Masuk"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.
Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.
Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan.
"Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk.
"Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.
Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini, Lucas tidak akan membuang waktunya untukku."
Laki-laki tersebut tertawa saat mendengar perkataan Allison, "Aku tahu hal itu. Kamu hanya pengganti kembaranmu!"
"Wajah kalian mirip tapi kalian sangat berbeda," lanjut laki-laki tersebut, "Alice sosok malaikat yang dapat menenangkan iblis seperti Lucas dan aku, sementara kamu hanyalah perempuan liar yang memanfaat keadaan untuk mendapatkan kekayaan."
Wajah Allison berubah merah menahan marah. Dia memang sudah berulang kali mendengar perkataan seperti itu, namun kali ini entah apa yang membuatnya begitu marah.
"Jadi apa tujuanmu jika bukan Lucas?" tanya Allison tetap mencoba tenang meski amarah menguasainya.
"Kamu," jawab laki-laki tersebut tanpa merasa bersalah, "Jika kamu menghilang mungkin Alice akan kembali ke kota ini."
'Gila!'
Hanya kata itu yang terlintas dalam benak Allison. Dia pikir orang yang paling bodoh dan gila hanya Lucas tetapi ternyata ada orang yang lebih bodoh dari laki-laki yang berstatus suaminya itu.
"Apa kalian berdua benar-benar buta dan bodoh?" seru Allison sambil tertawa kecil.
"Alice bukan anak kecil yang mudah diancam untuk pergi," lanjut Allison tak percaya dengan apa yang terjadi, "Bukankan kalian berdua punya banyak koneksi untuk mencari Alice? Kenapa tidak melakukan hal itu?"
"Hentikan omong kosongmu itu! Kamu hanya perempuan murahan seperti apa yang diceritakan Alice!"
"Kalian hanya laki-laki bodoh!"
Allison sama sekali tidak merasa takut dengan laki-laki dihadapannya itu. Dia sudah muak saat semua orang menyalahkan dirinya tentang apa yang terjadi dengan Alice.
Seseorang membuka penutup mata Allison yang membuatnya harus memejamkan mata saat cahaya terang tiba-tiba memasuki matanya. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, pipinya tiba-tiba terasa perih dan panas.
"Apa kamu pikir aku tidak berani melukaimu?" tanya seorang laki-laki tampan sambil menjilat pisau di tangannya.
"Meskipun kamu membunuhku, Alice tidak akan kembali padamu," balas Allison dengan kepala terangkat menolak untuk menurunkan harga dirinya. Jika saat ini dia harus kehilangan nyawa setidaknya tidak akan ada orang yang akan menyalahkannya lagi.
"Tenang Sayang, aku tidak akan membunuhmu," kata laki-laki tersebut sambil menyeringai lebar, "Kita akan bersenang-senang dengan tubuhmu itu."
Tiba-tiba laki-laki tersebut mengulurkan tangannya dan langsung merobek gaun Allison. Kaki putih dan jenjang Allison membuat banyak mata langsung menatap penuh nafsu ke arahnya.
Allison tidak menyangka jika akan berada dalam situasi seperti saat ini. Dia berusaha untuk menutupi kakinya sambil sesekali menendang orang yang berusaha untuk mendekat. Bukannya takut mereka malah lebih semangat saat Allison berusaha melawan.
"Bos, bagaimana kalau kita lepaskan tangannya? Wanita liar seperti ini lebih menarik daripada wanita yang hanya bisa menangis!"
Perkataan tersebut langsung mendapat persetujuan dari orang-orang yang berada di sana. Seseorang dengan cepat melepas ikatan tangan Allison, suasana semakin ramai saat Allison mencoba untuk melarikan diri.
Allison terus melakukan perlawan sambil mencoba untuk mendekati pimpinan mereka. Laki-laki tersebut duduk menikmati pertunjukan di depannya sambil menyeringai lebar. Dia terlihat begitu puas saat melihat Allison dipermalukan oleh anak buahnya.
Tatapan Allison dipenuhi dengan kemarahan dan dendam, tangannya berhati-hati mengambil pisau yang berada di gelungan rambutnya. Setelah itu dia bergerak mendekat ke arah pimpinan kelompok tersebut seolah-olah menghindari serangan.
"Suruh orang-orang itu menjauh!" perintah Allison saat pisau di tangannya sudah berada di leher pimpinan tersebut.
Bukannya takut laki-laki tersebut malah tertawa dengan keras. Allison semakin menguatkan genggeman pisau di tangannya. Dia terus menekan pisau ke leher laki-laki tersebut sampai mengeluarkan sedikit darah.
"Berhenti tertawa atau aku akan benar-benar menusukmu!" ancam Allison.
"Kamu tidak akan berani melakukannya," balas laki-laki tersebut tenang.
"Aku memang tidak akan berani melakukannya, tapi aku berani melakukan hal ini," kata Allisoan sambil mengarahkan pisau tersebut ke lehernya. Lebih baik dia meninggal daripada harus dilecehkan oleh orang-orang ini.
Laki-laki tampan tersebut dengan cepat mencengkeram tangan Allison, dia terlihat begitu marah saat mengetahui jika Allison ingin bunuh diri. Dalam hitungan detik pisau di tangan Allison sudah jatuh ke lantai.
Plaak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi laki-laki tersebut, Allison sudah benar-benar kehilangan kesabarannya saat membayangkan harus mendapatkan perlakuan tidak sopan dari sekelompok laki-laki tidak dikenal.
"Lepaskan aku, dasar B*jingan!" bentak Allison sambil mengangkat tangannya kembali.
Namun laki-laki tersebut langsung menangkap tangan Allison sebelum mendarat kembali di pipinya. Bukan hanya itu laki-laki tersebut langsung mengangkat tubuh Allison dan membawanya pergi ke suatu tempat tanpa mempedulikan pertanyaan dari anak-anak buahnya.
"Turunkan aku atau aku benar-benar akan bunuh diri!" teriak Allison sambil mencoba untuk melepaskan diri.
"Diamlah atau aku akan membiarkanmu dilecehkan oleh orang-orang itu!"
Berita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil."Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan."Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?""Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD."Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja
"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini."Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison."Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditamb
Tubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alamiAllison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya."Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri."Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perba
"Aaawww!" jerit Allison saat tubuhnya dilempar ke sebuah sofa.Tanpa berpikir panjang Allison kembali bangkit dan menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang laki-laki di depannya. Dia tidak akan membiar seseorang menodai tubuhnya."Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jika kamu mempunyai masalah dengan Lucas, jangan sangkut pautkan aku dalam hal itu!" seru Allison waspada."Diamlah! Suaramu membuatku pusing!" bentak laki-laki itu sambil memijat pangkal hidungnya.Wajah Allison mengingatkannya pada Alice gadis yang sangat dia cintai. Dia tiba-tiba merasa tidak rela jika orang lain menyentuh orang yang mirip dengan perempuan yang disayanginya. Tanpa banyak berpikir dia tiba-tiba membawa Allison ke ruang kerja pribadinya."Pergilah ke pojokan dan jangan mengeluarkan suara sedikit pun kalau kamu tidak ingin menyesal!" lanjut laki-laki tersebut tanpa melihat ke arah Allison.Allison bergerak cepat saat merasakan aura berbahaya dari laki-laki tersebut. Dia tidak tahu kenapa laki-laki tersebut malah
"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan."Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk."Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini,
Wajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison."Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew."Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.Allison memilih untuk minum da







