Home / Romansa / Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku / Bab 3 Selain Pernikahan, Apa yang Kamu Inginkan?

Share

Bab 3 Selain Pernikahan, Apa yang Kamu Inginkan?

Author: Shanaya
Setelah anak kecil itu benar-benar tertidur, Briar dengan hati-hati membaringkannya kembali ke ranjang. "Turun, kita bicara di bawah."

Tiga orang itu pun turun ke lantai satu bersama-sama.

Di ruang tamu rumah utama, Indah, Nyonya Tua Keluarga Khamauri, sedang duduk di sofa, bersandar pada sandaran punggung. Seorang pelayan berdiri di belakangnya, memijat pelipisnya.

Begitu terdengar suara langkah kaki dari tangga, dia mengangkat tangan memberi isyarat agar pelayan mundur. "Cody sudah tidur?"

Briar mengiakan. Melihat wajah sang nenek tampak kurang baik, dia bertanya, "Nenek nggak enak badan?"

Indah melambaikan tangan. "Bukan masalah besar."

Tatapannya lalu beralih ke arah Sasha, mengamati dari ujung kepala sampai kaki. Nada bicaranya tidak bisa dibilang ramah, tetapi juga tidak kasar. "Sudah lihat Cody?"

Sasha mengiakan. Indah mengangguk. "Bagus kalau sudah lihat. Dia bukan dibesarkan oleh ibunya, wajar kalau nggak ada ikatan batin. Tapi sekarang kalian sudah bertemu, naluri antara ibu dan anak akan muncul. Aku yakin setelah ini kamu nggak akan tinggal diam."

Sasha hanya diam. Dia paham alasan Briar membawanya ke sini, yaitu supaya dia melihat anak yang dilahirkannya sendiri. Kalau belum bertemu, dia masih bisa bersikap keras hati. Namun, begitu bertatap muka, segala hal bisa luluh karena naluri seorang ibu.

Indah kembali berucap, "Duduklah, nggak usah bicara sambil berdiri."

Nelly lebih dulu duduk di samping Indah. "Nenek kelihatan capek. Akhir-akhir ini tidurnya nggak nyenyak ya?"

Dia melanjutkan, "Aku kenal seorang dokter pengobatan tradisional, sangat ahli dalam menjaga kesehatan. Mau aku panggil ke rumah untuk memeriksa kondisi Nenek?"

Indah meliriknya, senyuman kecil muncul di wajahnya. "Apa nggak merepotkan?"

"Nggak sama sekali." Nelly mendekat sedikit, nada suaranya manja. "Kalau Nenek sehat, kami semua baru bisa tenang."

Indah memujinya berbakti. Namun, ketika melirik Sasha, tatapan yang hangat itu berubah datar. Tak sampai menyiratkan kebencian, tetapi jelas-jelas menunjukkan bahwa dia enggan berurusan dengan Sasha.

Setelah duduk sesaat, Indah bangkit. Pelayan di dekat pintu segera menghampiri dan memapahnya. Dia berkata, "Kalian lanjut ngobrol saja. Aku agak capek."

Kemudian, dia memanggil, "Nelly, temani aku sebentar."

Nelly sempat tertegun, melirik ke arah Briar, lalu secara refleks menoleh ke arah Sasha juga. Namun, pada akhirnya dia tetap berdiri dan mengikuti Indah ke lantai atas.

Di ruang tamu hanya tersisa dua orang. Briar mengeluarkan kotak rokok, mengetuk bagian bawahnya pelan hingga sebatang rokok muncul, lalu langsung menyalakannya.

Sasha duduk agak jauh darinya, membuka suara lebih dulu, "Soal hasil pencocokan itu ... keluargamu sudah tahu?"

Briar mengangguk pelan. "Dokter Satya itu teman lama nenekku. Begitu hasilnya keluar, dia langsung memberi tahu keluarga."

Artinya, saran dokter yang merupakan satu-satunya pilihan yang tersisa itu juga sudah diketahui oleh pihak Keluarga Khamauri.

Sasha bertanya lagi, "Mereka ... gimana tanggapan mereka?"

Briar menatapnya sambil menggigit rokok, tak menjawab.

Tatapan itu membuat Sasha agak gelisah. Dia pun berucap, "Aku sudah memikirkannya. Kita bisa saja punya anak lagi. Sekarang teknologi medis sudah maju, nggak terlalu sulit."

Briar langsung menangkap maksudnya. "Program bayi tabung?"

Sebelum Sasha bisa menjawab, dia sudah meneruskan, "Awalnya aku juga berpikir begitu, tapi dokter nggak menyarankan. Katanya, proses bayi tabung terlalu banyak risiko. Cody mungkin nggak akan sempat menunggu."

Ekspresi Sasha berubah. Dia menarik napas dalam-dalam. Benar juga. Sore tadi dia sempat mencari informasi. Tingkat kegagalan bayi tabung cukup tinggi.

Tiga bulan lalu, kantor mengadakan pemeriksaan kesehatan tahunan. Hasilnya menunjukkan tubuhnya dalam kondisi kurang baik, daya tahan rendah. Sekalipun dia bersedia menanggung rasa sakit, belum tentu dalam waktu singkat bisa berhasil.

Sasha pun ragu sejenak. "Kalau begitu ... apa pendapat Nelly?"

Briar tertawa dingin. "Masalah ini nggak ada hubungannya dengan Nelly. Kamu sendiri yang harus memutuskan."

Sasha sebenarnya hanya bermaksud menghormati posisi Nelly yang tidak bisa dianggap orang luar. Namun, dia teringat bagaimana Indah memanggil Nelly ke atas. Kemungkinan besar untuk melakukan pendekatan khusus.

Jadi, dia tidak menanyakan lebih lanjut. "Baiklah, akan kupertimbangkan."

Sebenarnya tak perlu dipikirkan. Dia tahu, pada akhirnya dia pasti akan setuju.

Seperti yang dikatakan Indah. Begitu bertemu muka, dia tak akan bisa berpaling. Naluri seorang ibu itu nyata dan dia memang tidak sanggup melihat anaknya mati.

Tak tahu harus bicara apa lagi, Sasha berdiri. "Pak Briar, hari sudah malam. Kalau begitu, aku ...."

Briar mematikan rokoknya yang belum habis. "Aku akan minta sopir antar kamu pulang."

Di lereng bukit seperti ini, sulit mencari taksi. Sasha tidak menolak.

Briar mengantarnya keluar dari ruang utama. Di tengah lorong, tiba-tiba dia berhenti, berbalik menghadap Sasha. Wajahnya menunjukkan kejengkelan yang tak bisa ditahan lagi.

"Sasha, kalau kamu bersedia, untuk anak kedua ini, aku bisa bayar dua kali lipat. Gimana?"

Kemudian, dia menambahkan, "Atau kamu mau apa pun, kamu boleh minta. Yang penting bukan pernikahan."

Namun, semua itu tentu ada syaratnya. Tatapan Briar menjadi lebih dingin. "Tapi nanti, kedua anak itu nggak akan ada hubungannya lagi denganmu. Kamu nggak boleh bertemu mereka lagi."

Perhatian Sasha malah tertuju pada kalimat sebelumnya. Dia bertanya, "Waktu kalian ambil Cody, memangnya kalian kasih uang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 196 Dia Memang Pintar

    Sasha mengira Refan mengajak makan di rumah tradisionalnya yang ada di pinggiran kota. Ternyata bukan. Mobil melaju ke pusat kota dan berhenti di depan sebuah restoran bubur kesehatan.Ketika mereka sampai di ruang privat, Refan sudah berada di dalam bersama Persik. Keduanya duduk berdekatan dan ponsel diletakkan di tengah-tengah, entah apa yang sedang diputar sampai Persik cekikikan. Sementara itu, ekspresi Refan sulit dideskripsikan.Saking asyiknya menonton, mereka sampai tidak sadar Briar dan Sasha membuka pintu ruang privat.Briar mengetuk pintu sembari menegur, "Film dewasanya sudah boleh dimatikan. Kami sudah datang."Persik menoleh. Dia tersenyum geli dan berkata, "Menyebalkan. Ini pun bisa ketahuan sama kamu."Refan duduk tegak sambil menunggu Persik menyimpan ponselnya, lalu bertanya, "Kenapa janjian di sini? Sejak kapan kamu mulai peduli kesehatan?"Briar merangkul Sasha masuk, menarik kursi untuknya, dan membantunya duduk. Alih-alih menjawab pertanyaan Refan, dia malah bali

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 195 Jangan Terlalu Percaya Diri

    Lia langsung diusir pada malam itu. Ketika pergi, dia menangis histeris sambil mencengkeram lengan baju Indah. Dia berkata dirinya tidak ada maksud lain, hanya takut Cody terlalu dekat dengan Sasha, lalu tidak sanggup menerima jika Sasha pergi nanti.Lia juga mengungkit bahwa Indah selalu mengeluhkan hal itu. Dia hanya bermaksud meringankan kekhawatiran Indah saja. Cara bicaranya penuh perasaan, seolah-olah memang benar adanya.Sebenarnya Indah agak tidak rela melepas Lia. Dia juga ikut menitikkan air mata.Rizky ikut memberi komentar. Katanya Lia sudah menemani Indah hampir 50 tahun. Lebih dari separuh hidupnya dihabiskan bersama Keluarga Khamauri. Begitu tiba-tiba pergi, dia memang tidak punya tempat tujuan.Rizky berbicara tanpa kesan haru, sebaliknya malah mendengus dan berkata, "Sudah 50 tahun pun belum bisa membuatnya patuh."Sasha bertanya, "Dia diantar ke mana?"Sorot mata Rizky tampak licik, sementara mulutnya menjawab dengan serius, "Karena terlalu mendadak, ibuku cuma bisa m

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 194 Pertanda Ditinggalkan Semua Orang Terdekat

    "Kembali. Jangan gegabah," tegas Briar.Rizky menghentikan langkahnya, tetapi amarahnya belum mereda. Dia menoleh sambil membalas, "Kalau bukan dia, siapa lagi? Mereka juga bukan pertama kalinya melakukan hal ini. Kali ini, kamu nggak perlu turun tangan, biar aku yang merobek mulut wanita sialan itu."Briar bertanya, "Apa kamu lihat dia pernah datang?"Rizky seketika terdiam. Briar tidak menatapnya lagi, melainkan menoleh ke Cody dan bertanya dengan lembut, "Siapa yang bilang padamu? Siapa yang bilang kalau Mama akan tinggalkan kita?"Briar menatap Sasha sembari menambahkan, "Tanya sama Mama, itu nggak akan terjadi. Mana mungkin dia nggak menginginkan kita?"Rizky berkedip. Suasana hatinya berubah cukup cepat. Dia segera menimpali, "Benar. Mamamu sangat mencintai papamu. Mana mungkin dia tega pergi?"Rizky berdiri di samping Sasha. Dia menyenggol Sasha dengan lengan dan berujar, "Benar, 'kan? Cepat jujur pada Cody. Lihat, dia sudah ketakutan."Sasha berjalan mendekat, lalu mengusap uju

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 193 Satu Keluarga Selalu Bersama

    Sudah waktunya. Briar pergi mencetak hasil pemeriksaan. Dokter memang sudah menjelaskan barusan, tetapi Briar tetap mau melihatnya dengan saksama.Rizky mendekat. Dia hanya berseru tanpa mengatakan apa-apa.Setelah itu, mereka bertiga kembali ke rumah lama.Indah sedang menunggu di ruang tamu. Sebenarnya, tanpa memberitahunya secara khusus, dia sudah tahu hasilnya begitu melihat Rizky masuk sambil bersenandung. Dia lalu bertanya dengan sangat senang, "Sudah cetak hasil pemeriksaannya?"Briar menyerahkan hasil pemeriksaannya. Indah membacanya dengan serius, lalu mengembalikannya pada Briar. Dia menoleh ke Sasha sembari berkata, "Makan buah. Aku khusus meminta Bayu untuk membelinya. Semuanya baru sampai lewat pengiriman udara."Sasha mengiakan, lalu duduk di ruang tamu.Buah-buahan sudah dicuci dan dipotong. Baru saja dihidangkan, Vanessa dan Damian sudah pulang. Keduanya berjalan masuk dari koridor. Damian di depan, sedangkan Vanessa di belakang.Lantaran langkah Damian lebih besar, Van

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 192 Dia Bisa Pergi ke Mana Lagi?

    Rizky menoleh ke Vanessa dan bertanya, "Eh? Ada apa? Ucapanku juga nggak salah. Bukannya sudah ada Ibu di jamuan dengan Keluarga Kusman? Kalau yang lain ikut malah berlebihan."Rizky mengalihkan pandangannya, lalu menunduk untuk makan. Setelah berpikir sejenak, dia menambahkan, "Kalau ada Ibu, sebenarnya nggak perlu yang lain lagi."Vanessa membuka mulutnya, tetapi tidak berbicara.Sasha menatap Vanessa sekilas. Briar dan Rizky menyerangnya dengan gaya bicara yang sama. Vanessa sendiri merasa agak canggung dan seketika tidak menemukan kata-kata untuk membela diri.Hingga selesai makan, Indah dan Damian masih belum turun. Sasha juga tidak bertanya, hanya menunggu dengan tenang.Sementara itu, Briar dan Rizky juga sudah selesai makan. Rizky berdiri seraya berkata, "Aku ikut kalian. Lagi pula, aku juga nggak ada urusan. Sekalian jalan-jalan."Mereka bertiga keluar dari ruang tamu. Ketika berjalan di koridor, Sasha bertanya, "Kamu takut ibumu memarahimu setelah kami pergi, 'kan?"Rizky ter

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 191 Tidak Pergi

    Selesai makan malam, Sasha membawa Cody ke lantai atas. Cody sudah bermain seharian, jadi Sasha tidak perlu membujuknya tidur. Dia akan berbaring dan tidur sendiri. Setelah memastikan Cody terlelap, Sasha baru turun.Sasha sudah membersihkan diri dan naik ke ranjang. Biasanya dia belum bisa tidur pada waktu seperti ini. Namun karena sedang hamil, gejala lain tidak begitu terasa, hanya mudah mengantuk. Dia akan langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.Tak lama setelah berbaring, Sasha mulai mengantuk. Ketika sudah hampir tertidur, dia tiba-tiba teringat ucapan Indah siang tadi.Briar ada jamuan dengan Keluarga Kusman malam ini. Lagi-lagi untuk membahas urusannya dengan Nelly. Entah pukul berapa jamuan itu baru selesai dan bagaimana akhirnya.Pikiran itu sempat melintas di dalam benaknya. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Sasha sudah terlelap. Namun, matanya tiba-tiba terbuka beberapa saat setelah membalikkan badan. Suasana di kamar gelap, jadi dia tidak bergerak.Sasha dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status