Share

Lelaki itu

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2022-10-13 22:39:47

“Kita masuk ke dalam saja.”

Meysila tahu jika Almira sedang tak baik-baik saja. Ia meminta agar sahabatnya itu berbicara semuanya di dalam rumah.

“Rumah sepi, Mey?”

“Iya. Kakak lagi di rumah Om, tadi aku yang nganterin. Nyokap lagi arisan kayaknya. Kalau bokap, kerja pulang malam biasanya. Eh, mau minum apa?” tawar Almira.

“Nggak usah. Aku nggak haus,” tolak Almira.

“Kalau gitu, kita bicara di kamar ya? Sekalian kamu istirahat di sana.”

“Makasih banyak ya, Mey,” ucap Almira dengan mata berkaca-kaca.

Almira dan Nadine naik ke kamar Meysila yang ada di lantai atas. Meysila sengaja membiarkan sahabatnya itu tenang terlebih dahulu agar bisa menceritakan segalanya dengan baik.

“Nadine mandi dulu, ya? Mau mandi sama Mama atau Tante?” tawar Meysila.

“Tapi aku nggak bawa baju ganti Nadine, Mey,” cegah Almira.

“Tenang. Ada baju ponakanku yang biasa main di sini. Kayaknya sih ukurannya sama. Masa iya nggak mandi dan ganti baju. Kamu juga nanti, mandi sama ganti baju punyaku aja. Oke?”

Almira tersenyum. Sahabatnya itu dari dulu tak pernah berubah. Meski kaya, dia tak sombong dan juga angkuh seperti kebanyakan teman yang lain.

“Nadine mandi sama Tante aja, deh. Boleh ya, Ma?” rengek Nadine.

“Hm, boleh nggak ya?” jawab Almira sambil tersenyum. “Coba tanya Tante, mau nggak?”

Nadine menengok Meysila.”Mau ‘kan, Tan? Mandi sama Nadine?”

Langsung Meysila bangkit dan menggendong Nadine lalu berputar, membuat anak itu bersorak riang.

“Ayo kita mandi! Biar nggak bau acem, kaya Mama,” kelakar Meysila membuat Almira menggeleng.

Almira membuka ponselnya. Menengok apakah ada pesan dari Zidan untuknya. Meskipun sudah ditalak, ia berharap Zidan mau meminta maaf padanya. Penyakit ke lamin yang dialaminya sama sekali bukan karena dirinya yang suka main serong, melainkan banyak hal termasuk perbuatan Zidan di luar sana.

Nyatanya, harapan tinggal harapan. Semua kosong. Tak ada pesan maupun panggilan untuknya. Hanya ada notifikasi dari operator jaringan yang menawarkan promo paket kuota bulanan.

“Ma, Nadine suka mandi di kamar Tante. Besar ada kolam busanya. Mama mandi sih,” ucap Nadine girang.

Almira memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu tersenyum. “Nadine betah tinggal di sini?” tanya Almira.

“Betah. Kita nginap di sini aja. Lagian Papa nggak akan cariin kita.”

Meysila hanya memperhatikan komunikasi keduanya. Baik Almira dan Nadine, keduanya tampak tak berhubungan baik dengan suaminya.

“Sini biar aku yang handukin.”

“OKe. Aku ambil baju ponakanku dulu. Itu minyak kayu putih ada di kotak P3K,” kata Meysila.

“Makasih, Mey.”

Meysila keluar kamarnya dan kembali dengan segera dengan beberapa helai baju di tangannya.

“Nih … Tante bawakan baju cantik milih ponakan Tante. Semoga pas di Nadine,” ucap Meysila.

“Yee … baju baru. Makasih, Tante baik. Nadine suka banget bajunya baru,” sorak Nadine girang.

“Anakmu lucu banget, Ra. Gemes aku dibuatnya,” ucap Meysila mencubit pipi Nadine.

Almira hanya menanggapi dengan senyum. Suara panggilan buat Meysila terdengar. “Mey, turun! Ada Raffi sama temennya datang,” panggil Vivian–Bundanya Meysila.

“Ya, Bun,” jawab Meysila. “Ra, kita turun ke bawah, yuk! Ada Raffi, pacar aku. Nanti aku kenalin kamu ke dia,” ajak Meysila.

“Kamu ganti pacar lagi?” tanya ALmira.

“Yaelah, kita kan dah lama nggak ketemu. Si Joni ya bukan lagi seleraku. Yang ini lebih keren, artis soalnya.”

“What? Seriusan artis?” tanya Almira kaget.

“Iya.”

“Raffi ahmad?”

“Bukanlah, Raffi Rafael. Makanya buru ayo turun! Biasanya dia main kalau jam break syuting atau mau berangkat syuting aja,” ajak Meysila.

Meysila menggendong Nadine turun ke bawah dan Almira mengikutinya.

“Sayang, maaf lama. Lagi ada temen soalnya,” ucap Meysila.

Almira kaget melihat lelaki yang datang ke rumah Meysila.

“Anak siapa, Yank?” tanya Raffi berganti menggendong Nadin.

“Nih, anak temenku. Kenalin, namanya ALmira. Mir, ini pacarku. Raffi Rafael dan itu … Adlyan Fairus Chandrama atau kamu bisa memanggilnya Bang Lyan.”

Almira mengulurkan tangannya pada Raffi lalu berpindah pada Lyan, namun Lyan enggan menjabatnya dan melengos.

“Fi, katanya kita sebentar,” ucap Lyan mengalihkan perkenalan singkat ini.

“Yaelah, baru juga ketemu bentar. Sabar napa, kita syuting habis maghrib nanti,” protes Raffi.

“Baiklah. Aku tunggu di mobil sepuluh menit, kalau lebih kamu aku tinggal!”

Adlyan beranjak dan pergi setelah mengabaikan perkenalan singkatnya dengan Almira.

“Dasar, cowok kulkas! Jadi artis aja sombong,” batin Almira mengumpat.

“Maaf, ya, ALmira. Teman aku itu emang lagi rada aneh. Biasa, habis putus sama ayangnya,” pungkas Raffi.

“Putus? Bukannya hendak lamaran Bang Lyan sama Raisa?” tanya Meysila kaget.

“Ya gitu. Lyannya tulus, ternyata Raisa cuma modus. Eh, Yank. Sore ini masak apa? Bawain bekal dong buat di lokasi syuting? Suka kangen masakan kamu kalau pas jam break istirahat malam,” ucap Raffi sambil mengelendot manja. Almira yang melihatnya aneh sendiri dan meminta agar Nadine ikut dengannya ke halaman depan.

“Sayang, kita ke depan, yuk! Lihat ikan,” ajak ALmira.

“Iya, Ma.”

Almira berjalan ke taman depan rumah. Tak sengaja mendengar percakapan Lyan di dalam ponselnya.

“Aku tak peduli. Singkirkan berita menjijikan itu dari media. Jangan lagi minta aku menemuinya! Paham?!”

Lyan menengok ke arah ALmira yang kepergok mendengarnya berbicara dalam telepon. Tanpa menanggapi, Lyan langsung masuk ke dalam mobilnya dan menutupnya dengan keras hingga Almira kaget.

“Dasar lelaki stress!!” umpat Almira lirih.

“Ma, ikan itu cantik. Makan daun yang ada di sana ya, Ma?” tunjuk Nadine membuat Almira kembali fokus pada anaknya.

“Biasanya ikan makan lumut atau serangga kecil penghuni air,” terang Almira membuat Nadine mengangguk paham.

Dari dalam mobil, Lyan memperhatikan Almira yang sedang bercanda riang dengan Nadine. Ada lengkungan kecil di wajahnya saat melihat keduanya tertawa. Sayangnya, Lyan tipe lelaki yang tak mudah menjalin komunikasi dengan orang baru dan dingin terhadap wanita. Hal itu juga yang seringnya membuat dia, terpaksa ditinggalkan atau meninggalkan para kekasihnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karena Bau Terasi    pelajaran

    ...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,

  • Karena Bau Terasi    masa lalu

    ...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang

  • Karena Bau Terasi    kebersamaan keluarga

    ..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya

  • Karena Bau Terasi    sah

    .."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han

  • Karena Bau Terasi    datang

    ..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al

  • Karena Bau Terasi    menemui

    .."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status