"Kita masuk ke kelas sekarang juga." kataku.
"Baik, nanti dosen Budi bertanya lagi kepada kita." kata Rafael.
"Benar, sekali." acara Daffa.
"Vita, kita masuk ke kelas." Kata Ilham.
"Baik, aku ingin duduk." Kata Vita sambil terdengar lelah.
"Kenapa kamu seperti sehat lelah? Dari tadi aku, Rafael, dan Ilham yang membersihkan ruangan itu." Kata Daffa.
"Aku lelah karena aku tidak memakai baju yang terbaik." kata Vita sambil cemberut.
"Baju saja jadi masalah?" tanya Rafael.
"Tentu saja, aku itu sangat mengikuti tren masa kini. Jadi, tidak boleh ada yang menyaingi aku." Kata Vita.
"Berasa paling sempurna sekali padahal tidak terlalu bagus yang kamu pakai." Kata Rafael.
"Tentu saja bagus, kamu tidak tahu saja apa yang bagus saat ini." Kata Vita.
"Benarkah?" tanya Rafael.
"Tentu saja." Jawab Vita.
"Sudah, ayo kita masuk ke kelas." Kataku.
"Nanti pelajaran dosen Budi segera selesai." Kata Ilham.
"Biarkan saja." Kata Daffa.
"Kenapa begitu?" tanyaku.
"Pelajaran dosen Budi itu membuat aku mengantuk." Kata Rafael.
"Benar sekali, itu sejarah." Kata Daffa.
"Kamu itu paling pintar, kenapa tidak ingin masuk pelajaran dosen Budi?" tanyaku.
"Tidak, hanya saja itu terlalu membosankan." kata Daffa.
"Tidak juga terkadang sejarah bisa menyenangkan." Kataku.
"Kalau begitu ayo kita masuk ke kelas sebelum pelajaran dosen Budi selesai." Kata Rafael.
"Ayo kita masuk!" Kata Daffa.
"Sebenarnya aku selalu malas masuk di kelas sejarah." Kata Vita.
"Tidak apa apa, siapa kita dapat nilai dan kehadiran kita tidak kosong." Kata Ilham.
Kami masuk ke kelas dan pelajaran dosen Budi sudah hampir selesai.
"Maaf pak Budi, kami terlalu lama." kataku.
"Tidak apa apa, kalian duduk saja." Kata dosen.
"Terima kasih, pak Budi!" Kataku.
"Aku pikir kita akan dimarahi karena terlalu lama." Kata Rafael.
"Benar, aku juga berpikir seperti itu." Kata Daffa.
"Saya minta kalian dapat menuliskan sejarah tentang kerajaan yang tertua dan penjelasan. Buat sementara mungkin dan besok kalian harus mempresentasikan ke depan kelas." Kata dosen.
"Baik, pak Budi." Kata semua mahasiswa.
Dosen Budi pergi dari kelas dan sekarang waktu makan siang.
"Ayo kita main siang!" Kataku.
"Ayuna, Kamu ingin memakan apa?" tanya Rafael.
"Aku ingin memakan nasi dan ayam goreng." Kataku.
"Aku juga sama, aku akan memesankan untuk kamu." Kata Daffa.
"Terima kasih, Daffa!" Kataku.
"Kenapa kamu mengikuti dia? Kamu pasti sengaja, bukan?" tanya Rafael.
"Tidak, aku akan memakan makanan yang sama. Apa salahnya dengan itu?" tanya Daffa.
"Aku juga ingin memakan itu, Ayuna." Kata Rafael.
"Berarti kamu harus pesan 3, Daffa." kataku.
"Tidak, kamu harus pesan 4 karena kau juga ingin memakan itu." Kata Vita.
"Kalau begitu kita pesan 5 saja. Pasti Ilham juga ingin memakan itu. Benar, bukan?" tanyaku.
"Benar Ayuna, kenapa kamu tahu aku akan bilang seperti itu?" tanya Ilham.
"Karena aku bisa menebak apa yang akan kamu lakukan. Pasti kamu akan memesan apa yang Vita pesan. Aku benar, bukan?" tanyaku.
"Benar, kamu memang paling tahu." kata Ayuna.
"Tentu saja, aku tahu." Kataku.
"Kami kenapa, Ilham? Apa harus berbicara seperti itu?" tanya Rafael.
"Maaf jika itu membuat kamu tidak nyaman, Rafael." Kata Ilham.
"Tentu saja aku tidak menyukai itu." Kata Rafael.
"Benar yang dikatakan oleh Rafael, aku juga tidak menyukai hal itu." Kata Daffa.
"Maaf kalau begitu." Kata Ilham.
"Kamu tidak salah kenapa minta maaf?" tanyaku.
"Tetap saja itu mengganggu mereka berdua." Kata Ilham.
Aku pergi ke toilet bersama Vita. Dan Ilham berbicara dengan Rafael dan Daffa.
"Kamu jangan coba mendekati Ayuna." Kata Daffa.
"Benar, kamu tidak pantas dengan dia." Kata Rafael.
"Maaf jika kalian tidak nyaman." Kata Ilham.
"Kamu harus menjauhi Ayuna." kata Daffa.
"Benar, Aku juga tidak ingin bersaing deng kamu. Kamu tidak pantas menjadi saingan aku. Ayuna tidak pantas untuk pria seperti kamu." Kata Rafael.
"Baik, aku akan menjaga jarak dengan Ayuna. Tapi kita tetap bertahan baik, bukan?" tanya Ilham.
"Kami selalu menganggap kamu teman kami tapi kamu selalu dibela oleh Ayuna. Itu membuat alami sangat kesal." Jawab Daffa.
"Maaf kalau begitu." Kata Ilham.
"Kita masih berteman, bukan?" tanya Rafael.
"Tentu saja." Jawab Ilham.
Aku selesai dari toilet dan Vita masih berdandan.
"Aku sudah selesai, Vita." kataku.
"Tunggu dulu aku belum selesai." Kata Vita.
"Apa kamu masih lama?" tanyaku.
"Tidak sebentar lagi. Kamu tunggu dulu" Kata Vita.
"Baiklah." kataku.
"Apa kamu menyukai Daffa?" tanya Vita.
"Sebagai teman, aku menyukai merek asmara tapi aku tidak mencintai Daffa. Aku hanya menganggap dia teman aku seperti kamu, Vita." Kataku.
"Bagus kalau begitu, aku tidak ingin bersaing dengan kamu." Kata Vita.
"Apa kamu menyukai Daffa?" tanyaku.
"Tentu saja, aku sudah menyukai dia sekarang kita SMA. Jadi, aku selalu mendekati dia. Apa kamu tidaklah tentang perasaan aku?" tanya Vita.
"Benar, maaf karena aku kurang mengerti itu." kataku.
"Kamu memang tidak mengerti apa yang orang lain rasakan terhadap kamu." kata Vita.
"Tapi aku tahu Ilham menyukai kamu." Kataku.
"Benar tapi aku tidak pernah menyukai dia. Jadi, aku tidak peduli dengan perasaan dia." kata Vita.
"Kenapa? Dia sangat biak kepada kamu." Kataku.
"Dia itu bukan tipe pria yang aku sukai." Kata Vita.
"Begitu." Kataku.
"Ayo kita ke tempat mereka!" Kata Vita.
"Akhirnya kamu sudah selesai juga, lama sekali kamu." Kataku.
"Maaf, ini sudah secepat mungkin." Kata Vita.
Kami kembali ke tempat mereka bertiga.
"Ayo kita makan!" Kata Rafael.
"Baik." Kataku.
"Bagaimana? Apa ini enak?" tanya Daffa.
"Enak sekali." Kataku.
"Benar ini enak juga." Kata Vita.
"Kenapa Ilham tidak duduk di meja yang sama dengan kita berempat?" tanyaku.
"Mungkin dia ingin duduk sendiri." Kata Rafael.
"Pasti kalian berbicara sesuatu kepada Ilham. Jangan begitu kalian berdua!" Kataku.
"Tidak, kamu tidak berbicara apa pun." kata Daffa.
"Kalau begitu suruh Ilham bergabung dengan kita berempat." Kataku.
"Baik, Ilham kamu duduk di sini saja." kata Rafael.
"Tapi..." Kata Ilham.
"Sudah duduk saja di sini."Kata Daffa.
"Baik, terima kasih." Kata Ilham.
"Tadi mereka berdua berbicara apa?" tanyaku.
"Tidak ada, kami hanya berbicara bisa saja." kata Rafael.
"Benar, Ayuna." kata Daffa.
"Kalau begitu kita makan lagi." kataku.
"Aku ingin membeli minuman, apa kalian ingin minum?" tanya Vita.
"Tentu saja, aku juga haus." Jawabku
"Kami juga, Vita." Kata Daffa.
"Benar." kata Rafael.
Aku berpikir tentang tugas terakhir yang diberikan dosen Budi. Kita akan meneliti kampung apa itu kampung yang dibicarakan mahasiswa waktu itu.
"Kamu kenapa diam?" tanya Rafael.
"Aku memikirkan tugas terakhir dosen Budi nanti." kataku.
"Begitu, jangan memikirkan tugas dulu." Kata Rafael.
Vita memberikan minuman untuk kami dan dia terkena minuman milik orang lain.
"Ah.. Kamu hati hati kalau jalan. Lihat! Minuman kamu mengenai pakaian aku. Apa kamu tahu berapa harga pakaian aku ini?" tanya Vita.
Mahasiswa informasi yang sudah menumpahkan minuman kepada baju Vita. Vita langsung memarahiku dia. Dan dia meminta maaf kepada Vita. "Sudah Vita aku memiliki baju ganti, kamu bisa memakai baju milik aku." kataku. "Bagus kalau begitu." Kata Vita. Aku mengambil baju ke tempat loker dan membawa kembali ke toilet. Vita ingin memakai baju aku. Dia berpikir dari pada memaksa baju basah lebih baik memakai pakaian aku. "Bagus juga pakaian kamu, Ayuna. Meski tidak semarak pakaian aku. Tapi terima kasih." kata Vita. "Tentu saja, aku seneng kamu ingin memakai baju aku." Kataku. "Dari pada pakai baju yang basah lebih baik pakai baju kamu, Ayuna." Kata Vita. "Ayo kita kembali ke kantin." Kataku. "Baik." kata Vita. Aku dan Vita kembali ke kantin dan aku mendengar Daffa dan Rafael sesang ribut lagi. Mereka bersaing tentang pelajaran dosen Ani. Mereka berpikir pendapat
Kami pergi ke mall dan bersenang bersama. Memainkan banyak permainan sampai puas. "Bagaimana dengan permainan ini? Apa kamu ingin bermain ini?" tanya Daffa. "Aku ingin mencobanya." kata Vita. "Aku tidak bertanya kepada kamu, aku bertanya kepada Ayuna. Kamu ingin, bukan?" tanya Daffa. "Aku.." kataku. "Udah kamu main permainan itu saja dengan aku?" tanya Rafael. Aku bingung ingin bermain apa karena adanya dan Rafael menawarkan permainan yang berbeda. Tapi aku tidak ingin membuat Vita marah kepada aku. Lebih baik aku bermain dengan Rafael. "Aku bermain permainan ini dengan kamu, Rafael." Kataku. "Kamu bermain dengan aku? Aku seneng sekali, ayo kita main." Kata Rafael. "Benar, ayo." Kataku. "Kenapa kamu tidak ingin bermain dengan aku? Ini permainan kesukaan kamu." Kata Daffa. "Aku sedang ingin bermain itu. Maaf nanti saja setelah aku selesai berma
"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. Kami makan roti kurus spesial itu. "Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. "Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael. "Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. "Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. "Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. "Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. "Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. "Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. "Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael.
Ujian selesai dilaksanakan dan kami pergi ke kantin untuk makan siang bersama."Hari ini kita ingin makan apa?" tanya Daffa."Benar, Kita harus makan yang enak." Kata Rafael."Kenapa kalian terlihat sangat aneh?" tanya Vita."Tidak, apa yang aneh?" tanya Daffa."Benar Daffa, apa yang aneh dari kita?" tanya Rafael."Itu dia buktinya kalian menjadi kompak biasanya kalian selalu berbeda pendapat." kata Vita."Mungkin saja dia yang mengikuti aku." Kata Rafael."Apa? Kamu yang mengikuti aku." Kata Daffa."Sudah baru saja dibilang kompak ribut lagi." kataku."Bagaimana kalau kita makan bakso saja" tanya Ilham."Boleh, ide kamu bagus Ilham." akan Rafael."Benar, supaya kita menjadi segar." akan Daffa."Kalian setuju dengan ide dia?" tanya Vita."Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?" tanyaku."Tid
Saat sampai di kampus, Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan."Lalu, Kenapa?" tanyaku."Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa."Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael."Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa."Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael."Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa."Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku."Benar juga." Kata Daffa.Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami."Kenapa Vita tidak a
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa. "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa. "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita. "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita. "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa. "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita. "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa. "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita.
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael."Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku."Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku."Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael."Tidak perlu." kataku."Harus." kata Rafael."Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku."Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael."Tunggu dulu." kataku."Tunggu apa lagi?" tanya Rafael."Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku."Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut."Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku."Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan."Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku."Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa."Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael."Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham."Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita."Maafkan aku Vita,