Share

Lelaki itu

“Kita masuk ke dalam saja.”

Meysila tahu jika Almira sedang tak baik-baik saja. Ia meminta agar sahabatnya itu berbicara semuanya di dalam rumah.

“Rumah sepi, Mey?”

“Iya. Kakak lagi di rumah Om, tadi aku yang nganterin. Nyokap lagi arisan kayaknya. Kalau bokap, kerja pulang malam biasanya. Eh, mau minum apa?” tawar Almira.

“Nggak usah. Aku nggak haus,” tolak Almira.

“Kalau gitu, kita bicara di kamar ya? Sekalian kamu istirahat di sana.”

“Makasih banyak ya, Mey,” ucap Almira dengan mata berkaca-kaca.

Almira dan Nadine naik ke kamar Meysila yang ada di lantai atas. Meysila sengaja membiarkan sahabatnya itu tenang terlebih dahulu agar bisa menceritakan segalanya dengan baik.

“Nadine mandi dulu, ya? Mau mandi sama Mama atau Tante?” tawar Meysila.

“Tapi aku nggak bawa baju ganti Nadine, Mey,” cegah Almira.

“Tenang. Ada baju ponakanku yang biasa main di sini. Kayaknya sih ukurannya sama. Masa iya nggak mandi dan ganti baju. Kamu juga nanti, mandi sama ganti baju punyaku aja. Oke?”

Almira tersenyum. Sahabatnya itu dari dulu tak pernah berubah. Meski kaya, dia tak sombong dan juga angkuh seperti kebanyakan teman yang lain.

“Nadine mandi sama Tante aja, deh. Boleh ya, Ma?” rengek Nadine.

“Hm, boleh nggak ya?” jawab Almira sambil tersenyum. “Coba tanya Tante, mau nggak?”

Nadine menengok Meysila.”Mau ‘kan, Tan? Mandi sama Nadine?”

Langsung Meysila bangkit dan menggendong Nadine lalu berputar, membuat anak itu bersorak riang.

“Ayo kita mandi! Biar nggak bau acem, kaya Mama,” kelakar Meysila membuat Almira menggeleng.

Almira membuka ponselnya. Menengok apakah ada pesan dari Zidan untuknya. Meskipun sudah ditalak, ia berharap Zidan mau meminta maaf padanya. Penyakit ke lamin yang dialaminya sama sekali bukan karena dirinya yang suka main serong, melainkan banyak hal termasuk perbuatan Zidan di luar sana.

Nyatanya, harapan tinggal harapan. Semua kosong. Tak ada pesan maupun panggilan untuknya. Hanya ada notifikasi dari operator jaringan yang menawarkan promo paket kuota bulanan.

“Ma, Nadine suka mandi di kamar Tante. Besar ada kolam busanya. Mama mandi sih,” ucap Nadine girang.

Almira memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu tersenyum. “Nadine betah tinggal di sini?” tanya Almira.

“Betah. Kita nginap di sini aja. Lagian Papa nggak akan cariin kita.”

Meysila hanya memperhatikan komunikasi keduanya. Baik Almira dan Nadine, keduanya tampak tak berhubungan baik dengan suaminya.

“Sini biar aku yang handukin.”

“OKe. Aku ambil baju ponakanku dulu. Itu minyak kayu putih ada di kotak P3K,” kata Meysila.

“Makasih, Mey.”

Meysila keluar kamarnya dan kembali dengan segera dengan beberapa helai baju di tangannya.

“Nih … Tante bawakan baju cantik milih ponakan Tante. Semoga pas di Nadine,” ucap Meysila.

“Yee … baju baru. Makasih, Tante baik. Nadine suka banget bajunya baru,” sorak Nadine girang.

“Anakmu lucu banget, Ra. Gemes aku dibuatnya,” ucap Meysila mencubit pipi Nadine.

Almira hanya menanggapi dengan senyum. Suara panggilan buat Meysila terdengar. “Mey, turun! Ada Raffi sama temennya datang,” panggil Vivian–Bundanya Meysila.

“Ya, Bun,” jawab Meysila. “Ra, kita turun ke bawah, yuk! Ada Raffi, pacar aku. Nanti aku kenalin kamu ke dia,” ajak Meysila.

“Kamu ganti pacar lagi?” tanya ALmira.

“Yaelah, kita kan dah lama nggak ketemu. Si Joni ya bukan lagi seleraku. Yang ini lebih keren, artis soalnya.”

“What? Seriusan artis?” tanya Almira kaget.

“Iya.”

“Raffi ahmad?”

“Bukanlah, Raffi Rafael. Makanya buru ayo turun! Biasanya dia main kalau jam break syuting atau mau berangkat syuting aja,” ajak Meysila.

Meysila menggendong Nadine turun ke bawah dan Almira mengikutinya.

“Sayang, maaf lama. Lagi ada temen soalnya,” ucap Meysila.

Almira kaget melihat lelaki yang datang ke rumah Meysila.

“Anak siapa, Yank?” tanya Raffi berganti menggendong Nadin.

“Nih, anak temenku. Kenalin, namanya ALmira. Mir, ini pacarku. Raffi Rafael dan itu … Adlyan Fairus Chandrama atau kamu bisa memanggilnya Bang Lyan.”

Almira mengulurkan tangannya pada Raffi lalu berpindah pada Lyan, namun Lyan enggan menjabatnya dan melengos.

“Fi, katanya kita sebentar,” ucap Lyan mengalihkan perkenalan singkat ini.

“Yaelah, baru juga ketemu bentar. Sabar napa, kita syuting habis maghrib nanti,” protes Raffi.

“Baiklah. Aku tunggu di mobil sepuluh menit, kalau lebih kamu aku tinggal!”

Adlyan beranjak dan pergi setelah mengabaikan perkenalan singkatnya dengan Almira.

“Dasar, cowok kulkas! Jadi artis aja sombong,” batin Almira mengumpat.

“Maaf, ya, ALmira. Teman aku itu emang lagi rada aneh. Biasa, habis putus sama ayangnya,” pungkas Raffi.

“Putus? Bukannya hendak lamaran Bang Lyan sama Raisa?” tanya Meysila kaget.

“Ya gitu. Lyannya tulus, ternyata Raisa cuma modus. Eh, Yank. Sore ini masak apa? Bawain bekal dong buat di lokasi syuting? Suka kangen masakan kamu kalau pas jam break istirahat malam,” ucap Raffi sambil mengelendot manja. Almira yang melihatnya aneh sendiri dan meminta agar Nadine ikut dengannya ke halaman depan.

“Sayang, kita ke depan, yuk! Lihat ikan,” ajak ALmira.

“Iya, Ma.”

Almira berjalan ke taman depan rumah. Tak sengaja mendengar percakapan Lyan di dalam ponselnya.

“Aku tak peduli. Singkirkan berita menjijikan itu dari media. Jangan lagi minta aku menemuinya! Paham?!”

Lyan menengok ke arah ALmira yang kepergok mendengarnya berbicara dalam telepon. Tanpa menanggapi, Lyan langsung masuk ke dalam mobilnya dan menutupnya dengan keras hingga Almira kaget.

“Dasar lelaki stress!!” umpat Almira lirih.

“Ma, ikan itu cantik. Makan daun yang ada di sana ya, Ma?” tunjuk Nadine membuat Almira kembali fokus pada anaknya.

“Biasanya ikan makan lumut atau serangga kecil penghuni air,” terang Almira membuat Nadine mengangguk paham.

Dari dalam mobil, Lyan memperhatikan Almira yang sedang bercanda riang dengan Nadine. Ada lengkungan kecil di wajahnya saat melihat keduanya tertawa. Sayangnya, Lyan tipe lelaki yang tak mudah menjalin komunikasi dengan orang baru dan dingin terhadap wanita. Hal itu juga yang seringnya membuat dia, terpaksa ditinggalkan atau meninggalkan para kekasihnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status