Namaku adalah Kanaya Meissa, seorang Ultimate Kagura Dancer. Aku suka menari karena aku memang hobi menari serta aku juga suka memasak masakan apa yang tunanganku sukai dan untungnya dia juga suka. Walaupun beberapa kali gagal dalam memasak, tapi aku terus berusaha untuk melakukannya dan akhirnya berhasil.
Disamping itu, aku orangnya gampang banget cemburu kalau dirinya kenal dengan seorang gadis. Maklum saja, mungkin karena aku sudah bersamanya sejak kami berumur 6 tahun. Kisah ini adalah kisahku yang mungkin menurut kalian sedikit aneh karena bagaimana bisa seorang penari bisa bersama dengan seorang penulis? Penulis puisi pula. Padahal kan yang namanya penulis puisi pasti dijauhin banyak orang.
Tetapi walaupun begitu, aku tetap mencintainya, Mengapa? Karena dirinya adalah lelaki yang akan menjadi pendamping hidupku. Oya, tunanganku ini disukai oleh banyak gadis disekolahku.
Sebagai tunangannya, kamu bisa bayangkan seperti apa rasanya menahan rasa cemburu. Memang dirinya selalu berbuat baik kepada setiap orang disekolah atau disekitar kami, tapi terkadang ada rasa sedikit tak suka ketika dia sering menolong seorang gadis.
Hingga saat ini, aku hanya ingin terus bersamanya karena orang tuaku sudah meninggal. Ayahku meninggal tatkala aku masih berumur 2 tahun, dan ibuku meninggal ketika aku kelas 1 SMP. Ini adalah kisahku, kisah yang menurutku adalah yang paling indah karena walau pahit ditinggal kedua orang tuaku, aku masih tetap memilikinya. Dan juga, dialah satu-satunya harapanku untuk hidup di dunia yang fana ini.
Ingin tahu bagaimana kisahku? Silahkan dibaca.
Di kuil inilah aku dilahirkan, di kuil ini aku dibesarkan, dan di kuil ini aku bertunangan dengannya. Begitulah kisahku yang mungkin hanya biasa saja menurutmu, namun hal terindah untukku. Aku dilahirkan tanggal 1 Januari yang bertepatan pada malam tahun baru, seketika itu ayah dan ibuku menyambutku dengan tangis dan senyum bahagia. Pekerjaan ayahku adalah pembuat kue dan manisan dan disamping itu juga ayahku sering melakukan tarian Obon. Ibuku juga bisa membuat kue dan manisan, jadinya bisa membantu ayah untuk membuatnya serta ibuku juga seorang penari Kagura. Jadi bisa kamu bayangkan kalau bakatku menurun dari ibuku.
Setiap hari, ibuku membantuku untuk berlatih menari namun yang namanya anak kecil yang masih belum mengerti, aku hanya menari sesuka hati yang bahkan ibuku juga tertawa serta mengikuti gerakanku menari.
Saat umurku 2 tahun
Suara sirine kebakaran terjadi di kota kecil kami, semua warga termasuk ayahku membantu warga yang kebakaran. Namun anak dari salah satu warga kami ketinggalan seekor kucing peliharaannya, ayahku melihatnya di dekat jendela kamar anak itu dan ayahku langsung menerobos kobaran api. Kucing tersebut selamat berkat ayahku. Namun, ayahku belum keluar dari kebakaran tersebut, ibuku dan aku berdoa dan berharap semoga beliau selamat.
Namun apalah daya ternyata takdir berkehendak lain, ayahku meninggal dunia dan meninggalkan aku serta ibuku. Aku menangis serta ibuku juga ikut menangis sambil memelukku, dan sejak saat itu aku trauma. Bukan karena ayahku meninggal, bukan karena benci kepada anak yang kehilangan kucing, tetapi pada kucing itu sendiri. Ya, karena kucing itu, ayahku yang aku cintai meninggal dan sejak saat itu, aku membenci kucing.
Sudah 4 tahun ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku. Aku mulai sedikit terbiasa dengan keadaanku. Namun, setiap tahun aku selalu berdoa di kuburan ayahku agar arwahnya tenang disana. Aku terus berlatih menari dan membuat kue serta manisan walau umurku masih 6 tahun. Setiap hari selalu begitu, bahkan aku sendiri juga bosan kalau hanya begitu saja setiap hari, namun kubuang semua kebosanan itu dengan senyuman manis yang terlihat diwajahku. Senyuman manis yang mampu membuat ibuku hilang lelahnya ketika selesai membuat kue dan manisan untuk dijual.
Kami menjual kue dan manisan setiap hari sabtu dan minggu karena ibuku perlu membuat kue dan manisan setiap hari senin hingga jumat. Dan untungnya kue dan manisan yang dibuat ibuku selalu habis terjual bahkan banyak pembeli tidak kebagian karena larisnya.
Perjumpaan pertamaku
Saat itu, aku dan ibuku pergi membeli bahan masakan serta bahan untuk membuat kue dan manisan di kota. Sepulang dari membeli bahan tersebut kami melihat ada seorang anak lelaki terjatuh di halaman pekarangan rumah kami. Anak lelaki tersebut pingsan serta kelihatannya dia kurang terurus untuk anak seumurnya. Ibuku langsung menggendong anak itu dan aku membantu ibuku membawa bahan untuk memasak serta bahan untuk membuat kue dan manisan.
Aku pun harap-harap cemas melihat keadaannya. Dan aku berpikir apakah dia berlari dari tempat yang jauh atau bukan, namun pertanyaan itu nanti saja aku tanyakan hingga anak itu siuman.
"Bu, dia masih belum sadar ya?" tanyaku.
"Belum Mei-chan ... mungkin sebentar lagi," jawab ibuku dengan tersenyum.
Tak lama kemudian, anak lelaki itu pun siuman.
"Dimana aku?" dia bertanya lembut.
"Kamu berada di rumah kami nak," jawab ibuku.
Perlahan-lahan anak itu membuka matanya dan dia melihatku dan ibuku yang tersenyum bahwa dia tidak apa-apa.
"Darimana asalmu nak," tanya ibuku.
"Dari desa Yuma bi," jawab anak lelaki itu.
"Bu, desa Yuma itu dimana?" tanyaku.
"Desa Yuma itu letaknya 4 hari perjalanan dari sini," jawab ibuku dengan tersenyum.
"Wah, dia hebat ya selama itu berjalan sampai tempat ini," kagumku padanya.
"Oya, siapa namamu nak," tanya ibuku lagi.
"Namaku Danny AR, umurku 6 tahun," jawab anak itu
"Nama bibi, Kanaya Yuuko dan ini anak bibi Kanaya Meissa," ucap ibuku sambil tersenyum.
"Salam kenal Kanaya-san," ucapnya padaku.
"Panggil saja aku Mei," ucapku dengan wajah yang memerah.
Siapa sangka kalau pertemuan pertama kami adalah hal yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sungguh tampan untuk anak yang seusia denganku. Dia bercerita bagaimana dia bisa sampai kesini, dan alangkah terkejutnya kami kalau dirinya melarikan diri karena dirinya mau dikorbankan untuk sesembahan iblis. Aku dan ibuku menangis karena tak menyangka bahwa anak seumurnya harus menghadapi situasi mengerikan seperti itu. Aku berdiskusi dengan ibuku bagaimana kalau kita merawat anak ini bersama-sama dan lagipula anak ini yatim piatu. Dan ibuku mengizinkan, namun dengan satu syarat kalau anak itu mesti membantu kami dan anak itu setuju sambil tersenyum dan berterima kasih pada ibuku.
Dan aku sungguh takjub pada senyumannya, apakah dia benar-benar anak kecil atau bukan. Senyumannya itu kalau kubayangkan seperti malaikat di pagi hari yang memanggilku dengan cinta. Dan mulai saat ini, dirinya sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Serta siapa tahu aku yang akan menjadi istrinya kelak. Karena harus membiarkan Danny-kun beristirahat karena lelah, aku dan ibuku membiarkan Danny-kun tidur dan sungguh tak kusangka kalau ternyata anak lelaki itu kalau tidur seperti bayi. Ingin aku mengusap rambutnya namun aku takut dia akan terbangun dan ibuku akan memarahiku.
CHAPTER 1 - My Childhood And My First Meet
end
Sudah 2 bulan semenjak dirinya tinggal bersama kami. Dan kelihatannya, dia sudah mulai terbiasa dengan keadaan kami. Dari mulai bangun pagi hingga tidur lagi, ternyata dia bisa membantu aku dan ibuku baik itu membersihkan kuil, memasak kue dan manisan, dan tak jarang pula di hari minggu dia mengajakku bermain, serta dia mau memperhatikanku menari Kagura yang terkadang membuatku salah tingkah. Jujur saja, kelihatannya aku tidak pernah melihatnya sebagai keluarga, tapi lebih dari itu mungkin lebih tepatnya sebagai teman."Mei, bukan begitu caranya, tetapi begini," Danny-kun melakukan tarian Kagura sambil memberiku contoh."Begini?" aku bertanya sambil menunjukkan padanya."Yup, benar sekali ... kamu pintar Mei," pujinya padaku."Hehehehe," aku tertawa tersipu malu.Danny-kun pun membelai rambutku dan entah kenapa aku merasa senang, seakan aku ingin dia terus melakukannya lagi. Dan aku ingin mendapatkan hal itu lagi untuk yang lainnya
"Nyaaaaa," suara anak kucing itu terlihat senang dipangkuan Danny-kun."Kasihan sekali kamu ... pasti ditinggal sama orang tuamu ya?" kata Danny-kun sambil membelai anak kucing tersebut."Aku juga ingin dibelai rambutku seperti itu," aku bergumam.Jujur, aku iri sekali kalau bukan aku yang diperlakukan seperti itu. Rasanya hati ini panas. Jadi mulai sekarang, anak kucing ini adalah rivalku. Kamu ingin tahu bagaimana kami bisa memelihara anak kucing yang membuatku kesal ini? Silahkan dibaca.Seminggu lalu"Mei ... kamu dimana?" Danny-kun mencariku karena kami bermain petak umpet."Kamu pasti tidak bisa menemukanku," gumamku.Danny-kun terus mencariku selama setengah jam namun dia belum juga menemukanku. Dan jujur saja dalam hati aku ingin ditemukan olehnya. Namun, karena aturan permainan aku tidak bisa membiarkan dia menemukanku."Siapa yang membuat aturan ini sih? Lain kali aku mar
Kini usiaku sudah menginjak 7 tahun. Oleh karena itu, ibuku memasukkan aku dan Danny-kun ke SD Hachiko. SD ini terletak tidak jauh dari kuil kami, hanya berjalan 20 menit kami sudah sampai. Ibu menemani kami masuk ke sekolah namun tak sampai mengantarkan kami ke kelas karena ibuku mesti membuat kue dan manisan untuk dijual di hari sabtu nanti."Baik-baik ya, Mei-chan ... Danny-kun," ucap ibuku."Iya," jawab kami dengan kompak.Ibuku melambaikan tangan kepada kami dan kami pun juga melambaikan tangan kami. Setelah ibuku pergi, kami pun memasuki kelas."Danny-kun, mudah-mudahan kita sekelas ya." ucapku.Danny-kun mengangguk. Dan memang untuk kelas 1 SD, kami menjadi teman sekelas dan sebangku. Alangkah senangnya hatiku, karena salah satu mimpiku tadi malam menjadi kenyataan. Serta aku berharap untuk tahun berikutnya aku tetap sekelas walau tak sebangku."Hai, namaku Hatsuki ... siapa namamu?" ta
Aku menangis karena hal yang kusayangi telah pergi untuk kedua kalinya, yaitu adalah ibuku. Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil yang dikendarai secara ugal-ugalan oleh pengemudi yang mabuk.Danny-kun berusaha untuk menenangkanku, namun air matanya tetap saja keluar dikarenakan ibuku juga berarti baginya. Danny-kun memelukku dengan erat seakan dia tidak ingin kehilanganku."Danny-kun .... sekarang aku sendirian," ucapku yang masih menangis."Kan masih ada aku," ucap Danny-kun yang mencoba untuk menenangkanku."Apa kamu akan pergi juga nanti?" ucapku sambil menatap Danny-kun dalam-dalam."Tidak akan, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu," ucap Danny-kun meyakinkan aku."Janji?" tanyaku."Janji," jawabnya.Kami pun mengantar jenazah ibuku ke pemakaman disebelah kuburan ayahku. Setelah selesai, kami pun pulang dengan wajah sedih."Sekarang apa yang mesti kita lakukan Danny-kun?" tanyaku kebingu
"Five""Six""Seven""Eight""Nine""Ten""Knockout"The winner is Kanaya MeissaSaat ini aku sedang mengikuti turnamen tinju, dan aku masih berada di pertandingan pertama. Lawanku juga lumayan berat tadi, namun aku masih bisa mengatasinya. Kamu mau tahu apa hadiahnya? Hadiahnya adalah piala serta sebuah cincin. Aku tidak masalah dengan pialanya hanya saja aku menginginkan cincin tersebut agar aku bisa menikah dengan Danny-kun.Untuk itu, aku berlatih dengan giat agar aku bisa memenangkan setiap pertandingan. Oya, aku lupa bilang kalau aku bukan seorang penari, tapi seorang petinju. Danny-kun adalah pelatihku, dia selalu memberiku saran, kritik, serta pelukan yang terkadang membuatku bangkit dari kegagalan."Hari ini pertandingan yang bagus Mei," puji Danny-kun."Terima kasih pelatihku," balasku dengan senyuman."Namun jangan sombong dulu, karena turnamen masih ber
"Tinggal sebulan lagi ... sepertinya aku harus siap-siap menyambut tahun baru," ucapku."Dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ... senangnya hatiku," ucapku sambil tersenyum sendiri."Aku minta hadiah apa ya dari Danny-kun? Ah, itu sih tidak masalah karena apapun hadiahnya aku akan dengan senang hati menerimanya," lanjutku lagi."Mei, sudah waktunya sarapan," ucap Danny-kun."Iya, sebentar ... aku akan kesana." jawabku.Aku segera merapikan rambutku dan segera menuju meja makan. Aku duduk di depan Danny-kun dan aku memulai pembicaraan."Oya Danny-kun, sebentar lagi aku berulang tahun loh," ucapku dengan tersenyum."Oya? Aku tidak ingat," ucap Danny-kun dengan cuek."Huh? Masa' kamu tidak ingat sih sama ulang tahunku," ucapku yang mulai merajuk."Benar, aku tidak ingat ... lagipula, bukankah setiap hari adalah hari yang sama unt
Seminggu setelah kepergiannyaCip ... cip ... cipSuara burung mengawali pagiku dan udaranya segar seperti biasanya."Danny-kun, sarapan sudah siap," ucapku sambil membuka pintu kamar Danny-kun.Namun kamar itu telah kosong dikarenakan Danny-kun diterima di Hope Peak's Academy lewat jalur undangan. Aku selalu merasa Danny-kun masih ada di rumah ini, canda tawanya, senyumnya, bahkan bau shamponya pun masih tercium. Kini aku tinggal sendiri disini, dan aku harus melakukannya sendiri karena aku tahu Danny-kun akan sibuk dengan sekolahnya disana."Apa yang harus kulakukan ya hari ini?" gumamku ketika duduk di kursi.Aku merasa kesepian karena dirinya sudah pergi menuju mimpinya. Sungguh kesepian yang kurasakan ketika hanya ada kesendirian. Mungkin dengan menulis surat untuknya aku bisa menghilangkan kebosananku. Namun aku terkadang merasa takut apakah dia akan membalasnya atau tidak kar
Sudah 3 bulan aku berkirim mail ke Danny-kun, walau hanya pesan singkat tetapi hal itu bermakna dikarenakan aku hanya bisa menghubunginya lewat smartphone saja. Karena kalau aku bertemu dengannya, mungkin bisa 3 hari kami mengobrol serta banyak ekspresi yang akan aku tampakkan padanya. Jarak antara aku dan Danny-kun hanya sebatas smartphone ini, dekat tapi tak tersentuh."Kalau begitu, bagaimana aku mengunjungi sekolahnya? Kuharap aku bisa melihat wajahnya walaupun dari kejauhan," ucapku sambil tersenyum tipis.Aku pun segera bersiap untuk esok hari mengunjungi Hope Peak's Academy yang sekarang Danny-kun bersekolah dan aku merasa deg-degan karena aku akan bertemu Danny-kun."Besok aku mesti pakai baju apa ya? Bingung," ucapku sambil mencoba mencocokkan baju.Namun selang beberapa lama, aku pun belum menentukan baju seperti apa yang akan aku pakai besok."Apa sebaiknya aku memakai pakaian yang biasa