Share

2. Tawaran Langit

"Hana?"

Langit membantin tapi gerak tubuhnya seperti tersentak.

"Ada apa, Dok?" tanya Rezky.

"Lho kok Dok. Panggil nama aja la, seperti biasa."

Langit berusaha sebiasa mungkin meski dadanya sedikit bergemuruh.

"Oke oke. Sorry."

"Kita bicara di sana, yuk," ajak Langit seraya menuntun sahabat lamanya menuju tempat lain. Ia dengan cepat membalikkan tubuh agar kehadirannya tidak diketahui Hana yang kini sudah selesai mengambil obat dan berjalan ke arah mereka meski pandangan tertuju ke bawah.

"Gimana kalau ke cafe aja, nyari tempat nongkrong? Udah lama 'kan nggak ketemu, sekalian nostalgia lah. Gimana?"

"Boleh. Udah nggak ada lagi jam dinas?" tanya Langit memastikan.

"Udah selesai."

"Oke ayo."

Langit dan Rezky keluar dari rumah sakit itu, sebelum menaiki mobil dua netra sang lelaki masih memerhati satu sosok yang kini menaiki sepeda motor. Setelah setahun lamanya, kini ia kembali dapat melihatnya. Dia yang pernah singgah di hati, tapi tidak untuk menetap.

Langit memejamkan mata, ia kemudian menatap bocah kecil yang didudukkan mantan istrinya di kursi belakang motor.

Hatinya seperti tertusuk melihat pemandangan itu. Bagaimanapun, Syaina adalah darah dagingnya, meski ada tanpa didasari rasa cinta.

Langit menarik napas, sebenarnya ia masih sangat penasaran dimana sang mantan istri beserta anaknya kini menetap. Tapi klaksok yang dibunyikan Rezky membuat Langit harus menahan diri untuk saat ini. Membiarkan wanita yang pernah mengisi hidupnya selama tiga tahun itu pergi begitu saja. Tapi ia berjanji akan kembali ke kota ini untuk mencaritahu semuanya.

*

Mereka duduk di sebuah Cafe di kawasan Pasar Pereng Sokanegara, sengaja memilih tempat itu karena sekaligus ingin menonton pertandingan sepakbola. Hobby yang sudah mengakar di dalam diri semenjak masih duduk di kelas satu taman kanak-kanak.

"Bagaimana karir di kota ini? Bagus?" tanya Langit mengawali.

"Alhamdulillah, lebih baik dari sebelumnya."

Rezky terdiam sejenak.

"Maaf aku sedikit tak percaya dengan kabar yang beredar di grup. Benar kamu dan istrimu bercerai?"

Langit tersenyum miring.

"Menurutmu apa gosip itu benar?"

"Aku berharap tidak, tapi siapa tahu kamu masih berharap bisa bersama Syarlina."

Langit kembali tersenyum.

"Aku dan Syarlina sudah bertunangan," jawabnya datar.

"Jadi benar berita itu?"

Rezky benar-benar tak menyangka.

"Kasihan istrimu, walau aku tak pernah melihatnya tapi kenapa rasa-rasa ini tak adil baginya ya?"

"Jika kamu kasihan, kenapa tak kamu jadikan saja dia istrimu?"

"You are kidding?"

"No, I'm serious. Dia wanita baik, hanya saja bukan jodohku. Soal sentuh menyentuh, aku hanya menyentuhnya sekali, itupun karena pengaruh obat yang salah kugunakan."

Rezky tertawa terbahak.

"Aku benar-benar tidak bisa percaya, kukira kisah seperti ini hanya ada dalam dunia novel. Nyatanya, ada di hidup sahabatku sendiri?"

Langit hanya bergeming.

"Oke, mana foto mantan istrimu."

Langit kini justru mendelik, padahal dia hanya bercanda tapi kenapa Rezky justru ingin melihat foto Hana?

"Kau serius?" tanyanya memastikan.

"Serius, Lang. Masih simpan nggak fotonya? Biar aku seleksi terlebih dahulu."

Ragu, tapi Langit mengeluarkan jua sebuah foto yang masih tersimpan di dompetnya.

"Hahaha ...."

.

Rezky kembali tertawa.

"Katamu kalian sudah bercerai, kenapa masih menyimpan fotonya?"

Ternyata yang ia bayangkan tak sesuai kenyataan. Tadinya Rezky hanya bercanda hanya untuk membuktikan bahwa Langit tak lagi menyimpan foto mantan istrinya. Tapi yang terjadi?

"Aku hanya menyimpan selembar, sebagai kenang-kenangan."

"Aku nggak percaya. Tebakanku kau mencintainya, seharusnya jangan bercerai."

"Tebakanmu salah. Aku tidak bisa mencintainya."

"Foto ini buktinya."

"Sudah kubilang itu hanya sebagai kenangan."

"Banyak mengelak kamu. Dasar dokter aneh."

"Siapa yang aneh, bukannya kamu yang aneh. Berapa umurmu sekarang?"

"Tiga puluh lima."

"Tiga puluh lima, mapan, dan tampan. Tapi tak jua menikah. Jangan-jangan kau penyuka sesama jenis."

Rezky kembali tertawa hingga beberapa perempuan di sekeliling mereka menoleh karena terkejut.

"Suaramu membuat wanita-wanita itu menoleh."

Rezky menahan tawa, lalu memandang ke sekeliling. Seorang wanita tampak tersenyum padanya.

"Kau selalu bisa membuatku tertawa. Ada gunanya juga kita berteman."

Langit hanya tersenyum dan memberikan foto di tangannya. Sementara itu, Rezky yang sudah berhasil menatap rupa wanita yang ada di foto tersebut seketika tampak tercengang.

"Kenapa? Kau langsung jatuh cinta?"

Rezky menarik napas berat. Ingatannya terlempar pada percakapan tadi pagi bersama salah satu pasien anak yang ia tangani. Syaina?

Jadi Hana adalah mantan istri Langit? batin Rezky berkata.

Lelaki itu membuang napas berat, entah kenapa tiba-tiba ia merasa marah dan kesal pada sahabatnya sendiri.

"Apa dari pernikahan kalian, kau punya seorang anak?"

Kali ini Langit mengangguk lemah.

"Apa kamu tidak menyayanginya?"

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Aku hanya penasaran, kenapa kamu tega menceraikan istrimu jika memang dia sudah memberi seorang anak?"

"Aku tidak bisa mencintainya? Bahkan setelah tiga tahun bersama. Cintaku hanya untuk Syarlina."

Rezky membuang napas dalam. 

"Kupikir itu hanya ambisi. Kenapa tak berpikir dengan matang?"

"Sudah cukup kupikirkan. Hasilnya sama. Tak ada cinta di hatiku untuknya."

"Lalu, apa sekarang kamu bahagia dengan apa yang kamu pilih saat ini?"

"Entahlah, aku lupa cara bahagia."

Mereka terdiam beberapa waktu.

"Lang, bukan aku ingin menghakimimu. Tapi bagaimana jika anakmu saat ini sedang sakit dan dia selalu bertanya kenapa kamu tidak pernah menjenguknya?"

"Aku yakin dia pasti akan segera mendapat ayah baru."

"Tapi kamu ayah kandungnya."

"Rez, kau kenapa?"

Langit mulai tak suka dengan serangan yang ditujukan Rezky.

"Hah?"

Rezky terhenyak, dia sadar telah banyak sekali melempar pertanyaan.

"Maaf, sebagai dokter anak aku hanya prihatin jika kedua orang tua seorang bocah itu bercerai."

"Sebagai dokter, kamu cukup memikirkan bagaimana mereka sembuh jika mereka sakit. Tak perlu berpikir yang lain."

Resky tersenyum pahit. Tapi tiba-tiba sesuatu tertanam dalam sanubarinya, ia ingin memperistri Raihana dan akan menjadi ayah sambung yang baik untuk Syaina.

"Kembali ke pokok pembicaraan, bagaimana apa kamu tertantang untuk menjadikan mantan istriku sebagai istrimu?"

Rezky mengangkat pundak.

"Jika pun suatu saat aku akan menikahinya, tentu bukan karena tantanganmu. Tapi karena aku mencintainya."

Langit terhenyak, cinta? Ia merasa tersentil.

"Semoga saja hal itu terjadi, Hana berhak dicintai."

"Apa kamu tahu dimana dia saat ini?" tanya Rezky memastikan.

"Dia ada di kota ini."

"Dimana?"

"Aku belum tahu, tapi akan segera mencari tahu," jawab Langit tenang.

"Biar aku yang mencari tahu. Kamu tidak perlu repot-repot. Oya, karena sekarang dia adalah incaranku, kuharap kamu bisa sportif dengan tidak lagi menggarapnya kembali."

Langit terkekeh.

"Tidak akan pernah."

"Oke, aku pegang kata-katamu."

***

Bersambung.

Terima kasih sudah membaca 

Jangan lupa Subsrcribe, like dan koment. Utamakan baca Al-Quran

Komen (8)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
laki2 gendeng
goodnovel comment avatar
Susi Munsiah
semangat dok Riski
goodnovel comment avatar
dianrahmat
Rezki umur 35 thn. teman SMAnya Hana, berarti Hana jg umur 35 thn dong. kira2 mrk nikah umur 30an ya. usia yg matang...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status