Share

Bab 5

Alan sudah tak tahan, pada akhirnya ia memutuskan untuk mengambil tanggung jawab ini.

"Ayah, Bunda. Izinkan saya untuk menikahi Elma sekarang juga," pinta Alan begitu yakin.

Kedua orang tua Elma begitu tak menyangka jika Alan mengatakan hal yang tak terduga ini, Ratna sampai membulatkan mata sempurna saking kagetnya mendengar permintaan calon menantunya.

"Maksud kamu apa Al? kamu mau menikahi Elma dalam keadaan Elma seperti ini? jangan bercanda!," geram Hans pada Alan yang menatapnya lurus.

"Saya tidak bercanda, Saya sadar dan serius dengan apa yang saya ucapkan," jujur Alan dengan yakin.

"Apa alasan kamu mau menikahi Elma sekarang? kenapa tidak menunggu sampai Elma sadar dan sehat saja?"

Sorot mata pria paruh baya itu tajam saat melontarkan pertanyaan pada pria yang nampak percaya diri dengan keinginannya itu, ia merasa permintaan Alan terlalu konyol. Pernikahan ini bukan hal yang bisa untuk main main, memang Hans akui jika Alan tampak begitu mencintai anaknya, tetapi cinta dari Alan tidaklah cukup. Meskipun Lia adalah sahabat dari Ratna sejak dulu dan mereka telah menyetujui pernikahan Alan dan Elma sebelumnya, tetapi beda dengan kondisinya saat ini. Hans khawatir keluarga besar Alan tak bisa menerima keadaan Elma saat ini yang entah bagaimana nasib kedepannya.

Hans sudah membayangkan bagaimana pertentangan yang akan terjadi dalam keluarga Alan yang terpandang itu.

Dengan yakin Alan berkata pada Hans sambil meremat jari jemarinya, "Saya ingin mendapatkan tanggung jawab mengurus Elma."

"Tugas mengurus Elma berada di tanganku, kenapa kamu repot repot ingin mengurus orang sakit seperti Elma?" tanya Hans.

"Saya ingin mendapatkan tanggung jawab itu juga," jawab Alan tak gentar sedikitpun.

Tak bisa ditentang keinginannya, Alan bukan hanya bicara, ternyata Alan sudah mempersiapkan segalanya.

Akad nikah itu dilaksanakan sore harinya setelah Alan meminta paksa kedua orang tua Elma.

Hans benar benar tak habis fikir, bagaimana bisa pria yang bersikukuh ini tak ingin menunda pernikahannya meski hanya melewati hari saja, ataupun memberi tahu keluarga besar Alan pun tidak.

“Sah.”

Begitu haru rasanya Alan sudah berhasil mengikat kencang wanita yang sedang tak sadarkan diri di ranjang kamar ini dengan status pernikahan dengannya.

Mulai sekarang, tak ada lagi kesempatan Elma untuk menjauh dari dirinya, dipastikan barang seinci pun tak akan Alan biarkan.

Sepanjang malam setelah pernikahan, Elma ditinggalkan hanya berdua dengan pria yang telah sah menjadi suaminya itu.

Sebagai seorang Ayah, Hans benar benar tak berkutik menentang keinginan pria bernama Alan ini. Bukannya takut, tapi akan menjadi kepercumaan jika harus melawan pria berkuasa seperti Alan. Bahkan keluarganya saja tak bisa menentang, apalagi dirinya hanya orang biasa biasa ini.

“Tak masalah kah kami meninggalkan kalian berdua?”

Ratna begitu khawatir, namun sayang dirinya sudah amat lelah. Apalagi kini anaknya sudah ada yang bertanggung jawab, dia sudah percaya pada pria yang terlihat begitu mencintai anaknya itu.

“Saya akan menjaga Elma dengan baik, jangan khawatir bun.”

Ratna hanya mengangguk saja, lalu pergi bersama Sang suami meninggalkan anaknya bersama sang menantu. Hans tak banyak bicara, ia hanya mengangguk setelah mengucapkan kata perpisahan.

Ditinggal berdua di kamar sepi begitu mengharukan, rasa sedih dan bahagia bercampur aduk menjadi rasa yang sedikit menyakitkan.

Bukannya Alan memanfaatkan kondisi Elma yang seperti ini, namun Alan sudah sangat yakin, jika ia harus menunggu Elma sadarkan diri atau sehat kembali, ia takut Elma akan menolak dirinya dan membatalkan pernikahan mereka.

Mengingat itu Alan benar benar putus asa, Dia terlalu mencintai gadis mungil yang kini sudah tak memiliki rambut itu.

Semalaman Alan tak sedikitpun memejamkan matanya, ia menggenggam lengan Elma sambil sesekali mengecupinya dengan lembut.

“Sekarang kamu istri aku, jangan pernah lagi ucapkan kata kata sialan itu, jangan pernah berfikir untuk tinggalin aku, karena kamu tidak akan pernah bisa jauh dari aku selamanya,” gumam Alan sambil mengecupi lengan tak bertenaga Elma.

Seperti sumpah yang di ucapkan hingga lama kelamaan Alan terlelap di sisi pembaringan Elma hingga menjelang pagi.

Alan tersentak kala merasakan gerakan tangan Elma yang menggenggam lemah tangannya. Ia langsung menengadah menyaksikan jika Elma telah membuka matanya.

“Suster, dokter.”

Teriakan Alan menggema di pagi buta memanggil suster dan dokter sambil berlari keluar berharap yang dipanggilnya segera datang. Padahal di sisi pembaringan ada bel untuk memanggil petuga, tapi Alan lupa dan berlari segera untuk menyeret dokter ke kamar ini.

“Dok istri saya bangun dok,” teriak Alan begitu nampak bahagia.

“Baik pa, kami akan memeriksanya terlebih dahulu, mohon ditunggu diluar,” ucap suster berusaha menenangkan Alan yang terlihat panik.

Berita siumannya Elma telah Alan sampaikan pada keluarganya. Hans dan Ratna berlari demi melihat anaknya.

“Al,” panggil Ratna tergesa menghampiri Alan yang sedang berdiri berusaha melihat Elma di dalam sana yang sedang ditangani oleh dokter.

“Bun, Elma tadi siuman bun, dia menggenggam tangan Alan dan membuka matanya, ucap Alan tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Bahagia bukan main orang tua Elma mendapati anaknya telah siuman, beruntungnya saat Alan mengabari tadi, mereka sudah hampir sampai di rumah sakit, jadi mereka tak membutuhkan waktu lama untuk segera sampai.

Setelah 30 menit dokter memeriksa Elma didalam sana, pada akhirnya Alan dan dan kedua orang tua Elma dipersilahkan masuk.

Bersitatap dengan Alan, Elma sedikit memperlihatkan gelagat yang berbeda, Elma seperti ketakutan.

“Sayang, kamu sudah sadar,” haru Ratna mendekat pada Elma.

“Siapa kalian?”

Semua orang yang berada di dalam kamar yang di tempati oleh Elma itu saling melempar pandangan. Berfikir dengan apa yang terjadi pada Elma.

“ Ada apa ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status