ini lagi. Sekarang, PERGI!” Sutra benar-benar memundurkan langkahnya, kemudian berbalik arah dan berjalan dengan limbung. Kenapa? Kenapa pria itu mengancmanya begitu? Jika tidak kembali ke kota ini, lantas Sutra harus kembali ke mana? Sedangkan ibunya juga masih beke

  • Kama Sutra    BAB 26

    Kama berdiri tak jauh darinya. Memakai sebuah hans man panjang lengkap dengan syal yang melingkar di lehernya. “Setelah apa yang kau dapat dari hidupku, kau akan pergi begitu saja?” Langkahnya mendekat, sangat dekat, hanya berjarak beberapa centimeter di hadapan Sutra, pria itu menganjur napas panjang, hingga aroma napasnya menerpa anak rambut Sutra yang menutupi bagian dahinya. Sutra segera mengundurkan langkahnya karena tak ingin terlalu dekat dengan Kama. “T-Tuan, kau—“ Ia menatap dalam. “Kenapa? Apa kau terkejut karena aku bisa berdiri di sini? Hmm?”Sutra mengangguk pelan-pelan. “Maaf, Tuan. Tapi—“Belum sempat melanjutkan kata-katanya, pria itu langsung menarik pergelangan tangan Sutra, menyeretnya untuk ikut melangkah ke suatu tempat. “Lepaskan saya, Tuan!” Sampai di parkiran, Kama menyuruh Sutra masuk dalam mobil. “Tidak.” Sutra menggeleng. “Kau betul-betul ingin membangkang? Baiklah, aku akan membuat semua orang di sini menyaksikan bagaimana aku menciummu dengan pana

  • Kama Sutra    BAB 25

    Hampir setiap sudut ruangan tempat tidur itu disentuhnya. Namun, Nerezza sama sekali tidak menemukan sesuatu yang mengarah pada wanita yang selalu menjadi fokus Kama—Angsa Putih. Wanita itu berjalan mondar-mandir sambil sesekali menggigit ujung kukunya. Lalu, tatapannya tertuju pada sebuah lemari yang belum sempat ia buka sebelumnya. Langkahnya pun tertuju pada lemari berukuran kecil tersebut, dengan perlahan, Nerezza mulai membukanya. Ia menemukan sebuah seprai putih di sana, terlipat rapi dan sebuah kotak kecil hitam berada di sampingnya. Dengan sedikit rasa ragu, gadis itu mulai mengambil seprai tersebut. Membuka perlahan, untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa mengarah pada si Angsa Putih. “Bercak darah?” Suaranya terkesan berat, Nerezza kemudian menekan bagian dadanya. Tak banyak memang bercak itu, hanya beberapa titik tapi jelas kalau itu adalah bercak darah. Darah nyamuk? Tentu bukan. Itu adalah bekas darah percintaan Kama dengan Sutra kemarin. Pria itu sengaja menyimpannya

  • Kama Sutra    BAB 24

    Langit biru tidak benar-benar menjanjikan sebuah ketenangan. Banyak yang merasa rungsing kala langit menampakkan kilauannya. Seperti halnya dengan Kama. Pria itu merasa ada yang salah dengan hidupnya. Dia telah memtuskan untuk mencintai satu orang wanita yang bernama Nerezza. Namun, entah kenapa dalam hatinya selalu ingin menyebut nama Sutra. Kejadian yang fatal kemarin, membuatnya merasa terkungkung dalam sebuah dosa yang sulit terampunkan. Pagi ini, Nerezza kembali datang ke apartemen, membawa beberapa bingkisan berupa makanan untuk sang kekasih. Wanita anggun itu ingin mencari tahu tentang siapa Angsa Putih yang selalu menjadi fokus utama seorang Kama Deodola. Tak mengapa, dirinya saat ini berpura-pura menjadi sosok yang Kama mau. Sungguh, cinta Nerezza begitu besar terhadap lelaki itu. Kama berdiri di ambang pintu unit dengan masih memakai piyama lengkap, wajahnya kusust. Kemungkinan besar pria itu tidak tidur dengan baik semalam. Nerezza berdiri dengan dress bermotif bung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status