Beranda / Romansa / Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku / Bab 13 Bisa dengan Bayi Tabung

Share

Bab 13 Bisa dengan Bayi Tabung

Penulis: Shanaya
Menjelang tengah hari, Sasha menerima telepon dari pemilik apartemen.

Di ujung sana, suara pemilik terdengar marah besar. "Kamu ini gimana sih? Kenapa rumahku jadi begini?"

Sasha pura-pura tidak tahu. "Kenapa ya?"

Pemilik rumah semakin kesal, "Kamu lihat saja sendiri! Pintu dirusak, isi dalam rumah dihancurkan semua! Aku sudah tanya ke pengelola gedung, katanya ini ulah keluargamu. Dengar ya, kerusakan ini harus kamu ganti. Cepat ke sini, kita hitung kerugiannya!"

Sasha berpura-pura terkejut. "Kemarin aku nggak di rumah, aku nggak tahu mereka bakal melakukan hal seperti itu. Sekarang aku lagi di luar kota, belum bisa balik. Gimana kalau kamu hitung dulu kerugiannya berapa? Nanti aku telepon mereka dan tanya kenapa bisa begitu."

Karena Sasha tidak berniat menghindar dari tanggung jawab, kemarahan si pemilik pun mereda setengah. Dia pun setuju.

Setengah jam setelah telepon ditutup, pemilik apartemen mengirimkan pesan dan mencantumkan rincian ganti rugi.

Sasha sangat tahu isi rumah itu. Jelas terlihat si pemilik menaikkan angkanya jauh lebih tinggi. Akan tetapi, Sasha tidak terlalu peduli. Dia langsung menelepon Angga.

Angga langsung mengangkat. Tanpa berbasa-basi, dia juga langsung membentak, "Dasar anak durhaka, kamu masih berani telepon aku?"

Sasha langsung bertanya, "Kemarin kamu ke apartemenku, terus rusakin pintu dan hancurin isi rumah?"

Angga membalas, "Jangan ngomong yang nggak penting! Cepat balik dan minta maaf ke ibu dan adikmu! Kalau nggak, jangan harap kamu masih bisa kerja!"

Nada Sasha lebih dingin dari nada Angga. "Ibuku sudah meninggal. Jangan-jangan kamu lupa waktu dia di ranjang sakit, kamu bersumpah akan jaga aku baik-baik? Kamu sampai bilang kalau melanggar bakal disambar petir dan mati?"

Dia tertawa sinis. "Kamu paling percaya hal mistis begitu. Nggak takut suatu hari benar-benar kena karma?"

"Tutup mulutmu!" Angga menghardik. Terdengar jelas bahwa dia memang agak takut.

Waktu ibunya sakit parah, sebenarnya dia sudah berniat menceraikan Angga, bukan karena ingin lari dari tanggung jawab, tetapi agar bisa membagikan sebagian aset dan meninggalkan jaminan untuk Sasha.

Namun, saat itu Angga bersikap sangat baik. Setiap hari menemani di rumah sakit, bersumpah, menunjukkan bahwa hidupnya hanya akan untuk putri satu-satunya dan tak akan menikah lagi.

Akhirnya, hati ibunya luluh. Mereka tidak jadi bercerai. Ketika ibunya meninggal dunia, semua aset jatuh ke tangan Angga.

Tak sampai dua bulan, Karen dan Clara masuk ke rumah itu. Saat itulah Sasha baru tahu, ayahnya yang terlihat tak berbahaya itu ternyata hebat juga. Di luar, pria ini sudah punya "sarang" sendiri. Clara hanya dua tahun lebih muda darinya. Selama ini, hidup mereka ternyata sangat bahagia.

Sejak ada ibu tiri, Angga pun mulai menunjukkan sifat "ayah tiri". Setelah Cody dikembalikan ke Keluarga Khamauri, Angga bahkan sempat ingin menjual Sasha.

Sasha menarik napas dalam-dalam, malas membuang waktu dengannya. Dia langsung berkata, "Pemilik apartemen sudah menghitung kerugian. Kalau kamu nggak bayar, aku akan langsung lapor polisi. Keamanan dan tetangga lihat semua kejadian kemarin. Jadi, jangan harap bisa lari."

"Kamu berani?" Nada Angga langsung naik. Dia mengancam lagi, "Berarti kamu memang nggak butuh kerjaanmu lagi ya?"

Sasha menyahut dengan tenang, "Memang nggak butuh lagi."

Pekerjaannya hanya sebagai staf kecil di kantor, gaji pas-pasan, beban kerja besar. Padahal dengan kemampuannya, seharusnya dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, hidupnya selama tiga tahun terakhir ini malah dihancurkan oleh mereka.

Angga terdiam. Berkali-kali ingin berbicara, tetapi tak bisa melanjutkan.

Sasha langsung menyebutkan jumlah ganti rugi yang dikirim pemilik apartemen. "Kalau dalam setengah jam kamu belum transfer uangnya, aku langsung lapor polisi. Tunggu saja kalau nggak percaya."

....

Sementara itu, Briar baru selesai rapat. Di luar ruang rapat sudah ada yang menunggu.

Orang itu menyerahkan sebuah dokumen. "Pak Briar, ini berkas yang Bapak minta."

Briar menerimanya dan hanya mengangguk pelan. Kembali ke ruangannya, dia duduk dan lebih dulu mencocokkan beberapa data, lalu memeriksa beberapa laporan.

Setelah semua urusan selesai, dia baru membuka dokumen tadi dan membacanya. Setelah membaca beberapa halaman, dahinya langsung berkerut.

Sebenarnya setelah insiden empat tahun lalu, dia sudah menyelidiki Keluarga Aldiano. Dia tahu kemunculan Sasha di kamarnya saat pesta waktu itu hanyalah sebuah kesalahan dan kebetulan.

Kalau bukan karena itu, sesuai temperamennya, perusahaan Angga pasti sudah hancur sejak lama.

Belum selesai membaca dokumen, pintu ruangannya diketuk dan dibuka.

Rizky baru saja pulang dari perjalanan dinas. Dia masuk sambil tersenyum. "Kak."

Dia langsung duduk di depan meja kerja Briar. "Aku dengar kamu bawa pulang cewek empat tahun lalu itu ke rumah? Bahkan katanya mau punya anak lagi sama dia?"

Dia berdecak. "Kalau tujuannya menyelamatkan Cody, ya silakan saja. Tapi nggak harus dengan cara itu juga, 'kan? Kita bisa pilih bayi tabung. Tinggal bayar lebih mahal buat kompensasi, kelar semua urusan."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 196 Dia Memang Pintar

    Sasha mengira Refan mengajak makan di rumah tradisionalnya yang ada di pinggiran kota. Ternyata bukan. Mobil melaju ke pusat kota dan berhenti di depan sebuah restoran bubur kesehatan.Ketika mereka sampai di ruang privat, Refan sudah berada di dalam bersama Persik. Keduanya duduk berdekatan dan ponsel diletakkan di tengah-tengah, entah apa yang sedang diputar sampai Persik cekikikan. Sementara itu, ekspresi Refan sulit dideskripsikan.Saking asyiknya menonton, mereka sampai tidak sadar Briar dan Sasha membuka pintu ruang privat.Briar mengetuk pintu sembari menegur, "Film dewasanya sudah boleh dimatikan. Kami sudah datang."Persik menoleh. Dia tersenyum geli dan berkata, "Menyebalkan. Ini pun bisa ketahuan sama kamu."Refan duduk tegak sambil menunggu Persik menyimpan ponselnya, lalu bertanya, "Kenapa janjian di sini? Sejak kapan kamu mulai peduli kesehatan?"Briar merangkul Sasha masuk, menarik kursi untuknya, dan membantunya duduk. Alih-alih menjawab pertanyaan Refan, dia malah bali

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 195 Jangan Terlalu Percaya Diri

    Lia langsung diusir pada malam itu. Ketika pergi, dia menangis histeris sambil mencengkeram lengan baju Indah. Dia berkata dirinya tidak ada maksud lain, hanya takut Cody terlalu dekat dengan Sasha, lalu tidak sanggup menerima jika Sasha pergi nanti.Lia juga mengungkit bahwa Indah selalu mengeluhkan hal itu. Dia hanya bermaksud meringankan kekhawatiran Indah saja. Cara bicaranya penuh perasaan, seolah-olah memang benar adanya.Sebenarnya Indah agak tidak rela melepas Lia. Dia juga ikut menitikkan air mata.Rizky ikut memberi komentar. Katanya Lia sudah menemani Indah hampir 50 tahun. Lebih dari separuh hidupnya dihabiskan bersama Keluarga Khamauri. Begitu tiba-tiba pergi, dia memang tidak punya tempat tujuan.Rizky berbicara tanpa kesan haru, sebaliknya malah mendengus dan berkata, "Sudah 50 tahun pun belum bisa membuatnya patuh."Sasha bertanya, "Dia diantar ke mana?"Sorot mata Rizky tampak licik, sementara mulutnya menjawab dengan serius, "Karena terlalu mendadak, ibuku cuma bisa m

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 194 Pertanda Ditinggalkan Semua Orang Terdekat

    "Kembali. Jangan gegabah," tegas Briar.Rizky menghentikan langkahnya, tetapi amarahnya belum mereda. Dia menoleh sambil membalas, "Kalau bukan dia, siapa lagi? Mereka juga bukan pertama kalinya melakukan hal ini. Kali ini, kamu nggak perlu turun tangan, biar aku yang merobek mulut wanita sialan itu."Briar bertanya, "Apa kamu lihat dia pernah datang?"Rizky seketika terdiam. Briar tidak menatapnya lagi, melainkan menoleh ke Cody dan bertanya dengan lembut, "Siapa yang bilang padamu? Siapa yang bilang kalau Mama akan tinggalkan kita?"Briar menatap Sasha sembari menambahkan, "Tanya sama Mama, itu nggak akan terjadi. Mana mungkin dia nggak menginginkan kita?"Rizky berkedip. Suasana hatinya berubah cukup cepat. Dia segera menimpali, "Benar. Mamamu sangat mencintai papamu. Mana mungkin dia tega pergi?"Rizky berdiri di samping Sasha. Dia menyenggol Sasha dengan lengan dan berujar, "Benar, 'kan? Cepat jujur pada Cody. Lihat, dia sudah ketakutan."Sasha berjalan mendekat, lalu mengusap uju

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 193 Satu Keluarga Selalu Bersama

    Sudah waktunya. Briar pergi mencetak hasil pemeriksaan. Dokter memang sudah menjelaskan barusan, tetapi Briar tetap mau melihatnya dengan saksama.Rizky mendekat. Dia hanya berseru tanpa mengatakan apa-apa.Setelah itu, mereka bertiga kembali ke rumah lama.Indah sedang menunggu di ruang tamu. Sebenarnya, tanpa memberitahunya secara khusus, dia sudah tahu hasilnya begitu melihat Rizky masuk sambil bersenandung. Dia lalu bertanya dengan sangat senang, "Sudah cetak hasil pemeriksaannya?"Briar menyerahkan hasil pemeriksaannya. Indah membacanya dengan serius, lalu mengembalikannya pada Briar. Dia menoleh ke Sasha sembari berkata, "Makan buah. Aku khusus meminta Bayu untuk membelinya. Semuanya baru sampai lewat pengiriman udara."Sasha mengiakan, lalu duduk di ruang tamu.Buah-buahan sudah dicuci dan dipotong. Baru saja dihidangkan, Vanessa dan Damian sudah pulang. Keduanya berjalan masuk dari koridor. Damian di depan, sedangkan Vanessa di belakang.Lantaran langkah Damian lebih besar, Van

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 192 Dia Bisa Pergi ke Mana Lagi?

    Rizky menoleh ke Vanessa dan bertanya, "Eh? Ada apa? Ucapanku juga nggak salah. Bukannya sudah ada Ibu di jamuan dengan Keluarga Kusman? Kalau yang lain ikut malah berlebihan."Rizky mengalihkan pandangannya, lalu menunduk untuk makan. Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan, "Kalau ada Ibu, sebenarnya nggak perlu yang lain lagi."Vanessa membuka mulutnya, tetapi tidak berbicara.Sasha menatap Vanessa sekilas. Briar dan Rizky menyerangnya dengan gaya bicara yang sama. Vanessa sendiri merasa agak canggung dan seketika tidak menemukan kata-kata untuk membela diri.Hingga selesai makan, Indah dan Damian masih belum turun. Sasha juga tidak bertanya, hanya menunggu dengan tenang.Sementara itu, Briar dan Rizky juga sudah selesai makan. Rizky berdiri seraya berkata, "Aku ikut kalian. Lagi pula, aku juga nggak ada urusan. Sekalian jalan-jalan."Mereka bertiga keluar dari ruang tamu. Ketika berjalan di koridor, Sasha bertanya, "Kamu takut ibumu memarahimu setelah kami pergi, 'kan?"Rizky ter

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 191 Tidak Pergi

    Selesai makan malam, Sasha membawa Cody ke lantai atas. Cody sudah bermain seharian, jadi Sasha tidak perlu membujuknya tidur. Dia akan berbaring dan tidur sendiri. Setelah memastikan Cody terlelap, Sasha baru turun.Sasha sudah membersihkan diri dan naik ke ranjang. Biasanya dia belum bisa tidur pada waktu seperti ini. Namun karena sedang hamil, gejala lain tidak begitu terasa, hanya mudah mengantuk. Dia akan langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.Tak lama setelah berbaring, Sasha mulai mengantuk. Ketika sudah hampir tertidur, dia tiba-tiba teringat ucapan Indah siang tadi.Briar ada jamuan dengan Keluarga Kusman malam ini. Lagi-lagi untuk membahas urusannya dengan Nelly. Entah pukul berapa jamuan itu baru selesai dan bagaimana akhirnya.Pikiran itu sempat melintas di dalam benaknya. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Sasha sudah terlelap. Namun, matanya tiba-tiba terbuka beberapa saat setelah membalikkan badan. Suasana di kamar gelap, jadi dia tidak bergerak.Sasha dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status