Share

Bab 4 Bertindak

Author: Shanaya
Setelah tiga tahun, Sasha kembali lagi ke rumah Keluarga Aldiano. Rumah kecil model vila satu lantai itu tampak tenang. Gerbang utamanya terbuka, jadi dia langsung masuk.

Clara sedang duduk di sofa, mewarnai kuku kakinya. Ketika mendengar suara, dia menoleh, lalu kembali menunduk. Dia menyapukan kuas sekali dua kali lagi sebelum akhirnya bereaksi dan menoleh lagi.

Kemudian, dia berteriak dengan suara lantang, "Ibu, ada tamu!"

Karen sedang membersihkan dapur. Begitu mendengar suara, dia keluar sambil membawa lap di tangan. "Tamu? Malam-malam begini ...."

Belum selesai berbicara, dia melihat Sasha. Seketika, dia terdiam, lalu ekspresinya berubah. Dia mengibaskan kain lap di tangannya. "Kukira siapa, ternyata nona besar keluarga kita!"

Dia langsung berbalik badan dan masuk lagi ke dapur, suaranya semakin keras. "Cari ayahmu ya? Ayahmu lagi ada acara bisnis malam ini, nggak tahu jam berapa pulang. Kalau kamu terburu-buru, telepon saja. Kalau nggak, besok pagi saja ngomongnya."

Dia terus mengomel dari dapur, "Pantas saja dari tadi kelopak mata kanan terus kedutan. Rupanya pembawa sial datang ke rumah."

Sasha menoleh ke arah Clara, yang masih asyik mengecat kukunya, bahkan tampak sangat senang karena sambil bersenandung kecil.

Tanpa berbasa-basi, Sasha langsung bertanya, "Tiga tahun lalu, waktu kalian serahkan anak itu ke Keluarga Khamauri, kalian terima uang?"

Gerakan tangan Clara langsung terhenti. Dari dapur, Karen juga langsung diam.

Sasha melanjutkan, "Waktu itu kalian memohon agar aku mempertahankan bayi itu, lalu bilang kalau ikut mereka hidupnya akan lebih baik. Dari awal sampai akhir, semua omong kosong tentang demi kebaikan anak sebenarnya cuma akal-akalan kalian buat dapat uang banyak, 'kan?

Baru saja kata-kata itu selesai, dari dapur terdengar benturan keras. Karen melemparkan baskom ke atas kompor.

Suaranya pun lebih keras dari sebelumnya. "Siapa yang bilang kita ambil uang? Dasar anak durhaka! Waktu itu kamu sendiri nggak mau gugurkan anak itu, kita cuma kasihan lihat kamu nangis-nangis, makanya ikuti kemauanmu! Selama kamu hamil, kami rawat kamu, kasih makan enak, eh sekarang malah difitnah begini?"

Sambil mengomel, dia melangkah keluar sambil menggenggam kain lap. Matanya pun melotot ke arah Sasha. "Kamu itu belum nikah, hamil di luar nikah. Gimana bisa kamu besarin anak itu sendiri? Mau taruh di mana mukamu? Kita pikir panjang buat kamu, makanya anak itu dikasih ke ayahnya. Sekarang kamu malah nyalahin kami?"

Setelah berkata begitu, dia langsung melemparkan kain lap ke arah Sasha.

Sasha tidak menghindar. Kain lap basah itu menghantam tubuhnya dan menempel di bajunya.

Karen masih terus berteriak, "Kalaupun kami ambil uangnya, salahnya di mana? Dari hamil sampai melahirkan, kami yang urus kamu. Masa nggak layak dapat imbalan? Lagi pula, si Briar sudah tidur sama anak orang, masih bisa dapat anak tanpa keluar uang sepeser pun. Mana ada yang seenak itu di dunia ini?"

Sasha mengambil kain lap dari tubuhnya, lalu menatap Karen tajam. Mulut Karen masih terus bergerak, tetapi Sasha sudah tak lagi mendengar apa yang dia katakan.

Perlahan-lahan, Sasha melangkah mendekat. Karen melihatnya semakin dekat, jadi mengangkat tangan dan mencoba mencolek dahinya. Itu adalah kebiasaan lamanya, memaki-maki sambil menekan kening orang, sampai meninggalkan bekas merah.

Namun, kali ini Sasha tidak tinggal diam. Dia langsung meraih jari yang mengarah ke dahinya dan mengempaskannya dengan keras.

Makian dari Karen langsung berubah menjadi jeritan kesakitan. Clara yang masih mengecat kuku langsung melempar alatnya, lalu berlari nyeker ke arah mereka. "Sasha, kamu gila ya! Lepasin ibuku!"

Sasha mengambil kain lap tadi, langsung menyumpalkannya ke mulut Karen, lalu mendorongnya hingga terhuyung ke samping. Saat berikutnya, Sasha langsung menamparnya keras-keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 100 Kalian Lagi Merencanakan Kehamilan?

    Jangankan anggota Keluarga Khamauri, bahkan Afgan pun terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Apa kamu merasa nggak enak badan? Kelihatannya, kondisi tubuhmu baik-baik saja."Briar membalas, "Kami lagi mempersiapkan kehamilan. Apa aku perlu penyesuaian atau perawatan?"Afgan teringat kata-katanya saat terakhir datang. Dia melihat Sasha sambil bertanya, "Kalian lagi merencanakan kehamilan?"Afgan pun menambahkan sambil mengangguk, "Kalau begitu, kubantu periksa saja. Kehamilan adalah hal besar. Untuk persiapannya, sebaiknya benar-benar matang."Briar sudah melepas jasnya. Dia dengan perlahan membuka kancing lengan dan meletakkan tangannya di atas bantal untuk pemeriksaan denyut nadi.Proses pemeriksaan kali ini cukup cepat. Tak lama kemudian, Afgan memberi tahu, "Nggak ada masalah besar, tapi kondisimu memang kurang optimal. Kalau soal perawatan, sebenarnya nggak terlalu diperlukan. Yang penting kamu menghindari rokok, alkohol, dan bergadang. Kalau bisa melakukan hal-hal dasar itu dengan

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 99 Apa Denyut Nadiku Juga Perlu Diperiksa?

    Sasha duduk di kursi di tepi kolam ikan. Dia meletakkan Cody di pangkuannya. Sambil memeluknya dari belakang, dia membalas, "Aku juga merasa mereka nggak lapar."Cody bertanya lagi, "Mama, kenapa ikan-ikan ini berbeda dari gambar yang ada di buku?"Sasha tak bisa menahan tawa. Dia tak kuasa mencium pipi anaknya sebelum menimpali, "Papamu kaya, jadi ikan-ikan yang dia pelihara tentu saja berbeda dengan yang ada di buku."Briar dan Rizky sudah tiba di dekat mereka. Rizky berdecak sebelum berucap, "Kenapa semua pujian jatuh ke kakakku? Aku juga sering kasih makan ikan. Aku juga punya bagian dalam keberhasilan ini lho."Sasha terkejut dengan suara tiba-tiba itu. Dia menoleh dan melihat mereka berdua. Wanita itu pun berdiri dan bertanya, "Kenapa kalian datang ke sini?"Briar berjalan mendekat, lalu menggendong Cody sambil memberi tahu, "Sudah waktunya Cody minum obat."Cody segera merengek. Dia langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya di dada Briar. Bocah itu menolak, "Aku nggak mau mi

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 98 Kamu Ini Cukup Dramatis

    Indah memegang tasbih dan perlahan-lahan memutarnya di tangan, tanpa memandang ke arah Sasha. Namun, akhirnya dia berbicara, "Ada beberapa hal yang mau aku bicarakan denganmu."Kepala Indah tidak bergerak, hanya bola matanya yang melirik ke arah Sasha. Dia menatap wanita itu dengan ujung mata, lalu melanjutkan, "Aku nggak masalah kalau kamu bekerja, itu hakmu. Kamu bukan diikat oleh keluarga kami."Namun, Indah melanjutkan, "Aku sudah menyelidiki pekerjaanmu. Posisi yang kamu ambil itu cuma pekerjaan sampingan yang nggak terlalu penting, nggak punya masa depan, dan cuma pekerjaan bantu-bantu. Bisa dibilang cuma kerja keras tanpa hasil."Sasha tidak mengubah ekspresinya. Kata-kata Indah memang tidak enak didengar, tetapi itulah kenyataannya.Indah menarik napas dalam-dalam. Nada suaranya sedikit lebih lembut ketika menambahkan, "Tapi aku berharap, kamu bisa tahu mana yang lebih penting. Tubuhmu itu memang milikmu sendiri, tapi ingatlah bahwa keadaan Cody makin lama makin berisiko.""Seb

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 97 Hebat

    Wanita memang tidak sekuat pria dalam menahan pukulan. Trixie menangis sebentar sebelum akhirnya terdiam.Setengah menit kemudian, pintu kamar dibuka. Briar masih dengan penampilan yang sama seperti biasa. Dalam balutan setelan jas, dia terlihat tenang dan santai. Tidak ada yang menyangka bahwa dia baru saja menghajar orang lain.Sasha sedikit memiringkan tubuh dan mengintip ke dalam kamar. Sayangnya, dia hanya melihat dua pria yang tergeletak di lantai. Batang hidung Trixie tidak kelihatan.Briar pun menutup pintu dengan tangan kiri, tanpa terburu-buru mengajak Sasha pergi. Dia bahkan sempat meluangkan waktu untuk melihat-lihat ruang tamu. Ada noda darah di sofa yang merupakan darah Dylon. Kotak P3K terjatuh di samping sofa dan isinya berserakan, sementara asbak tergeletak di tengah ruangan ....Briar terus mengamati sembari berbicara, "Lumayan hebat. Satu lawan tiga dan masih bisa bikin lawan pingsan."Dari nada Briar, jelas itu terdengar seperti sindiran. Mendengar itu, Sasha langsu

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 96 Jujur Saja, Rasanya Cukup Memuaskan

    Dylon memang terluka. Namun, siapa pun bisa mengerahkan kekuatan terpendam saat sangat marah atau ketakutan.Kekuatan Dylon sangat besar. Dia merangkul pinggang Sasha masuk ke kamar dan langsung melemparkannya ke ranjang. Sekujur tubuh dan wajah Dylon berlumuran darah. Dia menatap Sasha dengan mata merah sambil menggertakkan gigi. Penampilannya agak mengerikan.Trixie menutup pintu dan tidak lupa memerintahkan Dylon. Katanya, "Cepat bungkam mulutnya. Jangan biarkan dia teriak. Cepat!"Trixie bersandar di pintu, lalu menunjuk ke arah Sasha yang ada di atas ranjang. Jarinya gemetaran karena panik. Dia bertanya, "Bukannya dia minum banyak bir? Kenapa bisa sadar secepat ini?"Sepertinya Trixie juga merasa masalah ini cukup rumit dan sulit dibereskan. Dia menambahkan, "Sekarang kita harus bagaimana? Kalau sampai dia sebarkan masalah ini, kita berdua ...."Trixie tidak menyelesaikan ucapannya karena tiba-tiba ada hantaman dan suara keras dari belakangnya. Pintu ditendang hingga terbuka. Trix

  • Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku   Bab 95 Memangnya Kamu Bisa Apa?

    Dylon melirik ponsel di tangan Sasha, tetapi jelas dia tidak terlihat gentar. Dia hanya menggeleng keras, mencoba mengusir rasa pusing dari kepalanya. "Kamu rekam pembicaraan kita? Lalu kenapa?"Dia mendengus pelan. "Hal yang kamu lakukan ini, Charlotte juga pernah lakukan. Tapi hasilnya? Dia tetap nggak bisa menyentuhku sedikit pun."Darah di bagian belakang kepalanya masih terus mengalir, kaus dalam putih yang dia kenakan sudah mulai berubah warna karena dibasahi darah. Dia pun sadar bahwa membiarkan lukanya mengalir begitu saja bukan pilihan. Dia berniat bangkit dan mencari kotak P3K.Namun, setelah beberapa kali mencoba menopang tubuhnya untuk berdiri, dia tetap gagal. Rasa sakit yang tadinya tertunda kini mulai menyerang hebat dan membuatnya terengah-engah. Pelipisnya berdenyut hebat dan seluruh kepalanya terasa seperti hendak meledak.Dylon mengangkat tangannya menunjuk ke suatu arah. "Carikan ... carikan aku ...."Belum sempat ucapannya selesai, dari arah pintu terdengar suara k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status