Share

Bab 106

Penulis: Jw Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 14:51:39

“Segera cek rekaman cctv yang berada di sepanjang jalan dekat rumah Nyonya Zatulini.” Seorang polisi memerintah dengan tegas.

Kejadian yang hampir saja merenggut Zatulini itu telah tersebar di segela penjuru. Terlebih, rekaman cctv di sebalah utara kediaman Zatulini memperlihatkan, sebuah mobil jeep hitam sedang terparkir di bahu jalan, dan dua orang ke luar dengan mengendap-endap.

Sangat jelas di sana kedua orang itu kemudian menutup bagian kepala ibu Sutra tersebut dengan sebuah karung.

Melihat berita yang beredar di dalam televisi, tentu membuat Nyonya Amira menahan rasa takut. Sejurus kemudian wanita itu kembali menelepon dua orang suruhannya.

“Aku ingin kalian berdua pergi dari kota ini! Segera!” Peribtahnya dengan suara yang ditahan dari ujung telepon.

“Bagaimana kami akan pergi, kau saja tidak memberi upah,” jawabnya dari seberang telepon.

“Aku sudah kirim uang 200 juta untuk kalian berdua.”

“Mana cukup, Nyonya. Kau meminta kami untuk menghabisi nyawa seseor
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Lisa Anggraini
wah,, apa jawaban kama dan sutra nih, secara kama ada disana
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
kenapa momen ni pas bgt sih,,harus ketemu Selena di RS
goodnovel comment avatar
Iin Huang
apa sutra akan ksh tau klu dia blm nikah, dia hamil sama kama ?? Selena bakalan syok berat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kama Sutra    Bab 109

    “Tuan, boleh aku tanya sesuatu padamu?” Sutra dan Kama sedang duduk di bangku panjang di sebuah taman rumah sakit. Tatapan wanita itu tampak fokus ke sela ranting-ranting pohon menjulang di area taman. “Tanya saja. Kau ingin bertanya tentang apa?” Kama menoleh ke arahnya, tatapannya begitu hangat. “Angsa Putih. Kau pernah bilang padaku jika kau sudah menemukannya. Siapa dia?” Kama terdiam. Jujur untuk saat ini Kama memang belum ada keberanian untuk menceritakan jika Selenalah angsa putih yang dia cari selama ini. Pria itu takut jika pada Sutra akan meninggalkannya karena sosok itu adalah sahabat dekatnya. “Kau tidak mengenalnya. Jadi … jika pun aku menceritakan padamu, kurasa kau tidak akan tahu, Sutra.” “Benar, kau tidak memiliki perasaan apa pun terhadap wanita itu? Bukankah selama ini kau berusaha sekeras tenaga untuk kembali mendapatkannya?” Sutra menatap lekat kedua netra Kama. Tak ada kemarahan yang terpancar. “Tuan, sebaiknya kau pikir-pikir dulu jika ingi menik

  • Kama Sutra    Bab 108

    “Tidak perlu. Aku melakukan semua ini rela dan ikhlas untukmu. Sekarang … pergilah.” Selena sedikit mendorong tubuh Kama agar menjauh darinya. Mendapat penolakan tersebut, tentu membuat hati pria itu terasa diiris. Sebetulnya niat Kama baik, dia hanya ingin membalas kebaikan yang pernah dilakukan oleh Selena, menganggap wanita itu sebagai adiknya lalu ingin mengobati sisa sakit yang hingga detik ini masih bersemayam dalam jantungnya. Selena melangkah semakin menjauh, sedangkan Kama masih menatap hingga punggung wanita itu menghilang di ambang pintu rumah sakit. Setelah itu, langkahnya sedikit menyeret, kembali ke depan ruangan Zatulini di rawat. “Di mana Sutra, Hans?” tanyanya lemah. “Masih di dalam, Tuan.” Sejurus kemudian, pria itu melangkah ingin masuk, tapi langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruang perawatan Zatulini. Lamat-lamat dia mendengar suara Sutra yang terdengar parau akibat menangis. “Bu, maafkan Sutra. Ini semua salahku, karena telah meninggalkanmu begi

  • Kama Sutra    Bab 107

    Melihat respon Kama yang terbilang cukup kaku, membuat Selena sedikit tak enak hati. Perempuan itu kemudian pamit pada Sutra. “Sutra, maaf, aku duluan. Aku masih ada urusan penting, kuharap setelah ini kita akan kembali bertemu. Aku ingin mendengar ceritamu,” bisik Selena sambil tersenyum. Sutra mengangguk sambil memeluk tubuh Selena. “Aku pasti akan bercerita padamu.” “Oh ya, apa Tuan Kama mu sudah bilang padamu jika lukisanmu sudah laku dengan harga yang cukup tinggi?” Sutra menggeleng perlahan. “Kau tanyakan padanya, aku sudah menitipkan cek padanya. Sekarang aku harus peegi dulu.” Setelah Selena pergi, Sutra mendekat ke arah Hans dan Kama. “Kenapa kau ke luar?” Kama berdiri di sampingnya sambil merangkul pundak Sutra. “Aku ingin melihat keadaan ibu, Tuan.” “Tapi kondisimu belum stabil, Sayang.” Sutra bergeming, apa telinganya salah dengar? Rasanya tidak mungkin seorang Kama Deodola akan memanggilnya dengan sebutan sayang. “Hans, tolong kau antar Sutra ke

  • Kama Sutra    Bab 106

    “Segera cek rekaman cctv yang berada di sepanjang jalan dekat rumah Nyonya Zatulini.” Seorang polisi memerintah dengan tegas. Kejadian yang hampir saja merenggut Zatulini itu telah tersebar di segela penjuru. Terlebih, rekaman cctv di sebalah utara kediaman Zatulini memperlihatkan, sebuah mobil jeep hitam sedang terparkir di bahu jalan, dan dua orang ke luar dengan mengendap-endap. Sangat jelas di sana kedua orang itu kemudian menutup bagian kepala ibu Sutra tersebut dengan sebuah karung. Melihat berita yang beredar di dalam televisi, tentu membuat Nyonya Amira menahan rasa takut. Sejurus kemudian wanita itu kembali menelepon dua orang suruhannya. “Aku ingin kalian berdua pergi dari kota ini! Segera!” Peribtahnya dengan suara yang ditahan dari ujung telepon. “Bagaimana kami akan pergi, kau saja tidak memberi upah,” jawabnya dari seberang telepon. “Aku sudah kirim uang 200 juta untuk kalian berdua.” “Mana cukup, Nyonya. Kau meminta kami untuk menghabisi nyawa seseor

  • Kama Sutra    Bab 105

    Kama melangkah mendekat. “Kenapa dengannya, Dok?” sahutnya. Dokter itu kemudian menatap secara bergantian antara Kama dan Sutra, napasnya terdengar sedikit menyeret. “Nyonya Zatulini dinyatakan koma,” ujarnya dengan nada berat. “Luka yang diderita Nyonya Zatulini di bagian kepala serta leher cukup parah. Kemungkinan dia terkena pukulan besi atau sejenisnya, hingga membuat tulang tengkorak bagian belakang hancur, dan luka itu juga mengenai tulang sumsum belakang leher.” Sutra yang berdiri di sebelah Kama seolah-solah terkena kilatan petir. Matanya membesar, bibirnya terbuka tapi tidak mengeluarkan suara sama sekali. “Ko-koma? Itu artinya ibuku tidak akan bangun lagi?” bisik Sutra, suaranya serak dan lirih. Matanya kembali berkaca-kaca, pandangannya menyebar ke arah langit-langit koridor rumah sakit. Wanita itu merasa jika kepalanya mendadak berputar, tubuhnya lemah. “Tidak … tidak, itu tidak mungkin!” Bibirnya bergetar. Bruak! Tubuhnya yang sedang mengandung, jatuh perlaha

  • Kama Sutra    Bab 104

    “Nyonya, target sudah tewas.” Nyonya Amira menukikkan sebelah bibirnya saat salah seorang suruhannya menelepon untuk memberitahu kabar tentang kematian Zatulini. “Buang mayatnya, jangan sampai ada yang tahu!” Setelah itu, Nyonya Amira mematikan ponselnya. Langkahnya penuh semangat masuk dalam sebuah ruangan khusus untuk menikmati minuman. Di sana, terlihat banyak sekali berbagai macam anggur ternama dan mahal. Nyonya Amira kemudian mengambil sebuah botol minuman—Domaine de la Romanée—Anggur legendaris dari Burgundy, Prancis itu sering masuk dalam daftar anggur termahal dunia karena produksinya yang sangat terbatas. Dan di dalam ruangan itu, bertengger salah satu minuman tersebut. “Bukankah aku harus merayakan atas kematianmu, Zatulini, karena kau tidak akan pernah bisa lagi membongkar segalanya.” Wanita itu menuang anggur tersebut ke dalam sebuah gelas kristal.Nyonya Amira mengendus aroma anggur termahal yang menjadi salah satu koleksi Kama di ruangan khusus tersebut. Wanita

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status