Share

2. Seyum

last update Huling Na-update: 2025-09-07 02:24:45

 

🎼Sebutlah aku kenangan. Katakan sudah kau lupakan, tapi kau masih tetap bunyi debaran jantungku🎼

Happy🕊️Reading

Skripsi di mulai, itu artinya Sila akan lebih lama berkutat dengan laptopnya dan mulai mengurangi kegiatan dagang.

Ini adalah penentuan antara hidup dan mati baginya. Lulus dengan IPK 4,0 atau tidak lulus saja sekalian. Itu motto hidupnya saat ini.

Sila melakukan yang terbaik. Sejauh ini dirinya tidak pernah membuat masalah bahkan sekedar bolos di mata pelajaran yang Ia ikuti. Tugas selalu dikerjakan, apapun yang dosen inginkan selalu Sila laksanakan. Sekalipun harus kayang di depan mahasiswa lain, pasti Sila jabanin. Yang penting nilai Sila selalu baik dan namanya tidak pernah tercoreng di mata dosen, siapapun itu.

Selama kuliah, dirinya juga tidak pernah jatuh cinta pada dosen killer seperti di novel yang sering Ia baca. Hidupnya normal seperti mahasiswa pada umumnya.

Gadis itu masuk kedalam salah satu cafe di dekat universitas. Selain makanannya serba murah, cafe ini juga menyediakan Wi-Fi gratis.

Tempat yang pasti di gemari mahasiswa macam Sila.

Setelah memesan sosis bakar dan caramel frappe, gadis itu menuju salah satu meja paling ujung dekat jendela.

Sila mulai memainkan laptop dan mengeluarkan buku-buku yang tadi Ia pinjam di perpustakaan. Skripsinya harus cepat selesai dengan nilai terbaik. Titik!

Baru beberapa menit fokus dengan tugasnya, ponsel yang Ia letakkan di atas meja bergetar panjang. Sila mencebik saat membaca nama si penelpon.

"Apa lagi sih, Pus?" Mulai Sila dengan malas, "bukan gue yang ngabisin selai kacang lo."

"Aku telfon kamu bukan mau bahas selai kacang, Sil. Lagian si Nisa udah ngaku kalau dia yang ngambil selai kacangku semalem." Jelas Puspita.

"Terus? Kenapa nelpon gue?"

"Kamu lagi dimana?"

"Kenapa emang? Nitip beliin selai kacang lagi?" Sila sudah tau kebiasaan tetangganya.

"Ck. Bukan."

"Lha terus?"

"Kamu lagi dimana?"

"Diluar."

"Kampus?"

"Cafe rainbow depan kampus, kenapa emang?"

"Sila nya lagi di cafe rainbow depan kampus, tau kan?" Ada jeda sebentar, "bukan, Deket bangunan kedokteran sebelum perempatan jalan." Rupanya Puspita sedang berbicara dengan orang lain.

"Woy! Lo ngasih tau ke siapa?!" Sila menaikkan oktaf suaranya.

"Sebelum lampu merah, cafenya sebelah kanan." Puspita tidak mengindahkan ucapan Sila, "ya, Mas. Sama-sama."

Mas? Batin Sila.

"Woy, meong!"

"Hati-hati dijalan ya, Mas." Ucap Puspita sedikit berteriak, "duh cakep banget sih jodoh orang... Iya, Sil kenapa?"

"Bego! Lo ga dengerin gue daritadi!" Sila geram!

"Maaf," cicit Puspita, "kan tadi aku masih ngomong sama mas ganteng itu."

"Siapa namanya?"

"Lha, gatau. Aku lupa nanya tadi."

"Lo ngasih tau lokasi gue ke dia?"

"Iya."

Sila memijat pangkal hidungnya, "Udah gue bilang, jangan asal ngasih tau info gue ke orang. Ini udah berapa kali lo begini. Waktu itu nomer hape, terus nomer rekening gue, sekarang lokasi gue. Besok apalagi? Ukuran bra gue?!"

"Kamu kok bentak-bentak aku, sih," bisik Puspita.

"Lagian lo bikin gue emosi, Pus!" Untuk kesekian juta kalinya, Sila menghembuskan nafas berusaha sabar dengan Puspita. "Yaudah kalau gitu. Lain kali jangan diulangi!"

"Iya," kata Puspita, "maaf, ya."

"Hmm." Sila hendak mematikan telfon namun urung saat suara Puspita terdengar lagi.

"Sil, boleh minta tolong gak?" Puspita, si manusia tanpa dosa.

"Apa lagi?!"

"Beliin selai kacang dong." Di ujung sana, puspita menampilkan deret giginya.

"Kebiasaan!"

"Ya, Sil, ya? Ya? Pleaaasee."

"Hmm."

"Dua toples, ya?"

Lha, ngelunjak nih anak!

"Iya!" Sila langsung menutup telfon dan sedikit membanting ponselnya ke atas meja mengundang atensi beberapa pengunjung cafe menoleh ke arahnya.

Sila menatap mereka dengan senyum kikuk seakan berkata maap ,maap!

* * *

Lima belas menit berselang dengan jemari Sila yang asik menari di atas keyboard. Sesekali gadis itu menuliskan sesuatu di bukunya lalu kembali lagi pada laptopnya.

Merasa minumannya telah habis, Sila hendak memanggil waitress untuk memesan secangkir kopi lagi.

Kepala gadis itu celingukan mencari pelayan namun dirinya dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

Dengan sikap siaga, Sila menoleh penuh. Matanya membulat sempurna kala mengetahui siapa orang yang sedang menemuinya saat ini.

"Brandon!" Sila segera berdiri dan spontan merengkuh lelaki itu, "gue kangen banget, njir!"

Mendapatkan perlakuan tiba-tiba dari Sila membuat sudut bibir Brandon terangkat, tangannya segera terulur membalas pelukan Sila, "se kangen itu sampe harus meluk gue di cafe depan banyak orang?"

Sila tersadar dan segera melepas rengkuhannya, "gue reflek, sumpah! Abisnya lo ngagetin," wajah gadis itu berbinar, terlihat jelas jika dirinya bahagia.

Brandon tersenyum penuh, "surprise gue berhasil dong?" Matanya teralih menatap bawah rambut Sila yang bewarna coklat, "ini siapa yang nyuruh ngecat rambut begini?"

"Kenapa? Keren ya?" Sila mengibaskan rambutnya percaya diri.

Brandon akui, Sila terlihat cantik dengan warna rambutnya yang baru, walaupun hanya bagian bawah rambut gadis itu yang dicat, namun sangat menunjang penampilannya.

"Emang di kampus boleh ngecat rambut?" Brandon duduk di depan Sila.

"Ga ada yang ngelarang," gadis itu mengangkat bahunya acuh, "so, apa yang membuat orang tersibuk se Jabodetabek akhirnya berkunjung ke Jawa?"

Kangen sama lo, "gue ada seminar sore ini. Sekalian liat keadaan lo." Yang Brandon ucapkan bertolak belakang dengan isi hatinya.

Alis Sila mengerut,"Seminar apa?"

"Graceo operation. Beberapa bulan yang lalu gue buka cabang disini, tapi sampai sekarang belum sempet mantau sama sekali. Sore ini ada seminar untuk beberapa sekolah swasta yang mau jadi member Graceo, sekalian gue mantau keadaan juga." Jelas Brandon.

Sila tersenyum, "Makin sukses aja bisnis lo."

"Pasti ada hasil dari kerja keras," ucapnya santai, "Gimana? Lo mau ikut kan?"

"Hah?" Beo Sila.

"Ikut gue ke seminar," matanya memancarkan harapan, "Gue juga undang beberapa temen buat dateng di seminar ini. Termasuk lo, salah satu alumni Graceo. Mau kan?"

"Sore ini?"

Brandon mengangguk.

Sila menimang sebentar. Sebenarnya Ia tak nyaman jika harus bergabung dengan lingkaran teman bisnis Brandon. Namun di sisi lain, ini adalah kesempatan emas untuk Sila menampilkan dirinya pada beberapa pengusaha, mungkin ada dari mereka yang berminat memperkerjakan Sila di perusahaannya? Sangat bagus, bukan?

"Kalau lo ga nyaman sama temen bisnis gue, gapapa kok santai aja. Gue ga maksa," ucap Brandon seakan bisa membaca isi pikiran Sila, "Tapi kalau lo siap nunjukin diri untuk dapet jaringan bisnis yang lebih luas, gue bersedia bimbing lo."

Sila mengangguk sebagai jawaban. "Oke, gue ikut."

* * *

Dress selutut berwarna biru navy membalut tubuh Sila dengan cantik. Rambut yang tergerai indah dan sepatu bewarna senada juga ikut menunjang penampilannya.

Brandon terkesima dengan gadis di hadapannya ini. Sila yang dulu remaja kini telah beranjak dewasa, bahkan gadis itu sudah sangat pantas memakai lipstik bewarna merah di bibirnya.

Tak ayal jika dirinya semakin tergila-gila dengan Sila.

"Lo mau ngeliatin gue sampe kapan? Ga jadi turun nih?" Sila mengembalikan ponsel kedalam tas.

Brandon terkekeh singkat, "ternyata lo bukan Sila yang remaja lagi, lo udah dewasa," ujarnya kagum, "apalagi sifat lo yang  judes dan suka nyolot, vibes emak-emak lo berasa banget. Udah cocok jadi ibu-ibu komplek."

"Lo nge hina gue?" Sila mengurungkan niat untuk tersipu.

"Gue berbicara kenyataan," Brandon membuka kunci pintu, "Turun, kau mau telat."

Sila menghembuskan nafas. Gadis itu melangkahkan kaki keluar mobil saat Brandon membukakan pintu untuknya.

Kedua insan itu masuk kedalam ballroom acara seminar. Nuansa biru navy dan silver mewarnai ruangan, tak lupa nama Graceo Operation yang terpampang menunjukkan kewibawaan.

Disana, Sila bertemu dengan beberapa teman Brandon, kakinya mengikuti kemanapun Brandon pergi. Beberapa dari kawan Brandon itu menanyakan status hubungan mereka, namun dengan lugas Brandon menjawab bahwa mereka hanyalah teman.

"Sila mahasiswi ilmu matematika, lagi skripsi," begitulah Brandon mengenalkan dirinya pada rekan kerjanya.

"Wah, keren. Boleh nanti kalau udah lulus hubungin saya, mungkin kita bisa kerjasama. Apalagi kalau IPK kamu bagus," begitulah rata-rata jawaban dari kolega bisnis Brandon. Bahkan beberapa dari mereka memberikan kartu namanya pada Sila.

Senyum penuh menghiasi bibir gadis itu, bergabung dengan circle Brandon membawa dampak baik bagi masa depannya. Sila semakin semangat mengerjakan skripsi dan ingin segera lulus dan merasakan dunia perkantoran.

Sila mendudukkan diri setelah Brandon menarik salah satu kursi untuknya di round table paling depan. Meja itu khusus untuk Brandon dan beberapa tamu spesialnya

Brandon duduk di sisi Sila, "gimana? Dapet banyak kenalan kerja kan?" 

"Thanks ya. Gue ga tau harus bilang apalagi. Sejauh ini lo paling depan untuk memudahkan segala urusan gue," memang, Brandon paling berjasa dalam dirinya.

"Kalau terus ngurung diri di kosan dan ga berusaha bercengkrama sama dunia luar, lo ga bakal bisa dapet kerjaan bagus. Lagian skill lo keren, nilai lo sejauh ini juga nyaris sempurna. Gue rasa, lo salah satu tenaga kerja yang diburu sama mereka." Ujarnya jujur.

Bicara soal kolega bisnis, Sila jadi teringat sesuatu, "em.. Brandon, gue boleh tanya sesuatu nggak?"

Lelaki itu sedikit menyerongkan tubuhnya menghadap Sila, "boleh, apa?"

"Lo ngundang beberapa kolega bisnis lo kan?" Tanya Sila ragu.

"Iya."

"Mahendra juga rekan kerja lo... I mean... Rio lo undang juga?" Sila menatap lekat manik Brandon.

Lelaki itu terkekeh singkat, "bukannya lo sendiri yang pernah bilang ke gue, kalau jangan pernah bahas Rio sama sekali di depan lo?"

Sila mengangguk.

"Terus, sekarang kenapa lo tanya sendiri tentang dia? Kangen?" Bibirnya menyunggingkan senyum, namun hatinya was-was.

Sila menggeleng cepat, "bukan. Gue justru takut kalau ketemu dia lagi."

"Katanya udah move on."

"Iya.. emang udah move on. Gue udah ga ada rasa sama sekali ke dia, cuma masih belum berani aja kalau harus ketemu lagi," ucapnya sembari memilin jari.

Tangan Brandon terulur melepaskan jari-jari Sila yang sibuk Ia gerakkan lalu menggenggam erat kedua tangan itu, "dia gue undang. Tapi dia bilang kalau dia gabisa hadir karena ada urusan yang lebih penting. Dan asal lo tau, selama ada gue, lo ga perlu takutin apapun. Oke?"

Sila mengangguk kaku lalu menatap tangannya yang tergenggam, Brandon berusaha menenangkannya namun sila merasa canggung dengan keadaan ini.

Memang, sejauh ini mereka sering kontak fisik dan itu adalah hal biasa. Tapi kali ini, kenapa Sila merasakan kalau Brandon ingin menyampaikan sesuatu dari genggaman mereka itu?

Baperan lu! Batin Sila memperingatkan dirinya sendiri.

"Hai Brandon," suara itu kontan melepaskan genggaman mereka. Sila merasa tidak asing, ia mengenal suara bariton yang datang dari balik punggungnya itu.

Brandon lekas berdiri dan memberikan senyum, "Akhirnya dateng juga, katanya lagi sibuk." Mereka bersalaman dan berpelukan singkat.

Sial! Sila menundukkan kepalanya dalam-dalam. Saat lelaki itu berjalan ke sisi kanannya, jantung Sila berdentum semakin kuat.

"Gue sempetin dateng buat lo," netra lelaki itu melirik Sila sekilas, "dia siapa? Ga biasanya lo bawa cewek ke acara bisnis. Pacar?"

Brandon kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dengan sigap, pria di samping Sila itu mengulurkan tangan untuk berkenalan, "Rio Mahendra."

Sila meneguk salivanya bulat-bulat lantas mendongak menatap sepasang manik gelap yang pernah menjadi candunya dulu.

Kedua insan itu terpaku. Bibir Rio sedikit terbuka. Tidak bisa dipercaya, gadis yang tadi Ia lihat sedang bergenggaman tangan dengan Brandon itu ternyata...

"Prisila Ananta," ujar Sila sembari meraih jabatan tangan itu.

Dua tangan yang pernah saling berpelukan kini kembali berjabat tangan.

* * *

Aku nulisnya sambil senyum-senyum sendiri wkwkwk. Kalian yang baca part ini gimana?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   49. Pernikahan

    Waktu terasa berjalan begitu cepat. Tiga bulan yang direncanakan akhirnya terlaksana.Malam ini acara resepsi di gelar dengan tema Garden night wedding seperti keinginan Sila. Sejak dulu Ia menginginkan resepsi pernikahan yang di gelar malam hari di taman dengan kolam dan di lengkapi dengan lampu kuning yang romantis, dan Rio mengabulkannya.Mia dengan lipstick di tangannya celingukan mencari Railey, "Mana tuh bocah?""Siapa?" Sahut Brandon di depannya."Railey," ujar Mia, "Tadi katanya minta di pakein lipstick.""Udah pake lipsctik perasaan," celetuk Daman.Mia berdecak, "Tadi gara-gara dia makan es krim jadi abis lipstick nya.""Namanya juga anak-anak," sahut Keynan tenang.Para Bridesmaids dan Groomsmen duduk di satu meja khusus yang telah di sediakan."Tuh anak dititipin ke lo tadi, awas ilang. Bapaknya marah ntar," kata Abraham dengan gelas di tangannya."Ngerepotin banget bocah," Mia panik lalu melihat ke arah altar, "Mana bapaknya senyum-senyum lagi. Bahagia banget kayaknya.""

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   48. Will you marry me?

    Bicara soal love language. Rio adalah si paling receiving gift. Cowok itu tidak pernah pelit memberikan apa yang pasangannya mau. Berapapun harganya jika membuat pacarnya bahagia, pasti di tebus.Contohnya seperti malam ini.Rio merogoh uang yang tidak sedikit untuk ukuran pesta ulang tahun yang hanya di hadiri keluarga dan teman dekat saja. Bahkan, cowok itu tidak mengundang kolega bisnisnya sama sekali.Malam ini, Rio ingin privasi. Hanya diririnya, keluarganya dan Sila."Sil." Rio menepuk pelan lengan Sila, "Bangun yuk, udah nyampe."Sila mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya, "Aku tidur lama banget?""Tiga jam."Gadis itu menegak, "Serius tiga jam? Jam berapa sekarang?""Jam dua belas."Sila mengamati sekeliling, "Kok disini?""Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat," Rio mengeluarkan kain hitam, "Tapi matanya aku tutup dul

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   47. Ulang tahun

    Serius nanya.Kalian penasaran sama kisah siapa? Keynan- Mia kah? Atau Brandon- Queena?Ataaaau, pengen tau cerita SMK nya Railey?................Tanggal yang dinanti tiba. Ulang tahun Sila kali ini dibuat sangat mewah. Tujuannya agar Sila bahagia, tapi malah buat Mia, Daman dan Keynan kesiksa.Pagi-pagi buta, mereka udah dipaksa bangun sama Rio dan langsung ke restoran tempat nanti malam acara akan di adakan."Acaranya tengah malem ngapain kesini sekarang bego?" Mia baru aja tidur tiga jam lalu, pantes kalau dia marah."Ya kalian pantau kerja EO nya Celine gimana. Gue takut ada yang kurang pas."Mia Jambak rambut."Tiduran situ kalau masih ngantuk." Keynan menunjuk sofa yang ada di ujung."Resto udah gue booking sampe besok." Lanjut Rio."Sekalian lo kasih kita sarapan kan ini?" Daman laper banget. Dari tadi perutnya b

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   46. Rio takut kehilangan lagi

    Pagi-pagi sekali, Sila sudah berada di rumah bunda untuk memasak sarapan. Sudah lama bunda tidak makan masakannya, memang rasanya tidak se enak buatan bunda, tapi setidaknya hal ini bisa meringankan tugas wanita itu.Sila mulai berkutat dengan bumbu dapur yang Ia beli sebelum kesini, rencananya pagi ini Ia akan menyajikan ayam mentega favorit Raka, tumis kangkung kesukaan bunda dan orek tempe cabai rawit yang digemari ayah.Raka dengan wajah bantalnya masuk ke dapur, sempat terkejut melihat kakaknya di dalam sana, "Perasaan mbak Tini nggak masuk kalau hari minggu."Sila menipiskan bibirnya, enggan menjawab.Raka mendekat menyentuh kening kakaknya, "Oh anget. Pantes.""Tangan lo yang dingin," Sila memasukkan tumisan bawang ke dalam minyak panas, mengeluarkan aroma yang cukup menggoda.Raka melipat kedua tangannya di depan dada, "Aneh banget pagi-pagi udah kesini, " mata cowok itu memicing. "Berus

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   45. Diskusikan dulu

    "Yo." "Hm." "Lo kasih Railey makan apa? Tumben sopan," cicit Mia, "Lo tau nggak, Man. Pas gue baru masuk tadi, dia cium tangan gue dong sambil bilang, malam Tante Mia," gadis itu curhat ke Daman di depan ayahnya Railey. "Gue juga kaget," komentar Daman, "Tadi aja dia ngeliat gue terus di senyumin, mana kalau senyum cantik banget lagi, biasanya dilirik sinis." Mia mengangguk, "Heran banget Railey jadi baik begini." "Emang dari dulu anaknya baik," sahut Keynan tak terima, "Kalian aja yang kurang bisa ambil hati anak kecil. Nggak telaten." "Yee, segala nyalahin gue," Mia mencomot macaroon di meja, "Anak tetangga pada demen banget maen sama gue, mereka bilang Tante Mia baik, Tante Mia cantik. Hampir tiap hari mereka main." "Kapan?" Tanya Daman yang langganan nginep rumah Mia, "Perasaan nggak pernah ada anak kecil main ke rumah lo. Malah seinget

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   44. Ingkar janji

    Malam yang sangat melelahkan. Sila tidak dapat hasil apapun meski sudah satu jam berdebat dengan ayah.Ayah tetap bersikeras bahwa Rio seorang duda beranak satu yang sudah menyia-nyiakan Sila dan tidak pantas untuk bersanding dengannya.Sila sudah menjelaskan semuanya, kecuali Railey yang bukan anak Rio karena cowok itu melarang Sila menjelaskan status asli Railey kepada siapapun.Ayah sempat terkejut saat mendengar bahwa ibu Rio dan Nyonya besar Mahendra telah meninggal. Lelaki itu sempat terpekur beberapa saat namun kembali lagi dengan egonya yang tinggi.Sila lelah harus berhadapan dengan ayahnya. Rio juga sudah bolak-balik kesini demi restu Fajar. Namun semakin di harapkan semakin tidak memiliki rasa kasihan sama sekali.Tidak ada cara lain, Sila memohon di depan ayahnya, menumpahkan semua air matanya yang sejak tadi pagi dibendung, "Ayah boleh larang Sila dalam hal apapun, asal jangan pisahin Sila sama R

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status