Share

Kanaya Meissa (Ultimate Kagura Dancer) ~Eternal Love~
Kanaya Meissa (Ultimate Kagura Dancer) ~Eternal Love~
Penulis: DAR

CHAPTER 1 - MY CHILDHOOD AND MY FIRST MEET

Namaku adalah Kanaya Meissa, seorang Ultimate Kagura Dancer. Aku suka menari karena aku memang hobi menari serta aku juga suka memasak masakan apa yang tunanganku sukai dan untungnya dia juga suka. Walaupun beberapa kali gagal dalam memasak, tapi aku terus berusaha untuk melakukannya dan akhirnya berhasil.

Disamping itu, aku orangnya gampang banget cemburu kalau dirinya kenal dengan seorang gadis. Maklum saja, mungkin karena aku sudah bersamanya sejak kami berumur 6 tahun. Kisah ini adalah kisahku yang mungkin menurut kalian sedikit aneh karena bagaimana bisa seorang penari bisa bersama dengan seorang penulis? Penulis puisi pula. Padahal kan yang namanya penulis puisi pasti dijauhin banyak orang.

Tetapi walaupun begitu, aku tetap mencintainya, Mengapa? Karena dirinya adalah lelaki yang akan menjadi pendamping hidupku. Oya, tunanganku ini disukai oleh banyak gadis disekolahku.

Sebagai tunangannya, kamu bisa bayangkan seperti apa rasanya menahan rasa cemburu. Memang dirinya selalu berbuat baik kepada setiap orang disekolah atau disekitar kami, tapi terkadang ada rasa sedikit tak suka ketika dia sering menolong seorang gadis.

Hingga saat ini, aku hanya ingin terus bersamanya karena orang tuaku sudah meninggal. Ayahku meninggal tatkala aku masih berumur 2 tahun, dan ibuku meninggal ketika aku kelas 1 SMP. Ini adalah kisahku, kisah yang menurutku adalah yang paling indah karena walau pahit ditinggal kedua orang tuaku, aku masih tetap memilikinya. Dan juga, dialah satu-satunya harapanku untuk hidup di dunia yang fana ini.

Ingin tahu bagaimana kisahku? Silahkan dibaca.

Di kuil inilah aku dilahirkan, di kuil ini aku dibesarkan, dan di kuil ini aku bertunangan dengannya. Begitulah kisahku yang mungkin hanya biasa saja menurutmu, namun hal terindah untukku. Aku dilahirkan tanggal 1 Januari yang bertepatan pada malam tahun baru, seketika itu ayah dan ibuku menyambutku dengan tangis dan senyum bahagia. Pekerjaan ayahku adalah pembuat kue dan manisan dan disamping itu juga ayahku sering melakukan tarian Obon. Ibuku juga bisa membuat kue dan manisan, jadinya bisa membantu ayah untuk membuatnya serta ibuku juga seorang penari Kagura. Jadi bisa kamu bayangkan kalau bakatku menurun dari ibuku.

Setiap hari, ibuku membantuku untuk berlatih menari namun yang namanya anak kecil yang masih belum mengerti, aku hanya menari sesuka hati yang bahkan ibuku juga tertawa serta mengikuti gerakanku menari.

Saat umurku 2 tahun

Suara sirine kebakaran terjadi di kota kecil kami, semua warga termasuk ayahku membantu warga yang kebakaran. Namun anak dari salah satu warga kami ketinggalan seekor kucing peliharaannya, ayahku melihatnya di dekat jendela kamar anak itu dan ayahku langsung menerobos kobaran api. Kucing tersebut selamat berkat ayahku. Namun, ayahku belum keluar dari kebakaran tersebut, ibuku dan aku berdoa dan berharap semoga beliau selamat.

Namun apalah daya ternyata takdir berkehendak lain, ayahku meninggal dunia dan meninggalkan aku serta ibuku. Aku menangis serta ibuku juga ikut menangis sambil memelukku, dan sejak saat itu aku trauma. Bukan karena ayahku meninggal, bukan karena benci kepada anak yang kehilangan kucing, tetapi pada kucing itu sendiri. Ya, karena kucing itu, ayahku yang aku cintai meninggal dan sejak saat itu, aku membenci kucing.

Sudah 4 tahun ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku. Aku mulai sedikit terbiasa dengan keadaanku. Namun, setiap tahun aku selalu berdoa di kuburan ayahku agar arwahnya tenang disana. Aku terus berlatih menari dan membuat kue serta manisan walau umurku masih 6 tahun. Setiap hari selalu begitu, bahkan aku sendiri juga bosan kalau hanya begitu saja setiap hari, namun kubuang semua kebosanan itu dengan senyuman manis yang terlihat diwajahku. Senyuman manis yang mampu membuat ibuku hilang lelahnya ketika selesai membuat kue dan manisan untuk dijual.

Kami menjual kue dan manisan setiap hari sabtu dan minggu karena ibuku perlu membuat kue dan manisan setiap hari senin hingga jumat. Dan untungnya kue dan manisan yang dibuat ibuku selalu habis terjual bahkan banyak pembeli tidak kebagian karena larisnya.

Perjumpaan pertamaku

Saat itu, aku dan ibuku pergi membeli bahan masakan serta bahan untuk membuat kue dan manisan di kota. Sepulang dari membeli bahan tersebut kami melihat ada seorang anak lelaki terjatuh di halaman pekarangan rumah kami. Anak lelaki tersebut pingsan serta kelihatannya dia kurang terurus untuk anak seumurnya. Ibuku langsung menggendong anak itu dan aku membantu ibuku membawa bahan untuk memasak serta bahan untuk membuat kue dan manisan.

Aku pun harap-harap cemas melihat keadaannya. Dan aku berpikir apakah dia berlari dari tempat yang jauh atau bukan, namun pertanyaan itu nanti saja aku tanyakan hingga anak itu siuman.

"Bu, dia masih belum sadar ya?" tanyaku.

"Belum Mei-chan ... mungkin sebentar lagi," jawab ibuku dengan tersenyum.

Tak lama kemudian, anak lelaki itu pun siuman.

"Dimana aku?" dia bertanya lembut.

"Kamu berada di rumah kami nak," jawab ibuku.

Perlahan-lahan anak itu membuka matanya dan dia melihatku dan ibuku yang tersenyum bahwa dia tidak apa-apa.

"Darimana asalmu nak," tanya ibuku.

"Dari desa Yuma bi," jawab anak lelaki itu.

"Bu, desa Yuma itu dimana?" tanyaku.

"Desa Yuma itu letaknya 4 hari perjalanan dari sini," jawab ibuku dengan tersenyum.

"Wah, dia hebat ya selama itu berjalan sampai tempat ini," kagumku padanya.

"Oya, siapa namamu nak," tanya ibuku lagi.

"Namaku Danny AR, umurku 6 tahun," jawab anak itu

"Nama bibi, Kanaya Yuuko dan ini anak bibi Kanaya Meissa," ucap ibuku sambil tersenyum.

"Salam kenal Kanaya-san," ucapnya padaku.

"Panggil saja aku Mei," ucapku dengan wajah yang memerah.

Siapa sangka kalau pertemuan pertama kami adalah hal yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sungguh tampan untuk anak yang seusia denganku. Dia bercerita bagaimana dia bisa sampai kesini, dan alangkah terkejutnya kami kalau dirinya melarikan diri karena dirinya mau dikorbankan untuk sesembahan iblis. Aku dan ibuku menangis karena tak menyangka bahwa anak seumurnya harus menghadapi situasi mengerikan seperti itu. Aku berdiskusi dengan ibuku bagaimana kalau kita merawat anak ini bersama-sama dan lagipula anak ini yatim piatu. Dan ibuku mengizinkan, namun dengan satu syarat kalau anak itu mesti membantu kami dan anak itu setuju sambil tersenyum dan berterima kasih pada ibuku.

Dan aku sungguh takjub pada senyumannya, apakah dia benar-benar anak kecil atau bukan. Senyumannya itu kalau kubayangkan seperti malaikat di pagi hari yang memanggilku dengan cinta. Dan mulai saat ini, dirinya sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Serta siapa tahu aku yang akan menjadi istrinya kelak. Karena harus membiarkan Danny-kun beristirahat karena lelah, aku dan ibuku membiarkan Danny-kun tidur dan sungguh tak kusangka kalau ternyata anak lelaki itu kalau tidur seperti bayi. Ingin aku mengusap rambutnya namun aku takut dia akan terbangun dan ibuku akan memarahiku.

CHAPTER 1 - My Childhood And My First Meet

end

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status