Share

tega

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2022-10-13 22:40:16

Malam ini Almira tidur di kamar yang sama dengan Meysila. Sebenarnya ada kamar tamu. Namun, Meysila sengaja mengajak Almira untuk menanyakan kenapa ia tiba-tiba meminta menginap.

“Ra, Nadine dah tidur?” tanya Meysila yang baru saja masuk kamar.

“Sudah. Tadi minta dibacakan dongeng, langsung merem dia. Anakku itu gampang kalau tidur. Didongengin bentar, langsung lelap.”

Almira duduk di sofa. Dan Meysila menyusulnya ikut duduk si sana.

“Pasti kamu ingin menanyakan kenapa aku menginap, kan?” tanya Almira sambil tersenyum.

“Ternyata keahlianmu jadi cenayang gak berubah, Ra. Jadi, kenapa?” tanya Meysila serius.

Almira menarik sudut bibirnya. Tersenyum di saat hatinya tak baik-baik saja, sungguh berat. Ditariknya nafas perlahan lalu dikeluarkan dengan teratur.

“Aku diceraikan Mas Zidan.”

“What?! Seriusan? Gila itu si Zidan. Masalahnya apa?” tanya Meysila kaget.

Almira beranjak dan mengambil hasil tes tadi. Memberikannya pada Meysila agar dia membacanya sendiri.

“Gonore? Ra … suamimu?”

“Bukan. Tapi aku yang mengidap penyakit menjijikan itu. Sayangnya, aku korban tapi aku yang dituduh melakukannya. Bukankah benar-benar menyedihkan, Mey?” tanya Almira sambil tersenyum getir.

“Kenapa bisa? Ini maksudnya gimana? Aku nggak ngerti,” tanya Meysila dengan rasa penasaran sekaligus bingung dengan ucapan sahabatnya itu.

“Beberapa bulan belakangan, Mas Zidan sering mengeluhkan tentang hubungan in tim kami yang … menurutnya kurang memuaskan. Aku juga sering mengalami sakit di bagian bawah sana dan juga badan yang selalu terasa kayak orang sakit setiap harinya. Pagi tadi, aku memaksakan diri periksa ke dokter spesialis dan itu hasilnya. Ya … aku mengidap penyakit menjijikan padahal aku sama sekali tidak pernah melakukan sesuatu hal selain dengan suamiku sendiri. Suaka mengatakan, jika kemungkinan aku tertular oleh suamiku dan aku tidak tahu jika dia yang membawa virus bakteri itu.”

“Kamu nggak tahu suamimu suka jajan di luar?”

Almira menggeleng.

“Parah ini mah. Kalau kamu sih aku yakin 100% setia. Kalau lakimu itu, hm … kagak yakin. APa perlu kita selidiki?” tanya Meysila.

“Untuk sekarang aku fokus kesehatan. Suaka bilang, aku cukup kontrol rutin dan mengkonsumsi obat yang dia resepkan.”

“Suaka? Dokternya Suaka?” tanya Meysila kaget.

“Iya. Bukan dia yang periksa barang milikku. Tapi saudaranya yang juga dokter di rumah sakit itu. Cewek sih, ya kali aku diubek-ubek barangnya sama Suaka si kutu kupret.”

“Inget aja kalau dia si kutu kupret. Tapi dia dah mau nikah kayaknya yang aku denger dari Raffi.”

“Nikah sama siapa? Ya, emang seharusnya angkatan kita udah pada nikah. Kamu kapan?” ejek Almira.

“Aa Raffi lama ngajak nikahnya. Katanya nunggu mbaknya yang di Ausy nikah. Hadewh, ternyata digantung itu tak enak ya. Tapi mau gimana lagi, cintaku sama Aa Raffi sudah kepalang tanggung.”

“Udah begituan?”

“Ish, ya enggak lah.Kami ini pasangan bersih dan nggak aneh-aneh. Paling nyicip dikit doang,” kelakar Meysila.

“Hm, awas kebablasan. Dah, minta buruan halalin aja. Nggak baik nunda lama-lama.”

“Emang diskon apa? Pake acara buru-buru.Aa Raffi suka sewot kalau diburu-buru nikah. Bunda juga udah bilang kalau mau serius jangan lama-lama. Ya, aku sih manut takdir aja. Jodoh tak akan lari ke mana. Ya ‘kan?”

“Hm. Iya-in aja deh. Tidur yuk! Ngantuk ini. Besok niatnya aku mau pulang ke rumah dan ngajar lagi di sekolah. Dah libur tiga hari nggak berangkat, takut di DO.”

“DO macam kuliah saja. Ya dah, markidur. Mari kita tidur, demi hari esok yang lebih baik.”

Almira menggelar kasur lantai agar membiarkan Meysila dan Nadine tidur di atas ranjang. Meski awalnya tidur bersama di atas, ia berpindah saat Meysila sudah terlelap.

****

“Pake mobilku saja, ya?” ucap Meysila saat Almira hendak pulang ke rumahnya.

“Iya, Ra. Mobil Om Gemal nggak dipakai kok yang hitam. Om Gemal tadi pakai yang putih ke kantor,” imbuh Vivian.

“Ayah sudah berangkat, Bun? Pagi bener?”

“Ya begitulah ayahmu kalau lagi sibuk. Pergi pagi pulang pagi demi kita semua.”

"Itu namanya lelaki," seloroh Maeylani.

Akhirnya Almira pulang dengan menaiki mobil pajero sport hitam milik Gemal.

“Ma, hari ini kita sekolah, ya?” tanya Nadine.

“Iya, Sayang. Nadine seneng?”

“Seneng, Ma. Pasti temen-temen sudah nungguin kita.”

Almira tersenyum. Anaknya itu sangatlah polos hingga masalah berat orangtuanya itu, jangan sampai membuat tawanya memudar. Nadine semangat Almira kini. Tujuannya adalah sehat. Perihal masalah Zidan, ia akan memikirkan pelan-pelan nanti.

Mobil sampai di depan pintu gerbang. Almira yang kebetulan melihat mobil Zidan, gegas turun.

“Assalamualaikum,” salam Nadine.

Zidan yang baru saja bangun tidur karena kesiangan, merasa marah dengan kedatangan Almira.

“Oh, bagus ya? Pergi dari pagi sampai pagi lagi. Jual diri kamu?” teriak Zidan.

Almira menutup telinga Nadine agar tak mendengar omelan Zidan.

“Nadine ke mobil dulu ya? Nanti baju gantinya Mama bawa ke mobil. Kita pakai di sekolah saja,” ucap Almira pada Nadine.

“Iya, Ma.”

Nadin gegas ke mobil dan tinggallah kini Zidan dan Almira yang saling menatap tajam.

“Bisa nggak, Mas, kalau bicara jangan kasar begitu di depan Nadine? Dia masih polos dan tak tahu apa-apa!” balas Almira kesal.

“Alah! Pandai mengalihkan pembicaraan. Dasar wanita murahan! Kamu memang pantasnya dibuang seperti sampah. Wanita menjijikan dan lebih baik kemasi semua barangmu. Tak sudi rasanya menyentuh tubuhmu lagi yang penuh dosa itu!”

Plak!

“Jaga bicaramu, Mas. Aku memang mengidap penyakit menjijikan. Tapi aku yakin, ini adalah kamu penyebabnya. Kamu tak percaya karena kamu belum melakukan pemeriksaan. Jika kamu sudah melakukannya, aku yakin kamu menyesal telah membuangku dan Nadine!”

Almira beranjak ke kamarnya dan mengambil beberapa pakaiannya dan Nadine. Tak lupa, ia membawa beberapa dokumen penting termasuk sertifikat rumah.

“Ini punyaku! Jangan harap kamu bisa memperdayaku dan membawa semua hartaku, Almira. Kamu tak punya hak sepeserpun atas apa yang aku miliki. Kamu harusnya tahu, pekerjaanmu hanyalah guru TK dan gajimu hanya cukup untuk membeli pembalut bulananmu saja!” sentak Zidan merebut kembali sertifikat yang sudah Almira masukkan dalam koper.

“Keterlaluan kamu, Mas? Kita berjuang sama-sama dari nol. Rumah ini kita beli dari hasil menabung. Setidaknya, aku akan amankan sebagai harta gono gini jika bercerai. Kenapa kamu jadi sekejam itu?” ucap Almira tak terima.

“Kejam kamu bilang? Biaya hidupmu dan Nadin saja sudah mahal dan aku harus peduli setelah ini? Jangan harap!”

Zidan keluar dari kamar Almira dengan membawa barang berharga yang hendak Almira bawa.

“Tunggu saja, Mas. Karma pasti akan berlaku untuk suami laknat sepertimu!” umpat Almira dalam hati. Walau sebenarnya ia ingin menghabiskan sisa tenaganya untuk memaki dan melawan Zidan, tapi ia teringat Nadine yang menunggunya di luar. Ia gegas meninggalkan kamar setelah mengemasi semuanya. Biarlah rumah ini jadi kenangan. Setidaknya, anaknya masih diperbolehkan ikut bersamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karena Bau Terasi    pelajaran

    ...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,

  • Karena Bau Terasi    masa lalu

    ...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang

  • Karena Bau Terasi    kebersamaan keluarga

    ..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya

  • Karena Bau Terasi    sah

    .."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han

  • Karena Bau Terasi    datang

    ..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al

  • Karena Bau Terasi    menemui

    .."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status