"Nyaaaaa," suara anak kucing itu terlihat senang dipangkuan Danny-kun.
"Kasihan sekali kamu ... pasti ditinggal sama orang tuamu ya?" kata Danny-kun sambil membelai anak kucing tersebut.
"Aku juga ingin dibelai rambutku seperti itu," aku bergumam.
Jujur, aku iri sekali kalau bukan aku yang diperlakukan seperti itu. Rasanya hati ini panas. Jadi mulai sekarang, anak kucing ini adalah rivalku. Kamu ingin tahu bagaimana kami bisa memelihara anak kucing yang membuatku kesal ini? Silahkan dibaca.
Seminggu lalu
"Mei ... kamu dimana?" Danny-kun mencariku karena kami bermain petak umpet.
"Kamu pasti tidak bisa menemukanku," gumamku.
Danny-kun terus mencariku selama setengah jam namun dia belum juga menemukanku. Dan jujur saja dalam hati aku ingin ditemukan olehnya. Namun, karena aturan permainan aku tidak bisa membiarkan dia menemukanku.
"Siapa yang membuat aturan ini sih? Lain kali aku marahin orangnya biar dia tahu rasa," gumamku.
Tiba-tiba terdengar suara langkah yang mendekatiku.
"Itu Danny-kun," aku tersenyum senang di persembunyianku.
"Mei ... kamu dimana?" Danny-kun masih mencariku.
Namun suara itu menghilang.
Setengah jam kemudian.
Sejam kemudian.
Dua jam kemudian, aku mulai cemas.
"Mengapa Danny-kun lama sekali menemukanku? Apa aku sulit ditemukan?" pikirku.
Aku pun keluar dari tempat persembunyianku dan menghampiri Danny-kun di halaman kuil. Namun alangkah terkejutnya aku kalau Danny-kun sedang membelai kepala anak kucing. Tentu saja aku ngambek karena dia berhenti mencariku.
"Danny-kun, mengapa kamu tidak mencariku?" tanyaku sambil merajuk.
"Owh, tadi aku menemukan anak kucing ini di halaman belakang," jawabnya dengan senyuman.
"Sepertinya anak kucing ini dibuang oleh induknya ... kasihan sekali," Danny-kun merasa iba.
"Sini kucingnya ... biar aku buang," kataku dengan kesal.
"Jangan Mei ... kasihan kucingnya ... mengapa tidak kita pelihara saja?" tanya Danny-kun dengan tersenyum.
"Tidak boleh," jawabku ketus.
"Boleh ya Mei," Danny-kun memohon dengan wajah memelas.
"Tidak boleh ... lagipula untuk apa kita memelihara anak kucing ini?" aku semakin ketus dan merajuk.
"Bi Yuuko ... Bolehkah aku melihara anak kucing ini?" tanya Danny-kun
"Boleh ... asalkan kamu bisa memeliharanya dengan baik," jawab ibuku.
Mendengar jawaban ibuku, hal itu membuatku semakin merajuk dan langsung masuk ke kuil. Sebenarnya jujur, aku tidak masalah kalau kami memelihara kucing, namun aku takut hal itu akan membuatku trauma karena kejadian 4 tahun lalu.
Setiap anak kucing itu mengeong, Danny-kun selalu menidurkan anak kucing tersebut di pangkuannya. Dan jujur, aku iri sekali. Andaikan aku yang jadi anak kucing itu. Dan alangkah terkejutnya aku anak kucing itu menempelkan hidungnya ke hidung Danny-kun, yang membuat hati ini semakin panas.
"Oke, sudah cukup ... ini tak bisa dibiarkan lagi ... kamu sudah kelewat batas," pikirku dengan kesal.
"Danny-kun, aku tak suka anak kucing itu disini," ucapku sambil merajuk di depan Danny-kun.
"Kenapa Mei, bukankah bibi sudah mengizinkannya?" ucap Danny-kun menegaskan.
"Memang, tapi aku tidak setuju," ketusku.
"Kalau boleh tahu, kenapa? Apa karena mengingatkan kembali pada ayahmu?" tanya Danny-kun.
"Bukan karena itu," lanjutku lagi.
"Terus karena apa?" tanyanya lagi.
"Karena aku cemburu," jawabku dengan wajah memerah.
"Pfffttt ... hahahahahaha," Danny-kun tertawa.
"Jangan menertawakanku," ucapku yang tambah merajuk.
"Abisnya, masa' sama Shirou kamu cemburu sih?" Danny-kun tersenyum.
"Shirou?" tanyaku.
"Ya, Shirou ... nama anak kucing ini." jawab Danny-kun.
"Mmmmmmmmmmmm," ucapku dengan menggembungkan pipi.
"Mei, kamu tambah manis kalau merajuk seperti itu," puji Danny-kun.
Mendengar pujian itu, aku langsung tersenyum sebentar lalu merajuk kembali sehingga membuat Danny semakin tertawa.
"Yasudah, bagaimana kalau kita sama-sama merawatnya?" ajak Danny-kun.
"Kenapa aku mesti ikut?" ketusku.
"Karena anggap saja ini adalah adik kita ... aku ingin punya adik," Kata Danny-kun.
"Terus kamu menganggap aku ini siapa kamu?" ketusku lagi.
"Orang yang selalu membuat setiap hariku menyenangkan," Danny-kun tersenyum.
"Benarkah?" perlahan-lahan aku mulai tersenyum.
"Aku tidak mungkin bohong," Danny-kun meyakinkanku.
Alangkah senangnya aku ketika mendengar hal tersebut. Sehingga membuatku menerima anak kucing tersebut sebagai bagian dari keluarga kami.
"Asalkan dengan satu syarat," ucapku.
"Apa itu?" tanyanya.
"Ketika kita bermain, jangan bawa anak kucing ini ikut bermain," aku tersenyum.
"Baiklah," Danny-kun mengiyakan.
CHAPTER 3 - Our Pet
End
Kini usiaku sudah menginjak 7 tahun. Oleh karena itu, ibuku memasukkan aku dan Danny-kun ke SD Hachiko. SD ini terletak tidak jauh dari kuil kami, hanya berjalan 20 menit kami sudah sampai. Ibu menemani kami masuk ke sekolah namun tak sampai mengantarkan kami ke kelas karena ibuku mesti membuat kue dan manisan untuk dijual di hari sabtu nanti."Baik-baik ya, Mei-chan ... Danny-kun," ucap ibuku."Iya," jawab kami dengan kompak.Ibuku melambaikan tangan kepada kami dan kami pun juga melambaikan tangan kami. Setelah ibuku pergi, kami pun memasuki kelas."Danny-kun, mudah-mudahan kita sekelas ya." ucapku.Danny-kun mengangguk. Dan memang untuk kelas 1 SD, kami menjadi teman sekelas dan sebangku. Alangkah senangnya hatiku, karena salah satu mimpiku tadi malam menjadi kenyataan. Serta aku berharap untuk tahun berikutnya aku tetap sekelas walau tak sebangku."Hai, namaku Hatsuki ... siapa namamu?" ta
Aku menangis karena hal yang kusayangi telah pergi untuk kedua kalinya, yaitu adalah ibuku. Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil yang dikendarai secara ugal-ugalan oleh pengemudi yang mabuk.Danny-kun berusaha untuk menenangkanku, namun air matanya tetap saja keluar dikarenakan ibuku juga berarti baginya. Danny-kun memelukku dengan erat seakan dia tidak ingin kehilanganku."Danny-kun .... sekarang aku sendirian," ucapku yang masih menangis."Kan masih ada aku," ucap Danny-kun yang mencoba untuk menenangkanku."Apa kamu akan pergi juga nanti?" ucapku sambil menatap Danny-kun dalam-dalam."Tidak akan, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu," ucap Danny-kun meyakinkan aku."Janji?" tanyaku."Janji," jawabnya.Kami pun mengantar jenazah ibuku ke pemakaman disebelah kuburan ayahku. Setelah selesai, kami pun pulang dengan wajah sedih."Sekarang apa yang mesti kita lakukan Danny-kun?" tanyaku kebingu
"Five""Six""Seven""Eight""Nine""Ten""Knockout"The winner is Kanaya MeissaSaat ini aku sedang mengikuti turnamen tinju, dan aku masih berada di pertandingan pertama. Lawanku juga lumayan berat tadi, namun aku masih bisa mengatasinya. Kamu mau tahu apa hadiahnya? Hadiahnya adalah piala serta sebuah cincin. Aku tidak masalah dengan pialanya hanya saja aku menginginkan cincin tersebut agar aku bisa menikah dengan Danny-kun.Untuk itu, aku berlatih dengan giat agar aku bisa memenangkan setiap pertandingan. Oya, aku lupa bilang kalau aku bukan seorang penari, tapi seorang petinju. Danny-kun adalah pelatihku, dia selalu memberiku saran, kritik, serta pelukan yang terkadang membuatku bangkit dari kegagalan."Hari ini pertandingan yang bagus Mei," puji Danny-kun."Terima kasih pelatihku," balasku dengan senyuman."Namun jangan sombong dulu, karena turnamen masih ber
"Tinggal sebulan lagi ... sepertinya aku harus siap-siap menyambut tahun baru," ucapku."Dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ... senangnya hatiku," ucapku sambil tersenyum sendiri."Aku minta hadiah apa ya dari Danny-kun? Ah, itu sih tidak masalah karena apapun hadiahnya aku akan dengan senang hati menerimanya," lanjutku lagi."Mei, sudah waktunya sarapan," ucap Danny-kun."Iya, sebentar ... aku akan kesana." jawabku.Aku segera merapikan rambutku dan segera menuju meja makan. Aku duduk di depan Danny-kun dan aku memulai pembicaraan."Oya Danny-kun, sebentar lagi aku berulang tahun loh," ucapku dengan tersenyum."Oya? Aku tidak ingat," ucap Danny-kun dengan cuek."Huh? Masa' kamu tidak ingat sih sama ulang tahunku," ucapku yang mulai merajuk."Benar, aku tidak ingat ... lagipula, bukankah setiap hari adalah hari yang sama unt
Seminggu setelah kepergiannyaCip ... cip ... cipSuara burung mengawali pagiku dan udaranya segar seperti biasanya."Danny-kun, sarapan sudah siap," ucapku sambil membuka pintu kamar Danny-kun.Namun kamar itu telah kosong dikarenakan Danny-kun diterima di Hope Peak's Academy lewat jalur undangan. Aku selalu merasa Danny-kun masih ada di rumah ini, canda tawanya, senyumnya, bahkan bau shamponya pun masih tercium. Kini aku tinggal sendiri disini, dan aku harus melakukannya sendiri karena aku tahu Danny-kun akan sibuk dengan sekolahnya disana."Apa yang harus kulakukan ya hari ini?" gumamku ketika duduk di kursi.Aku merasa kesepian karena dirinya sudah pergi menuju mimpinya. Sungguh kesepian yang kurasakan ketika hanya ada kesendirian. Mungkin dengan menulis surat untuknya aku bisa menghilangkan kebosananku. Namun aku terkadang merasa takut apakah dia akan membalasnya atau tidak kar
Sudah 3 bulan aku berkirim mail ke Danny-kun, walau hanya pesan singkat tetapi hal itu bermakna dikarenakan aku hanya bisa menghubunginya lewat smartphone saja. Karena kalau aku bertemu dengannya, mungkin bisa 3 hari kami mengobrol serta banyak ekspresi yang akan aku tampakkan padanya. Jarak antara aku dan Danny-kun hanya sebatas smartphone ini, dekat tapi tak tersentuh."Kalau begitu, bagaimana aku mengunjungi sekolahnya? Kuharap aku bisa melihat wajahnya walaupun dari kejauhan," ucapku sambil tersenyum tipis.Aku pun segera bersiap untuk esok hari mengunjungi Hope Peak's Academy yang sekarang Danny-kun bersekolah dan aku merasa deg-degan karena aku akan bertemu Danny-kun."Besok aku mesti pakai baju apa ya? Bingung," ucapku sambil mencoba mencocokkan baju.Namun selang beberapa lama, aku pun belum menentukan baju seperti apa yang akan aku pakai besok."Apa sebaiknya aku memakai pakaian yang biasa
Aku terus berlatih untuk menari Kagura yang sudah lama mendarah daging di tubuhku. Tak pernah kuperdulikan ocehan orang-orang di sekitarku karena belum tentu mereka mau melakukannya.Tapi aku tak memaksakan diriku karena Danny-kun akan marah padaku jika aku memaksakan diri. Karena baginya, yang penting sudah mencoba dan tahun berikutnya adalah kesempatan terakhirku untuk mengikuti ujian masuk atau lewat jalur undangan. Aku berharap hanya bisa lewat jalur undangan dikarenakan aku tak memiliki banyak uang untuk membayar ujian masuk, namun apabila hanya lewat ujian masuk Danny-kun akan membantuku membayar biaya ujian masuknya. Namun aku tersadar kalau ada cara lain untuk mendapatkan undangan tersebut, yaitu dengan film atau video ketika kita melakukan bakat kita. Namun siapa yang mau memfilmkan ketika aku lagi menari? Tidak mungkin Danny-kun yang melakukannya karena dia sudah ada kesibukan, sedangkan Karasu tidak tahu dia berada dimana setelah terakhir kudengar kabar kalau dia ju
Sudah 9 bulan aku menjadi murid Hope Peak's Academy yang merupakan salah satu cita-cita kami bertiga untuk berada di sekolah yang sama. Walaupun Danny-kun adalah seniorku di sekolah, namun di luar sekolah dia tetaplah tunanganku yang aku sayangi.Saat ini, aku berada di kelas dengan guru pembimbing kami yang bernama Takeshi Ueda. Guru yang penampilannya "seperti guru" adalah wali kelas kami. Kalau kamu ingin tahu siapa saja teman sekelasku, mereka adalah :1. Shiromi Ayako (Ultimate Designer)Gadis yang menyukai fashion ini hanya suka menjahit dan bisa meniru pakaian yang ada di toko merek terkenal.2. Akagi Ryuuta ( Ultimate Solo Artist)Pria berukuran small yang bisa bernyanyi, jujur aku suka dengan nyanyiannya yang menghibur itu. Ditambah lagi, dia ramah pada semua orang.3. Nala Yukina (Ultimate Matematician)Gadis penyuka matematika yang menurutku aneh ini sungguh menyebalkan, bahkan kehadirannya sungguh menyebalkan. Dan aku