Mobil berhenti di kediaman rumah Tsamara dan Amel. Keduanya Baru sama-sama melakukan pekerjaan seharian.
"Kamu yakin nggak mau di temani?" tanya Tsamara.
"Nggak usah Tsamara. Kamu masuk saja. Lagi pula ini hanya sebentar saja," jawab Amel sahut Amel.
"Ya sudah kalau begitu aku langsung masuk saja," sahut Tsamara membuka sabuk pengamannya.
"Kamu hati-hati ya," ucap Tsamara.
"Iya," jawab Amel. Tsamara pun langsung keluar dari mobil dan Tsamara masih menunggu kepergian mobil Amel.
Huhhhh.
Tsamara menghela nafasnya lalu memasuki rumahnya. Namun bersamaan dengan Andre yang juga ingin masuk.
"Andrea tunggu!" langkah Andre terhenti ketika duanya sudah sama-sama memasuki rumah tersebut.
"Ada apa?" tanya Andre dengan suara dinginnya.
"Andre kamu sudah beberapa kali bolos kuliah. Jika seperti ini kamu tahun ini juga tidak akan bisa lulus. Jadi aku minta sama kamu untuk lebih memperhatikan kuliah kamu," ucap Tsamara berikan nasihat kepada Andre
"Biasanya kamu tidak pernah peduli dengan apa yang ada di rumah ini dan termasuk tidak peduli dengan bagaimana aku di rumah ini. Kamu tidak ikut-ikutan dan kenapa sekarang Kamu seolah ikut-ikutan memberikan nasehat kepadaku sama seperti Amel," sahut Andre.
"Aku mengatakan semua ini bukan sebagai kita berdua tinggal satu rumah. Tetapi aku mengatakan semua ini sebagai seorang Dosen dan kamu mahasiswa ku dan bukan hanya kamu. Jika itu mahasiswa lain aku juga akan menegurnya. Kamu harus lebih memperhatikan kuliah kamu. Jangan seperti ini. Kamu harus berusaha agar bisa lulus tahun ini," tegas Tsamara dengan bijak yang memang berperan sebagai seorang Dosen yang mengingatkan mahasiswanya. Karena selamat tinggal bersama Andre dan juga yang lainnya Tsamara sama sekali tidak pernah ikut campur dengan urusan keluarga tersebut.
Andre hanya diam saja dengan saling melihat dengan Tsamara. Namun di luar sana di dalam mobil Mahendra yang mengikuti Tsamara. Mahendra yang berada dalam dalam mobilnya melihat bagaimana Tsamara dan Andre. Meski keduanya sudah memasuki rumah tersebut.
Namun dinding di bagian bawah tokoh tersebut memang terbuat dari kaca dan terlihat dari luar bagaimana situasi di dalam. Jadi Mahendra melihat dengan jelas bagaimana Tsamara dan Andre.
Andre juga meninggalkan Tsamara. Mungkin Andre tidak ingin terlalu banyak berbicara dengan Tsamara mendengarkan ceramah dari Tsamara lebih baik dia memilih untuk pergi. Tidak lama Tsamara pun menyusul yang keduanya sama-sama menaiki anak tangga
Mahendra masih berada dalam mobilnya yang terlihat mengawasi bahkan mengangkat kepalanya melihat lantai dua rumah Tsamara. Lampu yang tadi mati dan sekarang hidup. Mungkin lampu kamar Tsamara.
"Siapa laki-laki itu?" tanya Mahendra.
"Saya tidak tahu tuan bagaimana hubungan mereka. Tetapi yang saya tahu, mereka tinggal bersama," jawab Angga.
"Cih!" Mahendra mendengar pernyataan dari Robby langsung mengendus kasar yang terasa jijik.
"Setelah bersama banyak laki-laki dan ternyata dia juga punya cadangan di dalam rumahnya yang tinggal bersamanya. Wanita ini benar-benar sangat murahan," umpat Mahendra yang terlihat kesal dengan tangannya mengepal.
"Sepertinya kehidupannya benar-benar sangat sempurna. Dia bahkan tidak mendapatkan karma setelah berhasil menghancurkan rumah tangga orang. Perjalanan hidupnya sangat baik-baik saja. Memang harus aku yang harus memberimu karma," batin Mahendra dengan penuh dendam.
**********
Tsamara keluar dari kamarnya dengan buru-buru. Tsamara tampil sangat cantik malam ini dengan menggunakan dress putih selututnya dengan lengan pendek. Rambutnya yang di ikat di bagian tengahnya yang di beri kriting di bagian bawahnya yang membuat dirinya semakin cantik. Dengan polesan make up sedikit.
Tsamara tanpa menggunakan make up emang sudah sangat terlihat sangat cantik. Karena Tsamara memang cantik sejak lahir.
"Mau kemana kamu Tsamara?" tanya Indah.
"Hari ini istri dari Om Bayu kak Tari sedang ulang tahun. Jadi mereka ada acara makan malam di rumah mereka. Tsamara mau ke sana sebentar," jawab Tsamara.
"Oh begitu pantes kamu terlihat cantik sekali," puji Indah.
"Kakak bisa saja," sahut Tsamara.
"Ya sudah kak kalau begitu Tsamara pergi dulu ya kak!" ucap Tsamara pamit.
"Ya sudah kamu hati-hati ya," ucap Tari. Tsamara menganggukkan kepalanya dan langsung pergi.
*********
Hujan deras turun begitu lebat. Cuaca sejak tadi memang tidak cerah dan malam ini di balas dengan hujan yang begitu deras. Tsamara yang baru selesai menghadiri acara makan malam kerabatnya di salah satu Apartemen.
Tsamara yang merasa tidak enak pada tubuhnya dan merasa pusing memilih untuk pulang terlebih dahulu. Sebelumnya Tsamara memang sudah tidak enak badan dan dia memaksakan pergi karena merasa tidak enak dengan istri Omnya yang satu-satunya menjadi kerabatnya.
"Astaga ada apa dengan kepalaku. Kenapa tiba-tiba aku pusing. Kamu sih Tsamara seharusnya tidak terlalu memaksakan diri dan lihat akibatnya," ucap Tsamara dengan memijat kepalanya yang terasa berat.
Sementara di parkiran Apartemen ada Mahendra yang baru sampai yang pasti di setiri oleh Angga.
"Tuan ingin saya melakukan apa?" tanya Angga lihat tuannya dari kaca spion.
"Aku memintamu mu untuk membawa wanita itu besok ke hadapanku," jawab Mahendra
"Baiklah tuan," jawab Robi.
"Kalau begitu kau pulanglah. Aku mau istirahat," titah Mahendra yang langsung keluar dari mobilnya.
Mahendra yang juga terlihat lelah langsung memasuki Apartemen yang ternyata sama dengan Apartemen yang Tsamara ada di dalamnya. Tsamara masih berjalan di koridor Apartemen dengan tangannya yang terus memijat kepalanya.
Mahendra juga akhirnya memasuki area koridor Apartemen dan melihat Tsamara yang membuat Mahendra kaget.
"Wanita itu!" lirih Mahendra.
"Untuk apa wanita itu ada di sini," batin Mahendra.
"Tsamara!" tiba-tiba Bayu memanggil Tsamara yang membuat Tsamara menghentikan langkahnya sementara Mahendra tidak tahu apa yang dilakukannya malah bersembunyi di balik dinding.
"Om!" sahut Tsamara dengan suaranya terlihat serak yang sudah berhadapan dengan Bayu.
"Kamu sakit?" tanya Bayu dengan memegang kening Tsamara dengan punggung tangannya.
"Tidak kok Om, hanya tidak enak badan saja," jawab Tsamara.
"Ya sudah biar kamu Om antar ya," ucap Bayu dengan khawatir terhadap keponakannya itu.
"Tidak usah Om. Tsamara bawa mobil kok," tolak Tsamara.
"Kamu terlihat pucat Tsamara dan tidak baik. Jika pulang sendirian. Jadi Om akan antar kamu," Bayu memang tidak akan membiarkan Tsamara pulang dalam keadaan seperti itu.
"Kamu jangan keras kepala. Lihat kamu tidak baik-baik saja," Bayu memegang lengan Tsamara dan dari tempat Mahendra berdiri terlihat sangat romantis kedua pasang tersebut. Namun Mahendra tidak mendengar apa yang dibicarakan Bayu dan juga Tsamara.
"Aku sudah tidak bisa mendeskripsikan wanita ini. Sangat wanita murahan. Tetapi ini sudah sangat keterlaluan dan bahkan sudah tidak punya harga lagi. Kau benar-benar menguji kesabaranku," batin Mahendra dengan amarahnya yang semakin memuncak melihat Tsamara yang seperti itu.
"Om, sebentar minta izin sama Tante kamu dulu. Kamu tunggu sini ya," ucap Bayu. Tsamara menganggukkan kepalanya. Mau tidak mau memang dia harus menurut. Karena kepalanya yang semakin berat yang memang tidak memungkinkan dia untuk menyetir yang ada akan membahayakan dirinya sendiri. Tsamara bersandar pada dinding untuk menjadi penopang tubuhnya sementara Bayu kembali memasuki apartemennya untuk meminta izin kepada istri.
Tiba-tiba Mahendra keluar dari persembunyiannya dan berjalan di koridor kamar-kamar dengan langkah yang panjang dan tatapan mata yang sangat tajam yang semakin lama langkah itu semakin dekat ke arah Tsamara.
Tsamara menoleh ke arah Mahendra yang menghentikan langkahnya tepat di samping Tsamara di depan salah satu kamar. Tidak ada yang di pikirkan Tsamara dan dia mengalihkan tatapannya yang tetap berdiri pada tempatnya.
Sementara Mahendra di mana jarinya yang mengetik tombol sandi. Sepertinya itu adalah Apartemen Mahendra.
Ting.
Pintu terbuka silahkan masuk.
Suara otomatis itu terdengar membuat Mahendra melangkah masuk. Namun langkahnya terhenti dan tiba-tiba menarik tangan Tsamara yang memang sangat dekat di sampingnya yang membuat Tsamara kaget saat dirinya tertarik masuk kedalam.
Setelah Tsamara dan Mahendra memasuki apartemen tersebut. Apartemen tersebut langsung tertutup dan barulah Bayu datang.
Bersambung
Bayu yang sudah sampai tempat itu kebingungan yang tidak melihat keberadaan Tsamara dengan Bayu yang melihat lurus kedepan dan tidak ada siapa-siapa."Di mana Tsamara. Dia nekat pulang sendiri," Bayu bertanya-tanya yang tidak menemukan sang keponakan."Ya ampun Tsamara, kamu benar-benar keras kepala. Heran ya sama kamu. Kamu terlalu mandiri dan merasa sangat kuat dan sampai sudah seperti itu pun memilih untuk pulang sendiri, apa salah menunggu om sebentar," Bayu berpikiran jika Tsamara sudah pulang terlebih dahulu. Tanpa diketahui Bayu jika keponakannya berada di dalam apartemen yang ada di depannya.Bruk.Mahendra langsung menghempaskan Tsamara ke sofa dengan kuat yang membuat Tsamara kaget."Apa yang kau lakukan?" pekik Tsamara."Siapa kau?""Mau apa kau?"Tsamara bertanya-tanya dengan wajah kaget yang tidak percaya jika dirinya ditarik masuk ke dalam Apartemen itu begitu saja.Tsamara melihat di sekelilingnya. Apartemen mewah yang di masukinya, bisa di pastikan sang pemilik bukan o
Mahendra yang bahkan membuka bagian kancing kemejanya tanpa melepas ciuman di leher jenjang Tsamara. Tangan yang satunya juga mengusap-usap punggung Tsamara yang mencari pengait dari pakaian yang di kenakan Tsamara sampai akhirnya Mahendra menemukan pengait dress itu dan menurunkan res Tsamara.Tsamara hanya terus memberontak dengan tubuh yang pasti tidak diam. Namun pergerakan itu membuat Mahendra semakin di penuhi dengan gairah."Kau benar-benar bajingan lepaskan aku bajingan, lepaskan!" Tsamara mengumpat, memberikan makian pada Mahendra. Mahendra merasa bising dengan makian keluar dari mulut Tsamara.Mahendra menghentikan sebentar aktivitas menyenangkan itu dan terlihat bangkit dari tubuh Tsamara. Mahendra mengambil sapu tangan dan menutup mulut Tsamara dengan sapu tangan tersebut.Mahendra menyunggingkan senyum dan membuka kancing kemejanya satu persatu yang sangat puas melihat wanita yang di bawahnya sudah tidak berdaya. Tidak bisa mengeluarkan suara lagi dan tangannya juga yang
"Tuhan kenapa harus aku? Kenapa harus aku. Apa salahku.?Kenapa engkau tidak menolongku. Kenapa engkau membiarkan laki-laki pijat itu memperkosaku. Kenapa?" teriak Tsamara dengan suaranya yang serak dan dadanya yang terasa sesak."Sekarang aku sudah tidak berguna lagi. Aku sudah menjadi wanita kotor, wanita yang menjijikkan, wanita sampah," Tsamara terus mengutuk dirinya, menyalahkan sang pencipta dengan apa yang terjadi.Tsamara menganggap jika kejadian yang menimpanya malam itu adalah mimpi buruk di dalam hidupnya. Namun ternyata tidak sama sekali. Itu adalah kenyataan. Sangat sial Tsamara yang di perkosa dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.Di paksa untuk melakukan hubungan itu tanpa ada perasaan apa-apa tanpa ada persetujuan dengan kehormatannya yang di jaganya selama 23 tahun di renggut paksa dan tidak ada cinta dalam melakukan hubungan tersebut***********Setelah merasa cukup tenang akhirnya Tsamara menghidupkan mesin mobil untuk segera pulang. Sementara dikediaman T
Ibu kota Jakarta yang menjadi pemandangan setiap harinya, macet yang tidak melihat waktu mau malam atau pagi dan sama seperti malam ini. Macet tidak kunjung usai.Seorang wanita cantik berkulit putih dengan rambut se dadanya yang di gerai. Berada di dalam mobil yang duduk di kursi pengemudi. Tsamara Amanda Rawles. Wanita yang berusia 23 tahun itu terlihat serius yang membolak-balikkan berkas-berkas yang tidak tahu apa yang di kerjakannya."Sudah mengajukan proposal ke Perusahaan yang ini dan itu. Tetapi tidak ada satupun yang percaya pada Perusahaan kami," batin Tsamara yang terlihat putus asa dengan rasa lelahnya."Sangat sulit untuk hidup di ibu kota seperti ini. Sudah berjuang tetapi tidak sampai puncak karir. Hanya tetap mentok di situ-situ aja,"Bruk.Pintu mobil yang tiba-tiba terbuka. Masuk seorang wanita cantik yang langsung duduk di sebelah Tsamara dengan membawa kantung plastik."Rame banget yang beli makanya aku lama," keluh wanita tersebut."Memang sangat ramai," sahut Tsa
Mobil Mahendra berhenti di depan rumah mewah miliknya. Pria dengan berkulit putih itu keluar dari mobilnya dengan langkah kakinya yang jenjang. Rahang kokoh yang mengeras dengan wajah memerah sehingga urat lehernya sangat terlihat menegang. Terlihat kemarahan di wajahnya yang meluap-luap yang ingin segera di ledakkan."Karin!" teriak Mahendra.Karin yang berada di dalam kamarnya yang baru selesai mandi yang mendengar suara Mahendra yang menggelar."Itu bukannya suara kak Mahendra? kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?" tanya Karin kebingungan."Karin!" Teriak mahendra dengan suaranya semakin keras dan membuat Karin langsung buru-buru keluar dari kamarnya."Kak ada apa?" tanya Karin dengan wajahnya yang panik melihat wajah Mahendra seperti seorang monster yang ingin menerkam mangsanya.Mahendra langsung melemparkan foto ke wajah Karin yang membuat Karin kaget sampai matanya terpejam. Lalu Karin membuka matanya dan melihat foto yang terbuka di atas lantai."Apa hubungan kamu dengan w
Tsamara keluar dari salah satu ruang kelas. Tsamara yang berjalan di koridor kampus dengan menggunakan kaca mata minusnya yang berjalan serius dengan membolak-balik buku yang di pegangnya. Sampai Tsamara tidak menyadari ada seorang pria paruh baya yang berjalan dari arah depannya sehingga membuat mereka bertabrakan.BrukBuku yang di pegang Tsamara jadi jatuh."Maaf pak," sahut Tsamara yang mengangkat tangannya. Tsamara langsung berjongkok untuk mengambil bukunya yang jatuh."Saya yang salah Tsamara!" sahut pria berkacamata itu yang langsung berjongkok membantu Tsamara"Sudah pak tidak apa-apa. Ini semua salah saya," sahut Tsamara yang mengambil bukunya. Namun tangan pria itu juga ingin mengambilnya yang terakhir memegang tangan Tsamara. Tsamara yang menyadari hal itu merasa risih dan langsung menjauhkan tangannya."Maaf pak sekali lagi," ucapnya gugup dan langsung berdiri."Tidak apa-apa Tsamara, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Pria itu memegang lengan bagian atas Tsamara melihat hal
Setelah menemui Bayu Tsamara keluar dari dalam Club dan kembali kedalam mobil."Bagaimana sudah beres?" tanya Amel."Sudah Amel!" jawab Tsamara dengan memakai sabuk pengamannya."Ya sudah kalau begitu kita langsung pulang. Aku sudah lelah," ucap Tsamara."Ya sudah terserah kamu saja," jawab Amel. Amel langsung menarik gas mobil dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang.*********Tidak berapa lama akhirnya Tsamara dan Amel sampai juga di kediaman rumah mereka. Di mana keduanya tinggal di ruko berlantai 2. Lantai utama di gunakan sebagai usaha kecil-kecilan toko roti dan lantai kedua sebagai rumah.Mereka juga tinggal di tempat strategis yang memang di pinggir jalan raya di tengah kota yang memang cocok untuk usaha mereka."Siapa itu?" tanya Tsamara saat melihat ada 2 orang Pria berbadan tegap yang berdiri di kediaman toko mereka dan berhadapan dengan seorang wanita muda yang berusia sekitaran 35 tahunan."Aku juga tidak tahu siapa yang di temui kak Indah?" tanya Amel penasa