Share

3.Anak

last update Last Updated: 2025-09-07 02:29:22

  Terhitung sejak enam bulan terakhir, Rio gencar mencari Sila, dimana gadis itu berada, berapa nomor telfonnya dan sudah sampai mana kuliahnya.

Setelah lama mencari, Ia pun mendapatkan info jika Sila tinggal di salah satu kos putri dekat kampus. Tak perlu menunda lagi, Rio segera meluncur ke Surabaya untuk kembali berbincang dengan gadis itu.

Siang tadi, Rio bertamu di rumah kos bercat biru. Dirinya sempat meringis kala mengetahui Sila tinggal di tempat sempit seperti itu. Andai saja bukan karena ulah Rio, Sila pasti masih ada di Jakarta dan tinggal bersama orang tuanya.

Ternyata yang dicari tidak ada di tempat, Rio malah bertemu dengan gadis berkulit putih dengan badan gempal dan mata segaris.

Rio berusaha mengorek info dari gadis itu, namun tidak banyak yang Ia dapatkan.

"Boleh saya minta nomer hp Sila?" Ujar Rio pada gadis di depannya.

"Aduh, mas. Aku pernah asal ngasih nomer Sila ke salah satu mahasiswa, tapi ujung-ujungnya malah aku yang kena marah, katanya melanggar privasi," Puspita curhat, "maaf, mas. Aku ndak berani."

Rio menggigit bibir bawah sekilas, "kira-kira Sila balik jam berapa?" Jika memungkinkan, Rio akan menunggunya.

"Ndak tau, mas. Kadang Sila balik cepet, kadang malem juga baru balik."

"Kalau gitu boleh minta tolong telfonin Sila nggak?" Pria ini masih berusaha, "tolong tanyain dia ada dimana, nanti biar saya sendiri yang nyamperin kesana."

Puspita mengangguk, "boleh juga, mas. Bentar ya." Gadis itu menaruh telfon di telinga, tak berselang lama telfonnya terangkat.

Rio bergerak gusar sampai akhirnya Puspita buka suara memberikan info padanya.

"Sila nya lagi di cafe rainbow depan kampus, tau kan?" Gadis itu menjauhkan ponsel dari telinganya.

Kening Rio mengerut, "depan pintu masuk kampus?"

"Bukan, deket bangunan kedokteran sebelum perempatan jalan."

Rio masih tidak paham, "bisa tau detailnya?"

"Sebelum lampu merah, cafenya sebelah kanan." Tutur Puspita.

Rio mengangguk, info yang didapat rasanya sudah cukup, toh nanti dia bisa menggunakan maps jika masih kesulitan, "baik, terimakasih."

"Ya, Mas. Sama-sama."

Rio segera melangkah pergi dan kembali menaiki mobilnya, mencari cafe rainbow dan segera bertemu Sila.

Pertemuan ini cukup penting baginya, ada beberapa hal yang harus Rio sampaikan pada gadis itu; pertama, Rio ingin Sila bekerja di perusahaan miliknya. Anggap saja ini sebagai tebusan karena kesalahan keluarganya yang membuat om Fajar jadi pengangguran. Rio akan memberikan gaji lebih pada Sila dan tidak terlalu membebankan pekerjaan padanya.

Kedua, Rio ingin memastikan keadaan Sila baik-baik saja. Karena menurut info yang dia dapat; sejak kuliah di Surabaya, Sila tidak pernah berkunjung ke Jakarta. Rio tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Sila di kota pahlawan ini. Karena jelas sekali, alasan Sila pergi dari ibukota karena ingin menghindari Rio dan pernikahan lelaki itu.

Ketiga, Rio rindu Sila.

Dua jam mencari namun destinasi tak juga di dapati. Alhasil Rio memilih untuk menghadiri acara seminar Graceo Operation lebih dulu dan berniat kembali ke kos Sila malam nanti.

Namun mengejutkan, semua yang terjadi di luar nalar. Udara di sekitar Rio mendadak habis saat seorang gadis yang sedang menautkan tangan dengan Brandon adalah orang yang sedang Ia cari.

Di satu sisi, Rio lega mengetahui Sila baik-baik saja. Namun disisi lain, kenapa hatinya tak rela saat tau mantannya dekat dengan sahabatnya?

Mereka duduk di satu lingkaran meja yang sama tapi tidak bersebelahan. Rio memilih duduk di samping kanan Brandon dan Sila di samping kiri Brandon.

Saat nama Brandon di panggil sebagai pendiri Graceo Operation, lelaki itu menepuk lembut pundak Sila, "gue naik dulu, ya."

Mendengar itu Rio ikut menoleh ke arah Brandon, dan saat Brandon hilang di antara mereka, Rio dapat melihat lagi sepasang mata yang kini juga tengah memandangnya.

Gadis itu melemparkan senyum tipis yang hanya dibalas raut datar oleh Rio lalu menatap kedepan.

Rio menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Melihat apa yang terjadi membuat Rio membatalkan semua rencana awalnya. Tampaknya Sila sudah baik-baik saja tanpa dirinya dan bantuannya.

* * *

Gadis dengan balutan dress biru navy itu memotong grill steak tanpa minat. Selera makannya mendadak hilang saat berada di situasi buruk seperti ini.

Bagaimana tidak? Sila harus bertemu dengan sang mantan yang selama ini berusaha Ia lupakan. Kejadian tiga tahun lalu kembali terulang di ingatan Sila saat lelaki itu hadir di hadapannya, bahkan kini makan semeja dengannya.

Sila bisa mendengar gelak tawanya, suara baritonnya, bahkan saat berjabat tangan tadi, Sila masih merasakan genggaman hangat tangan Rio, di tambah parfum nya yang sejak dulu tidak pernah berubah.

Rio masih orang yang sama namun dengan perasaan yang berbeda.

Sila kira Ia sudah move on, melupakan Rio sepenuhnya. Nyatanya tidak, jantungnya masih berdegup kala dekat dengan lelaki itu. Entah karena gugup atau masih ada rasa.

"Kenapa ga dimakan?" Teguran Brandon menyeret Sila dari lamunannya, "ga suka? Mau gue ambilin makanan yang lain?"

Sila tersenyum kecut, "gausah, makasih."

Seorang gadis yang duduk di sebrang Brandon berdehem, "ekhm. Jadi acara seminarnya sampai sini aja, Brandon?" Ucap gadis cantik bernama Teressa itu.

Brandon menaikkan kedua alis, "Ya." Jawabnya pada partner bisnis sekaligus pemegang saham Graceo Operation, walaupun saham yang dipunya hanya lima persen.

Teressa melirik Sila sekilas lalu kembali pada Brandon, "Aku kira akan ada acara lamaran?"

Sila memutar bola mata malas dan Rio memperlambat kunyahannya.

Brandon tidak menanggapi ucapan Teressa dan beralih menatap Rio, "Gimana cabang baru di German? Aman?"

Mendadak di ajak bicara, Rio mengangkat kedua alisnya kemudian mengangguk, "Sejauh ini baik. Gimana perusahaan lo? Gue denger manager keuangan lagi bermasalah?"

Lihatlah, bahkan cara lelaki itu berbicara tentang pekerjaan masih sama seperti dulu. Lugas dan tangkas.

Netra Sila terus mencuri pandang pada lelaki itu. Raut wajahnya yang serius membuat ketampanan Rio kian bertambah di matanya. Kharisma dan wibawa yang dimilikinya memang bukan main.

Bagi Sila, sekarang Rio sudah menjadi versi dewasa. Dadanya lebih bidang, pembawannya lebih tenang, style nya yang rapi dan cara berinteraksi yang sangat berwibawa, tidak banyak bicara namun diamnya seakan berkata-kata.

Oh, Tuhan, kenapa Sila harus mengagumi nya lagi?

"Laki orang, Sil. Lu mau di kata pelakor, ha?" Sila memperingati dirinya sendiri.

"Kalau Sila, kuliahnya udah sampe mana?" Suara itu menyapanya.

Sila tersentak dengan mata terbuka lebar, "hah? Gue?"

"Iya, kamu," Rio dengan tatapan datarnya.

Apa dia bilang? Kamu? Oh, God, Sila meleyot.

Stay calm, Sil, "baru mulai skripsi," jawabnya setenang mungkin.

"Oh," Rio mengangguk sekilas.

Lihat saja, wajah dan tatapannya yang dingin mampu membuat Sila jingkrak-jingkrak. Sepertinya lelaki itu sudah tidak memiliki rasa apapun pada Sila selain masa lalu. Ya, tidak lebih.

"Jelas aja, udah punya bini. Yakali kayak lu, jomblo abadi." - Sila meringis dalam hati.

"Rencananya gue mau jadiin Sila salah satu bagian keuangan perusahaan gue, tapi kayaknya dia ga mau balik Jakarta. Dia bakal cari kerja di Surabaya, iya kan, Sil?" Brandon pernah mendengar hal itu dari Sila sendiri.

Kening Rio mengerut, "kenapa ga mau balik Jakarta?" Nadanya sedikit menuntut, "ehmm... Maksud aku, UMR di ibukota lebih besar, kan?"

"Gue udah nyaman di Surabaya," jawab Sila.

"Se nyaman itu sampai ga pernah balik ke Jakarta?"

"Hah? Tau dari mana?"

Rio meralat ucapannya, "i mean, se nyaman itu sampai ga peduli nominal UMR?" Kilahnya, "Banyak orang yang merantau ke Jakarta karena gaji yang lebih besar. Kamu malah sebaliknya."

"Di Jakarta gaji lebih besar karena pengeluaran juga lebih mahal," Sila mengendikkan satu bahu.

Brandon dan Rio saling tatap, "Mahasiswa semakin kesini semakin cerdas," Ujar Rio mengundang anggukan Brandon.

Netra Sila menyipit, tiba-tiba Ia penasaran dengan rumah tangga Rio. Apakah mereka sudah memiliki anak?

Sila membuka mulutnya namun terkatup kembali. Dia rasa ini bukan ranahnya untuk ikut campur. Alhasil gadis itu mengubur rasa penasarannya sendiri dan kembali menatap kedepan menghabiskan makanannya.

"Sampai kapan di Surabaya?" Tanya Brandon pada Rio.

"Rencananya lusa, itupun kalau yang disana ga ganggu," Rio terkekeh kecil.

Sila menyendokkan makanannya kedalam mulut dengan pendengaran yang Ia tajamkan.

"Maksud lo..." ucapan Brandon terputus saat gawai Rio berdering.

"Panjang umur," Rio segera mengangkat panggilan itu.

Rasa penasaran Sila sepertinya akan terjawab.

"Halo, sayang," sapa Rio.

Sila menggigit pipi bagian dalam. Sayang? Dulu Sila juga dipanggil begitu.

"Masih besok lusa, kenapa?"

"..."

"Kan papa udah bilang kalau bakal lama di Surabaya."

Papa? Jadi ini anaknya?- batin Sila.

"..."

"Yaudah kalau gitu, papa usahain pulang besok, ya. Biar bisa dateng acara kontes piano kamu."

"..."

"Iya, sayang."

"..."

"Yang nurut, jangan bandel. Jangan lupa kerjain PR."

"..."

"Bye."

Brandon terkekeh kecil, "Railey?" Tanya nya setelah Rio menekan tombol merah.

Rio mengangguk.

Sila dibuat bingung dengan percakapan mereka? Jadi Railey ini siapa? Anaknya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   6. Gak tau menau

    Sila merogoh ponselnya yang bergetar di dalam tas, "Aku pilih yang coklat muda aja mbak. Sewa untuk seminggu, ya."Pegawai butik tersebut mengangguk dan segera mengemas kebaya pinjaman Sila."Halo!" Sila mengapit ponselnya dengan bahu sementara kedua tangannya sibuk mencari kartu debit miliknya."Lagi dimana, Sil?" Sapa Brandon di sebrang sana."Bentar, Brandon. Bentar." Sila menjauhkan ponsel dari telinga. Fokus nya kembali pada pegawai butik."Mau cash atau~""Debit aja bisa?" Sila memberikan kartunya untuk di urus.Setelah pembayaran selesai, Sila mendapatkan kebaya yang di inginkan. "Pengembalian maksimal Minggu depan di jam yang sama ya, kak."Sila mengangguk lantas kembali menempelkan gawai di telinga, "Halo, iya, Brandon. Ada apa?""Sibuk banget, ya?"Sila kembali memasukkan kartu kedalam tas, "Enggak. Cuma lagi pinjem kebaya aja buat acara wisuda. Kalian udah nyampe Surabaya belum?""Udah nih, barusan," jawab Brandon, "Gue jemput ya? Lo dimana sekarang?""Gausah, deh. Gue di A

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   5. Selera gue tinggi

    Sejak saat itu, hubungan Mia dan Sila kembali dekat.Mereka chatting hampir setiap hari, vc hampir setiap malam, curhat masalah kerjaan, skripsi, cinta dan banyak lagi pembahasan mereka yang selalu se frekuensi.Sila meraih ponselnya yang berdering, jam segini pasti Mia yang nelpon.Nah, kan bener.Sila menerima panggilan video itu, "Hari ini kenapa, Mia?" Sila meletakkan ponselnya pada holder."Gabut," jawab Mia dengan watadosnya.Sila meraih mie instan ekstra pedas miliknya yang baru saja Ia seduh, "Perasaan lo punya Aldi, tapi nelpon gue mulu kek jomblo," gadis itu meniup mie nya yang masih panas."Aldi sibuk terus, heran gue," curhatnya, "Lo demen banget mie instan, ya. Ini nih kalau modelan kayak Rio atau Keynan tau bisa diceramahin lo. Mana pedes banget kayaknya, itu yang level lima kan?""Emangnya kenapa?" Sila menyuapkan mie nya, "Lagian ga tiap hari juga.""Ga tiap hari, tapi seminggu tiga kali. Sama aja, cintah." Jawabnya, "Kayaknya kalau kita vc an bareng sama mereka asik t

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   4. Info

    Dengan langkah tergesa, gadis itu keluar dari gedung kampus menuju parkiran. Matanya mengedar mencari seorang wanita berambut sebahu."Mana sih tuh anak?" Gumam Sila sembari matanya menyipit sebab beradu dengan raja siang."Woy!" Seseorang menepuk bahunya dari belakang.Sila segera berbalik dan tersenyum lebar. Kedua tangannya menghambur merengkuh gadis itu, "Miaa!! Sumpah, lo banyak berubah!"Netra Mia tak kalah antusiasnya, "gue kangen banget sama lo!" Mia menyugar poninya, "lagian sok artis banget sih pake ngilang segala."Sila mengendikkan bahu, "bilang aja kalau lo nyariin gue.""Yaiyalah," sewot Mia, "Mana pindah ga ngabarin lagi."Mia, dia adalah gadis seumuran Sila yang sempat menjadi sahabatnya dulu. Karena Mia pernah mengikuti kelas Akselerasi, jadilah tingkat kelas gadis itu setahun diatas Sila.Mia dan Sila bertemu saat acara pernikahan kakak Rio, mereka menjadi dekat saat Sila ikut ke Dufan bersama Rio dan para sepupunya. Ya, Mia adalah satu-satunya sepupu cewek Rio yang

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   3.Anak

    Terhitung sejak enam bulan terakhir, Rio gencar mencari Sila, dimana gadis itu berada, berapa nomor telfonnya dan sudah sampai mana kuliahnya.Setelah lama mencari, Ia pun mendapatkan info jika Sila tinggal di salah satu kos putri dekat kampus. Tak perlu menunda lagi, Rio segera meluncur ke Surabaya untuk kembali berbincang dengan gadis itu.Siang tadi, Rio bertamu di rumah kos bercat biru. Dirinya sempat meringis kala mengetahui Sila tinggal di tempat sempit seperti itu. Andai saja bukan karena ulah Rio, Sila pasti masih ada di Jakarta dan tinggal bersama orang tuanya.Ternyata yang dicari tidak ada di tempat, Rio malah bertemu dengan gadis berkulit putih dengan badan gempal dan mata segaris.Rio berusaha mengorek info dari gadis itu, namun tidak banyak yang Ia dapatkan."Boleh saya minta nomer hp Sila?" Ujar Rio pada gadis di depannya."Aduh, mas. Aku pernah asal ngasih nomer Sila ke salah satu mahasiswa, tapi ujung-ujungnya malah aku yang kena marah, katanya melanggar privasi," P

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   2. Seyum

    🎼Sebutlah aku kenangan. Katakan sudah kau lupakan, tapi kau masih tetap bunyi debaran jantungku🎼Happy🕊️Reading—Skripsi di mulai, itu artinya Sila akan lebih lama berkutat dengan laptopnya dan mulai mengurangi kegiatan dagang.Ini adalah penentuan antara hidup dan mati baginya. Lulus dengan IPK 4,0 atau tidak lulus saja sekalian. Itu motto hidupnya saat ini.Sila melakukan yang terbaik. Sejauh ini dirinya tidak pernah membuat masalah bahkan sekedar bolos di mata pelajaran yang Ia ikuti. Tugas selalu dikerjakan, apapun yang dosen inginkan selalu Sila laksanakan. Sekalipun harus kayang di depan mahasiswa lain, pasti Sila jabanin. Yang penting nilai Sila selalu baik dan namanya tidak pernah tercoreng di mata dosen, siapapun itu.Selama kuliah, dirinya juga tidak pernah jatuh cinta pada dosen killer seperti di novel yang sering Ia baca. Hidupnya normal seperti mahasiswa pada umumnya.Gadis itu masuk kedalam salah satu cafe di dekat universitas. Selain makanannya serba murah, cafe ini

  • Kamu Akhirku, Berbalut Komedi Romantis-Tragis   1.Mulai

    Kota pahlawan benar-benar menjadi pahlawan untuk Sila. Tiga tahun tinggal di Surabaya mengobati Sila sepenuhnya. Rasa sakit akan kehilangan, dikhianati, tak di hargai dan tak pernah di anggap ada, kini hilang sepenuhnya.Banyak hal baru yang Ia temukan disini, mulai dari teman, makanan hingga transportasi seperti bentor yang sangat Sila sukai.Tempat ini menjadi ajang healing terbaik sepanjang hidupnya.Lapar? Sila bisa memesan tahu campur yang dibawakan kang Maman di gerobaknya setiap sore.Mau jalan-jalan? Sila bisa naik bentor kemanapun dirinya ingin pergi. Ngomong-ngomong soal bentor, bentuknya seperti becak hanya saja memakai mesin motor untuk berjalan.Cuaca Surabaya yang panas menjadi sejuk saat hembusan angin menyapu lembut wajahnya yang duduk di bentor.Bukan hanya itu, Sila juga menyukai bahasa mereka yang terkesan sopan. Kerap kali dirinya di panggil nduk oleh beberapa ibu-ibu tua disini. Tak jarang juga mereka menyapa Sila dan bercengkrama seakan Sila adalah keluarga mere

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status