Share

5. Wanita Itu

Sebuah mobil van dan satu mobil escalade berwarna hitam berhenti tepat di depan gedung perusahaan pakaian ternama di negeri ini. Kelima mamber B-Men berjalan memasuki gedung mewah tersebut sambil bersenda gurau. Hari ini B-Men akan melakukan sesi pemotretan produk terbaru mereka. 

Karena terlalu asik mengobrol Vino, member B-Men yang berjalan paling depan tanpa sengaja menabrak seorang wanita yang sedang kerepotan membawa beberapa pakaian di kedua tangannya.

“Aduh!”

“Maaf, ya. Aku benar-benar minta maaf,” ucap Vino sambil membantu mengambil pakaian yang terjatuh kemudian menyerahkannya pada wanita itu.

“Hmm, tak apa.”

“Oh ya, So-nya?” Vino melirik nametag yang dipakai wanita di hadapannya. “Apa ini pakaian untuk sesi foto kami?”

Untuk sesaat wanita itu kembali melihat beberapa pria yang berdiri di hadapannya dan tersadar. “B-Men? Oh ya, benar! Semua pakaian ini untuk sesi foto kalian,” jawab Sonya sambil tersenyum. “Baru saja mau aku antarkan ke ruangan kalian.”

“Kalau begitu, sini biar kubantu!” kata Vino menawarkan diri hingga membuat member lainnya saling pandang heran melihat sikap Vino yang tiba-tiba ramah sekali pada wanita. 

“Oh, tak perlu. Mana mungkin aku membiarkan seorang bintang membawakan barang mereka sendiri.”

“Tak apa. Kelihatannya kamu juga cukup kesulitan membawa semua pakaian itu.” Vino pun mengambil beberapa potong pakaian dari tangan Sonya sambil tersenyum manis, kemudian berjalan mendahului wanita itu menuju ke ruang ganti mereka. 

Sesi pemotretan kali ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Kelima member B-Men begitu natural berpose dengan pakaian-pakaian elegan bertema serupa. Selama pemotretan berlangsung, Sonya selalu siap memberikan instruksi urutan pakaian yang akan di foto sesuai konsepnya.

Sonya bekerja di perusahaan fashion ternama bernama Artemis. Tren fashion para artis berawal dari label perusahaan ini.  Saat ini Sonya yang mendapat tanggung jawab untuk mempromosikan pakaian tren pria untuk bulan ini dan bekerja sama langsung dengan B-Men sebagai brand ambasador mereka tentu saja merasa senang sekali. Karena dia juga merupakan salah satu penggemar B-Men yang cukup loyal. Tidak terhitung banyaknya poster dan postcard yang dia kumpulkan di kamarnya. Berkebalikan dengan Sofie yang sama sekali bukan penyuka boyband seperti Sonya. Hal itulah yang membuat Sonya benar-benar kaget saat melihat berita tentang Rexa dan Sofie tadi pagi.

Sonya merapikan kembali semua pakaian yang digunakan dalam sesi foto tersebut. Setelah pekerjaannya selesai, Sonya duduk beristirahat di sudut ruang studio foto sambil membaca pesan singkat dari Sofie di ponselnya. Sofie mengabarinya kalau gadis itu akan lembur malam ini dan meminta Sonya untuk makan di luar saja, karena Sofie yang biasa bertugas menyiapkan makanan untuk mereka tidak dapat membuatkan makan malam. 

Tanpa Sonya sadari seseorang sudah duduk di sampingnya dan dengan cepat mengambil ponselnya kemudian mengetikkan beberapa nomor lalu mengembalikannya lagi.

“Nomormu sudah kusimpan. Jangan lupa simpan nomorku, ya!” kata Vino sambil memberikan sebuah botol minuman jus pada Sonya. “Dan terima kasih untuk kerja kerasmu hari ini. Nanti aku telepon. Bye!” ucap Vino tersenyum memesona kemudian bergegas pergi karena jadwal pekerjaan selanjutnya telah menanti.

Jangan tanya bagaimana perasaan Sonya mendapat senyuman pria itu. Dada Sonya bergemuruh. Wanita itu melompat-lompat kecil kegirangan dan segera menyimpan nomor yang diberikan Vino di ponselnya.

Jadwal B-Men selanjutnya adalah wawancara eksklusif di stasiun TV X-Zone. Semua member B-Men sudah berkumpul di ruang studio. Hanya Rexa yang belum siap di tempatnya.

Rexa sedang menenangkan diri di dalam toilet. Entah kenapa setiap masuk studio di stasiun TV ini selalu membuat perasaannya menjadi tidak enak. Mungkin karena luka di masa lalunya belum juga hilang.

Rexa kembali menghela napas panjang, berusaha melupakan semua hal buruk yang dulu pernah terjadi di tempat ini dan segera bergegas ke studio siaran untuk wawancara. 

Saat menyusuri lorong menuju studio siaran, tanpa sengaja Rexa berpapasan dengan Kaisha Danita, aktris cantik yang tengah naik daun yang juga memiliki julukan sebagai dramaqueen karena perannya di berbagai film drama. Kaisha pun menyapa seniornya itu dengan ramah sambil tersenyum manis. 

“Apa kabar, Kak?”

“Baik. Seperti yang kamu lihat,” jawab Rexa dingin. 

“Kudengar akhir-akhir ini banyak sekali gosip yang menghampirimu. Apa benar sekarang Kakak punya pacar baru? Katanya kali ini bukan dari kalangan artis, tapi orang biasa? Benarkah itu?”

“Sejak kapan kamu peduli tentang siapa pacarku?”

“Aku hanya prihatin saja dengan gosip-gosip yang menimpa Kakak. Apalagi sekarang B-Men sedang mendunia. Jangan sampai karir B-Men rusak karena gosip tidak penting itu.”

“Untuk apa kamu peduli pada karir B-Men? Pikirkan saja karir cemerlangmu itu, jangan sampai hancur karena kelakuanmu!”

“Kenapa dingin sekali, sih? Apa Kakak masih mempermasalahkan tentang hal yang lalu?”

“Tidak. Anggap saja tidak pernah ada.” Rexa menatap Kaisha tajam dan dingin kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kaisha yang hanya menanggapinya dengan senyum tipis. 

“Jelas-jelas dia masih memikirkan hal itu saat menatapku. Hah ... bukankah sudah kubilang ‘jangan pakai hati’!” gumam Kaisha lalu berjalan pergi dengan angkuhnya.

Syuting wawancara eksklusif berjalan dengan baik, untungnya berita tentang gosip yang sedang beredar sama sekali tidak ditanyakan karena Nick sudah memblokir semua pertanyaan seputar kehidupan pribadi Rexa. Jadi wawancara ini hanya fokus mengulik tentang musik juga karir mereka.

“Okay, guys. Terima kasih untuk kerja keras kalian hari ini. Ayo kita pulang dan beristirahat. Aku benar-benar lelah. Sampai ketemu besok.” Nick bertepuk tangan singkat kemudian pamit untuk pulang lebih dulu.

“Aku juga sudah mengantuk sekali,” sahut Calvin sambil menguap lebar. “Kasur mana kasur?” ucapnya dengan mimik wajah yang lucu. 

“Kalau begitu aku juga duluan, ya. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini!” ujar Rexa cuek sambil mendahului teman-temannya menuju mobilnya. 

“Memangnya sejak kapan kamu pulang ke rumah kita? Terakhir kali kamu pulang itu sudah tiga minggu yang lalu!” protes Calvin. 

“Benarkah? Aku sama sekali tak ingat,” sahut Rexa sambil tersenyum tipis. 

“Kalau begitu, aku ikut denganmu saja, Rex!” Vino pun menyusul Rexa yang berjalan lebih dulu. 

“Memangnya kamu mau ke mana?” Rexa menatap Vino heran. 

“Mau fitness,” jawab Vino asal. 

“Aneh. Jadwal fitness-mu kan setiap pagi. Haaaa ... jangan-jangan kamu ada kencan dengan wanita, ya?” selidik Calvin penuh curiga. 

Vino tertawa, “Aku tak pandai berbohong seperti Rexa rupanya.”

“Hei ... enak saja kamu bilang aku pandai berbohong!” protes Rexa sambil merengut. 

“Sudahlah, ayo jalan! Nanti aku pinjam mobilmu ya, Rex. Aku malas ambil mobil di basecamp,” cetus Vino sambil merangkul Rexa menuju mobil. “Sampai nanti kawan-kawan!”

“Ayo kita pulang!” Zhen pun mengajak Calvin dan Kenzie menuju mobil mereka. “Aku antar kalian pulang dulu, karena aku juga ada urusan malam ini.”

“Hah?! Kamu juga mau pergi?” tanya Calvin sambil merengut. “Apakah hari ini adalah hari kencan nasional?”

“Sudahlah Vin, kan masih ada aku. Aku akan menemanimu kencan malam ini. Kamu mau ke mana? Apa makan malam romantis?” sahut Kenzie sambil tertawa.

“Daripada berkencan denganmu lebih baik aku melajang,” sungut Calvin jengkel.

Mobil escalade hitam Rexa berhenti di sebuah caffe and bar terkenal langganan para artis untuk melepas segala penat mereka.

“Kamu mau kujemput lagi nanti?” tanya Vino saat Rexa turun dari mobil. Dia sedikit khawatir dengan kebiasaan buruk Rexa yang satu ini.

“Tidak perlu. Nanti aku pulang naik taksi saja. Sudah sana! Jangan biarkan wanita itu menunggu!”

“Oke. Jangan buat masalah di sini ya, kawan! Kendalikan dirimu dan tetap buat dirimu sadar!” Vino menasehati Rexa sebelum tancap gas.

Vino tiba di sebuah restoran favoritnya dan melangkah menyusuri beberapa set meja makan. Di sudut kanan dekat jendela besar, seorang wanita berambut ikal ombak sebahu duduk menunggu sambil melihat pemandangan malam melalui kaca jendela disampingnya.

“Hai, Sonya!” sapa Vino saat berdiri di samping meja Sonya. “Maaf membuatmu menunggu.”

“Tak apa,” sahut Sonya sambil tersenyum canggung.

“Aku sengaja mengajakmu ke sini, karena hanya restoran inilah satu-satunya tempat yang aman dari penggemar kami,” jelas Vino sambil menyunggingkan senyum terbaiknya.

Sonya tergelak. “Iya, aku juga heran dengan sikap para penggemar kalian yang seperti itu. Terlalu cinta mati pada kalian sampai temanku ikut jadi korbannya.”

“Memangnya temanmu itu kenapa?” tanya Vino heran.

“Ah, itu loh yang baru-baru ini menjadi gosip hanya karena tidak sengaja bertemu dengan temanmu.”

“Benarkah?! Apa temanmu itu wanita yang sedang digosipkan bersama Rexa?” tanya Vino tak percaya disertai anggukan kecil dari Sonya. “Apa dia baik-baik saja?”

“Hmm, sepertinya tidak. Dia kewalahan dengan sikap penggemar kalian. Tadi pagi saja dia dikerjai oleh beberapa penggemar Rexa,” cerita Sonya. “Tapi ... apa benar tidak apa-apa kalau kita bertemu seperti ini? Aku kan hanya pegawai wardrobe biasa,” tanya Sonya sedikit khawatir sambil melihat ke sekelilingnya.

“Kenapa bicara begitu? Memangnya kenapa kalau kita bertemu? Apa kamu takut seseorang akan mengetahuinya? Apa pacarmu akan marah?”

“Bukan itu maksudku. Aku belum punya pacar, tapi aku lebih takut dengan penggemar fanatik kalian dan juga ... paparazi,” sahut Sonya sambil tersenyum tipis.

Vino tertawa melihat mimik wajah Sonya saat mengucapkan kata paparazi. “Kalau itu kan sudah kubilang tadi. Kita aman di sini,” balas Vino dengan suara rendah seakan berbisik.

“Tapi, tetap saja aku khawatir. Aku tidak ingin kalian diserbu gosip yang tidak baik hanya gara-gara orang seperti aku dan temanku,” jelas Sonya pelan. “Biar begini, aku penggemar kalian, loh! Jadi aku benar-benar tidak ingin kalian terlibat masalah.”

“Apa maksudmu dengan 'orang seperti kamu dan temanmu'? Kalian bukan alien, kan?”

“Walaupun kami bukan alien, tapi apa pantas kalau kami dekat dengan artis seterkenal kalian?”

“Siapa yang bilang tidak pantas? Tentu saja wanita cantik sepertimu pantas dekat dengan kami. Kami ini cuma manusia biasa, loh! Bahkan aku sungguh berterima kasih kamu sudah mau menjadi penggemar kami dan aku tidak akan membiarkan para penggemar fanatik kami mengganggumu,” timpal Vino sambil tersenyum manis membuat wajahnya semakin tampan hingga membuat desiran aneh merayap di jantung Sonya dan membuatnya berdebar kencang.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status