Share

Bab 12 Dokter Datang

Author: Shanaya
Dokter tua itu datang pukul 9 pagi. Dia lebih dulu memeriksa nadi Indah, lalu dibawa naik ke lantai atas.

Sasha sedang menemani Cody. Saat melihat beberapa orang masuk, dia mengira mereka datang untuk memeriksa kondisi Cody. Tak disangka, Indah justru berkata, "Bisa tolong periksa kerabatku ini? Apakah tubuhnya perlu perawatan khusus?"

Yang dimaksud sebagai kerabat adalah Sasha. Hal ini membuat Sasha agak kaget.

Nelly ikut menambahkan, "Benar, tolong periksa temanku ini."

Dokter tua itu menatap Sasha. "Bisa."

Dia langsung memeriksa. Ekspresinya terlihat sedikit serius. "Dik, usiamu masih muda, tapi kondisi tubuhmu nggak terlalu baik. Kamu harus mengonsumsi lebih banyak makanan bergizi."

Nelly segera bertanya, "Bisa pulih dalam waktu singkat nggak?"

Dokter tua itu menggeleng. "Nggak bisa. Tubuhnya sudah cukup lama lemah. Kalau mau pulih, ya perlu proses, nggak bisa instan."

Wajah Nelly pun tampak murung.

Indah lalu bertanya, "Kerabatku ini sedang dalam program hamil. Apa akan berpengaruh?"

"Hamil ya?" Dokter tua itu menjawab, "Ngggak masalah. Kalau bisa hamil, berarti bisa melahirkan."

Dia bahkan tersenyum. "Sekarang anak muda mana sih yang tubuhnya benar-benar sehat? Tapi, hampir semua tetap bisa punya anak. Jadi, nggak usah terlalu stres."

Begitu mendengar itu, Nelly langsung bertanya, "Dengan kondisi tubuh seperti ini, apa masih bisa dilakukan inseminasi buatan?"

Pertanyaan itu membuat Indah sempat kaget dan menoleh menatapnya.

Nelly baru sadar pertanyaannya terlalu langsung dan tergesa-gesa. Dia buru-buru mengendalikan ekspresinya. "Aku cuma tanya, nggak ada maksud lain."

Dokter tua itu mengernyit. "Inseminasi buatan?"

Dia menoleh ke Sasha, mengira Sasha terburu-buru ingin hamil, jadi menasihati, "Kondisi tubuhmu nggak prima, tapi masih belum separah itu kok. Kalau bisa hamil secara alami, mending begitu saja. Teknologi medis sekarang itu untuk mereka yang sudah nggak punya jalan. Kamu belum sampai di titik itu."

Indah tampak lega. "Baiklah, kami mengerti. Tolong buatkan resep untuk memperbaiki kondisi tubuhnya."

Setelah semua pemeriksaan selesai, dokter tua itu hendak pergi. Mereka tentu harus mengantarnya keluar untuk menunjukkan rasa hormat.

Karena Sasha tadi juga diperiksa, dia tak bisa bersembunyi di kamar dan ikut keluar bersama mereka.

Saat tiba di ruang tamu, Indah meminta para pembantu menyiapkan banyak hadiah sebagai ucapan terima kasih.

Dokter tua itu sempat menolak berkali-kali, tetapi akhirnya tetap menerima. Karena merasa sungkan, dia terus mengucapkan terima kasih.

Sesampainya di teras, karena Nelly juga hendak pergi, dia yang akan membawa dokter tua itu keluar. Sebelum pergi, dia menoleh ke arah Sasha dan berkata, "Kondisi tubuh Cody masih lemah, banyak hal yang harus diperhatikan. Sasha, tolong lebih diperhatikan ya."

Awalnya Sasha tidak paham kenapa Nelly tiba-tiba mengatakan hal ini. Namun, begitu melihat tatapan Indah yang berubah, dia langsung mengerti.

Informasi Nelly memang cepat. Kemarin anak itu muntah karena disuapi olehnya. Rupanya Nelly sudah tahu. Sekarang dia berbicara seperti ini, jelas-jelas ingin mengingatkan Indah.

Sasha teringat waktu diperiksa tadi, Nelly bahkan lebih tegang daripada Indah. Alasan sebenarnya dia membawa dokter tua itu ke rumah ini bukan hanya untuk memeriksa Indah, melainkan ingin tahu kondisi Sasha.

Kalau tubuh Sasha masih sanggup, mereka tidak perlu melibatkan Briar, cukup memakai teknologi canggih. Dengan begitu, semua pihak akan senang. Sayangnya, hasilnya tidak sesuai harapan.

Sasha pun berkata, "Terima kasih atas perhatiannya. Aku akan lebih hati-hati ke depannya."

Nelly masih tetap sopan dan mengucapkan terima kasih, lalu pergi bersama dokter tua itu.

Begitu mereka benar-benar pergi, Indah kembali ke ruang tamu dengan bantuan Lia.

Dia duduk dan berkata, "Sebelum pesta minum itu, keluarga kami dan Keluarga Khusman sudah membicarakan rencana pernikahan Briar dan Nelly. Kalau bukan karena kejadian ini, mereka berdua pasti sudah menikah sejak lama."

Sasha yang tadinya hendak naik untuk menemani Cody, terpaksa berhenti. "Maafkan aku."

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut karena tahu Indah juga tak ingin mendengarnya. Jadi, dia langsung ke intinya, "Setelah anak ini lahir, aku akan pergi."

Kalimat itu jelas sesuai dengan harapan Indah. Dia pun menjawab ringan, "Aku suka gadis cerdas sepertimu."

Dia berkata lagi, "Tenang saja, kami nggak akan menyulitkanmu."

Sasha tidak menjawab dan langsung berjalan cepat ke lantai atas. Namun, saat sampai di belokan tangga, dia tiba-tiba berhenti.

Di bawah hanya ada Indah dan Lia. Lia berkata pelan, "Tuan Briar dan Nona Nelly sudah menunda begitu lama. Kalau sekarang muncul seorang anak lagi ...."

Indah menghela napas. "Nggak ada pilihan. Nelly memang harus mengalah. Saat ini, semua keputusan harus berfokus pada Cody."

Tampaknya sakit kepala Indah mulai kambuh lagi. Lia pun berkata, "Biar aku pijatkan."

Setelah beberapa saat sunyi, Indah berkata pelan, "Menurutmu, sebenarnya apa yang ada di pikiran Briar? Nelly begitu sempurna, kenapa dia tetap nggak bisa menyukainya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 100 Kalian Lagi Merencanakan Kehamilan?

    Jangankan anggota Keluarga Khamauri, bahkan Afgan pun terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Apa kamu merasa nggak enak badan? Kelihatannya, kondisi tubuhmu baik-baik saja."Briar membalas, "Kami lagi mempersiapkan kehamilan. Apa aku perlu penyesuaian atau perawatan?"Afgan teringat kata-katanya saat terakhir datang. Dia melihat Sasha sambil bertanya, "Kalian lagi merencanakan kehamilan?"Afgan pun menambahkan sambil mengangguk, "Kalau begitu, kubantu periksa saja. Kehamilan adalah hal besar. Untuk persiapannya, sebaiknya benar-benar matang."Briar sudah melepas jasnya. Dia dengan perlahan membuka kancing lengan dan meletakkan tangannya di atas bantal untuk pemeriksaan denyut nadi.Proses pemeriksaan kali ini cukup cepat. Tak lama kemudian, Afgan memberi tahu, "Nggak ada masalah besar, tapi kondisimu memang kurang optimal. Kalau soal perawatan, sebenarnya nggak terlalu diperlukan. Yang penting kamu menghindari rokok, alkohol, dan bergadang. Kalau bisa melakukan hal-hal dasar itu dengan

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 99 Apa Denyut Nadiku Juga Perlu Diperiksa?

    Sasha duduk di kursi di tepi kolam ikan. Dia meletakkan Cody di pangkuannya. Sambil memeluknya dari belakang, dia membalas, "Aku juga merasa mereka nggak lapar."Cody bertanya lagi, "Mama, kenapa ikan-ikan ini berbeda dari gambar yang ada di buku?"Sasha tak bisa menahan tawa. Dia tak kuasa mencium pipi anaknya sebelum menimpali, "Papamu kaya, jadi ikan-ikan yang dia pelihara tentu saja berbeda dengan yang ada di buku."Briar dan Rizky sudah tiba di dekat mereka. Rizky berdecak sebelum berucap, "Kenapa semua pujian jatuh ke kakakku? Aku juga sering kasih makan ikan. Aku juga punya bagian dalam keberhasilan ini lho."Sasha terkejut dengan suara tiba-tiba itu. Dia menoleh dan melihat mereka berdua. Wanita itu pun berdiri dan bertanya, "Kenapa kalian datang ke sini?"Briar berjalan mendekat, lalu menggendong Cody sambil memberi tahu, "Sudah waktunya Cody minum obat."Cody segera merengek. Dia langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya di dada Briar. Bocah itu menolak, "Aku nggak mau mi

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 98 Kamu Ini Cukup Dramatis

    Indah memegang tasbih dan perlahan-lahan memutarnya di tangan, tanpa memandang ke arah Sasha. Namun, akhirnya dia berbicara, "Ada beberapa hal yang mau aku bicarakan denganmu."Kepala Indah tidak bergerak, hanya bola matanya yang melirik ke arah Sasha. Dia menatap wanita itu dengan ujung mata, lalu melanjutkan, "Aku nggak masalah kalau kamu bekerja, itu hakmu. Kamu bukan diikat oleh keluarga kami."Namun, Indah melanjutkan, "Aku sudah menyelidiki pekerjaanmu. Posisi yang kamu ambil itu cuma pekerjaan sampingan yang nggak terlalu penting, nggak punya masa depan, dan cuma pekerjaan bantu-bantu. Bisa dibilang cuma kerja keras tanpa hasil."Sasha tidak mengubah ekspresinya. Kata-kata Indah memang tidak enak didengar, tetapi itulah kenyataannya.Indah menarik napas dalam-dalam. Nada suaranya sedikit lebih lembut ketika menambahkan, "Tapi aku berharap, kamu bisa tahu mana yang lebih penting. Tubuhmu itu memang milikmu sendiri, tapi ingatlah bahwa keadaan Cody makin lama makin berisiko.""Seb

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 97 Hebat

    Wanita memang tidak sekuat pria dalam menahan pukulan. Trixie menangis sebentar sebelum akhirnya terdiam.Setengah menit kemudian, pintu kamar dibuka. Briar masih dengan penampilan yang sama seperti biasa. Dalam balutan setelan jas, dia terlihat tenang dan santai. Tidak ada yang menyangka bahwa dia baru saja menghajar orang lain.Sasha sedikit memiringkan tubuh dan mengintip ke dalam kamar. Sayangnya, dia hanya melihat dua pria yang tergeletak di lantai. Batang hidung Trixie tidak kelihatan.Briar pun menutup pintu dengan tangan kiri, tanpa terburu-buru mengajak Sasha pergi. Dia bahkan sempat meluangkan waktu untuk melihat-lihat ruang tamu. Ada noda darah di sofa yang merupakan darah Dylon. Kotak P3K terjatuh di samping sofa dan isinya berserakan, sementara asbak tergeletak di tengah ruangan ....Briar terus mengamati sembari berbicara, "Lumayan hebat. Satu lawan tiga dan masih bisa bikin lawan pingsan."Dari nada Briar, jelas itu terdengar seperti sindiran. Mendengar itu, Sasha langsu

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 96 Jujur Saja, Rasanya Cukup Memuaskan

    Dylon memang terluka. Namun, siapa pun bisa mengerahkan kekuatan terpendam saat sangat marah atau ketakutan.Kekuatan Dylon sangat besar. Dia merangkul pinggang Sasha masuk ke kamar dan langsung melemparkannya ke ranjang. Sekujur tubuh dan wajah Dylon berlumuran darah. Dia menatap Sasha dengan mata merah sambil menggertakkan gigi. Penampilannya agak mengerikan.Trixie menutup pintu dan tidak lupa memerintahkan Dylon. Katanya, "Cepat bungkam mulutnya. Jangan biarkan dia teriak. Cepat!"Trixie bersandar di pintu, lalu menunjuk ke arah Sasha yang ada di atas ranjang. Jarinya gemetaran karena panik. Dia bertanya, "Bukannya dia minum banyak bir? Kenapa bisa sadar secepat ini?"Sepertinya Trixie juga merasa masalah ini cukup rumit dan sulit dibereskan. Dia menambahkan, "Sekarang kita harus bagaimana? Kalau sampai dia sebarkan masalah ini, kita berdua ...."Trixie tidak menyelesaikan ucapannya karena tiba-tiba ada hantaman dan suara keras dari belakangnya. Pintu ditendang hingga terbuka. Trix

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 95 Memangnya Kamu Bisa Apa?

    Dylon melirik ponsel di tangan Sasha, tetapi jelas dia tidak terlihat gentar. Dia hanya menggeleng keras, mencoba mengusir rasa pusing dari kepalanya. "Kamu rekam pembicaraan kita? Lalu kenapa?"Dia mendengus pelan. "Hal yang kamu lakukan ini, Charlotte juga pernah lakukan. Tapi hasilnya? Dia tetap nggak bisa menyentuhku sedikit pun."Darah di bagian belakang kepalanya masih terus mengalir, kaus dalam putih yang dia kenakan sudah mulai berubah warna karena dibasahi darah. Dia pun sadar bahwa membiarkan lukanya mengalir begitu saja bukan pilihan. Dia berniat bangkit dan mencari kotak P3K.Namun, setelah beberapa kali mencoba menopang tubuhnya untuk berdiri, dia tetap gagal. Rasa sakit yang tadinya tertunda kini mulai menyerang hebat dan membuatnya terengah-engah. Pelipisnya berdenyut hebat dan seluruh kepalanya terasa seperti hendak meledak.Dylon mengangkat tangannya menunjuk ke suatu arah. "Carikan ... carikan aku ...."Belum sempat ucapannya selesai, dari arah pintu terdengar suara k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status