LOGINWajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison.
"Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew.
"Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"
Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.
Allison memilih untuk minum dari gelas di depannya sebelum melangkah pergi. Dia tidak ingin terlalu lama berada di pesta seperti ini, menurutnya pesta seperti ini terlalu menyebalkan dan membosankan. Seandainya bisa dia lebih memilih berada di kamarnya sambil menonton film kesukaannya.
"Jangan terlalu dekat dengan Kakek! Aku tidak ingin Kakek terlalu berharap pada hubungan ini. Ingat pernikahan ini hanya sementara!" kata Lucas datar penuh peringatan.
"Ok!"
Kaki Allison melangkah cepat tanpa mempedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya. Dia sudah sangat terbiasa dengan keadaan seperti ini. Dalam hati dia berharap untuk segera berada di rumah.
Selama di perjalanan Allison memilih untuk melihat pemandangan di luar menenangkan pikirannya yang terasa penuh. Mobil yang dikendarainya tiba-tiba berhenti mendadak sampai kepala Allison terbentur tempat duduk di depannya.
"Apa yang terjadi?" seru Allison kesal sambil mengusap dahinya.
"Nyonya, ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan mobil kita," jawab Tuan Calson dengan wajah yang terlihat tegang.
"Kita lanjut saja, aku ingin segera tiba di rum...,"
Perkataan Allison terhenti saat beberapa orang turun dari mobil yang menghalangi mobilnya sambil membawa senjata api. Allison memaki dalam hati sebelum mengambil pistol dibawah jok mobil, bukan hanya itu dia juga menyelipkan pisau kecil yang dia simpan di gelungan rambutnya.
"Cepat keluar!" teriak salah satu dari kelompok tersebut sambil menodongkan pistol ke arah jendela mobil Allison.
"Nyonya, tetaplah di dalam mobil. Saya akan berusaha untuk menyelesaikan ini," kata Tuan Calson mencoba untuk menenangkan Allison.
Praaaang!
Allison menutupi wajahnya saat kaca di sebelahnya pecah. sebuah tangan tiba-tiba menarik lengannya dengan kuat namun Allison dengan cepat mengarahkan pistol di tangan satunya dan langsung menembak kepala orang yang berani menyentuhnya.
Wajah Allison penuh dengan cipratan darah yang terlihat menakutkan sekaligus anggun di saat bersamaan. Dia menembak orang-orang tersebut beberapa kali, di saat yang sama dia juga harus menghindari serangan balasan dari kelompok tersebut.
Allison semakin terpojok karena kalah jumlah dengan lawan ditambah jumlah peluru yang semakin menipis. Dia harus membuat keputusan yang tepat sebelum orang-orang tersebut berhasil membunuhnya.
"Baiklah, aku menyerah!" seru Allison sambil membuang pistolnya ke luar mobil.
"Nyonya, anda tid...,"
"Diamlah, aku tidak ingin kamu terbunuh sia-sia!" potong Allison penuh peringatan. Dalam hati dia memaki Lucas dalam hati, semua ini dikarenakan statusnya sebagai istri dari Lucas MacCarthy.
"Keluar dan angkat tanganmu!" seru salah satu dari orang bertopeng tersebut, "Jangan coba-coba untuk menipu kita!"
Tanpa banyak membuang waktu Allison mengeluarkan kedua tangannya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah musuhnya. Wajahnya terlihat dingin tanpa terlihat rasa takut sedikit pun bukan karena percaya Lucas akan menyelamatkannya tetapi lebih karena dia sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi.
"Lepaskan Tuan Calson, aku akan ikut denganmu tanpa perlawanan!" kata Allison sambil menatap kelompok orang-orang yang akan menangkapnya.
"Kamu tidak berhak untuk mengajukan syarat!" seru orang berjas hitam yang terlihat seperti pimpinan dari kelompok tersebut.
"Bukankan atasanmu ingin kamu membawaku hidup-hidup? Jika kamu tidak ingin mendapat hukuman ikuti perkataanku," balas Allison penuh penekanan.
Orang tersebut menyetujui perkataan Allison setelah berpikir beberapa saat, namun sebelum itu dia memukul kepala belakang Tuan Calson hingga pingsan dan langsung melajukan mobilnya membawa Allison pergi.
*****
"Apa yang terjadi?" suara berat Lucas membuat Tuan Calson terbangun.
"Nyonya!" seru Tuan Calson dengan wajah panik sebelum menyadari siapa yang berada di depannya.
Tuan Calson mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sambil mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Lucas dan Elton berdiri di depannya dengan wajah datar tanpa ekspresi dan kedua tangan menyilang di depan dada.
"Tuan, seseorang menculik Nyonya!" kata Tuan Calson antara panik, khawatir dan takut setelah pikirannya jernih, "Saya dan Nyonya sudah berusaha untuk mempertahankan diri tetapi jumlah mereka lebih banyak."
"Apa mereka mengatakan sesuatu?" tanya Lucas singkat.
"Tidak, mereka hanya membawa Nyonya," jawab Tuan Calson pelan merasa bersalah karena sudah membiarkan Allison diculik.
"Nyonya menyerahkan diri dan meminta mereka agar tidak membunuh saya," lanjut Tuan Calson menceritakan apa yang terjadi.
Lucas tetap diam saat mendengarkan perkataan Tuan Calson sebelum dia melangkah pergi. Elton mengikutinya di belakang tanpa bertanya sedikit pun, dia tahu jika tuannya itu tidak menyukai hal-hal kecil seperti ini.
"Laporkan pada Kakek jika aku ingin bercerai," kata Lucas sambil terus berjalan, "Perempuan itu sudah berani berselingkuh di belakangku!"
Berita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil."Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan."Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?""Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD."Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja
"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini."Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison."Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditamb
Tubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alamiAllison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya."Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri."Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perba
"Aaawww!" jerit Allison saat tubuhnya dilempar ke sebuah sofa.Tanpa berpikir panjang Allison kembali bangkit dan menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang laki-laki di depannya. Dia tidak akan membiar seseorang menodai tubuhnya."Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jika kamu mempunyai masalah dengan Lucas, jangan sangkut pautkan aku dalam hal itu!" seru Allison waspada."Diamlah! Suaramu membuatku pusing!" bentak laki-laki itu sambil memijat pangkal hidungnya.Wajah Allison mengingatkannya pada Alice gadis yang sangat dia cintai. Dia tiba-tiba merasa tidak rela jika orang lain menyentuh orang yang mirip dengan perempuan yang disayanginya. Tanpa banyak berpikir dia tiba-tiba membawa Allison ke ruang kerja pribadinya."Pergilah ke pojokan dan jangan mengeluarkan suara sedikit pun kalau kamu tidak ingin menyesal!" lanjut laki-laki tersebut tanpa melihat ke arah Allison.Allison bergerak cepat saat merasakan aura berbahaya dari laki-laki tersebut. Dia tidak tahu kenapa laki-laki tersebut malah
"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan."Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk."Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini,
Wajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison."Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew."Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.Allison memilih untuk minum da







