Catatan : Saya tidak ikhlas dan berkenan konten dan alur cerbung saya ditiru dan diplagiat, hargailah saya telah susah payah menulisnya.***Aku kembali ke rumah, tanpa si Om, ajudan yang kerap mendampingi Mas Yadi tidak bisa mengantarku pulang, entah dilarang atau dia yang enggan, aku pun tak bisa memaksa atau memintanya, tak mengapa aku akan menyetir sendiri.Jika akhirnya rumah tangga ini harus kandas karena masalah perselingkuhan dan aku membalas dendam dengan mengungkapkan korupsinya, maka tak mengapa aku akan menerima keputusannya. Selama ini aku sudah menjalani hidup yang keras, jadi bukan tak mungkin diri ini mengisi hari sendiri dan berjuang, aku pasti kuat.Sesampai di rumah, ternyata tempat itu sudah ramai oleh petugas dan mereka terlihat sibuk, wajah mereka ditutup masker dan terlihat sedikit terkejut mendapati aku yang datang. Pun aku yang tiba lebih lama dari mereka menjadi heran apa yang mereka lakukan tanpa menunggu kehadiranku, pemilik rumah."Selamat sore, ada ap
Derap langkah kaki terdengar dari ujung lorong menuju ke tempat aku berada sekarang, aku yakin itu adalah Mas Yadi yang digiring oleh 4 orang petugas menuju ruangan Danrem dan aku menantinya dengan nafas tertahan.Saat dia masuk tatapan mata kami bertemu dan sorot mata penuh dendamnya berkilat ke arahku.Namun aku menundukkan wajah sesegera mungkin agar pria itu tak mengintimidasiku."Siap, Komandan, Saya sudah datang memenuhi panggilan," ujar Mas Yadi."Sini kamu?" ujarnya atasannya itu ambil mendekat dan melayangkan sebuah tamparan keras.Sesaat Mas Yadi terkesiap namun tetap bersikap tenang dan menahan diri."Apa yang sudah kamu lakukan? Siapa yang memerintahkan penyitaan?""Siap, saya tidak tahu, Pak," jawab Mas Yadi seiring dengan jawaban itu sebuah pukulan mendarat di pelipisnya membuatnya langsung terjatuh."Dan apa yang kamu lakukan pada istrimu?"Mas Yadi menatapku yang amsih menangis dengan seksama, lalu menatap komandannya."Izin Pak, Saya tidak mungkin melakukan ini, wa
Aku akan masuk, Ya!Wanita yang entah cocok kusebut apa, dia sedang ingin menukar tambah cincin yang dia curi kemarin."Oh, Ibu mau jual?" tanya si asisten."Anu ... Sebenarnya saya kehilangan sertifikatnya, jadi gimana ya, Mbak, saya mau jual murah aja, atau saya tukar tambah," ujarnya setengah berbisik pada pelayan toko."Oh, begitu ya, kalo begitu kami akan periksa keaslian, kadar emas cincinnya dan karatnya," sambung si pelayan."Oh, baik, silakan," jawab Kartika dengan nada terburu-buru.Sang asisten toko langsung membawa cincin alat khusus untuk melihat kualitas cincin sedang si jalang menunggu dengan penuh gaya, hari ini ia mengenakan dress selutut dengan mantel senada khas wanita Korea, sekali lagi ia menjiplak gayaku. Bagaimana tidak, wanita lusuh yang selalu berdaster dan sudut matanya selalu sembab karena sedih menahan lapar, terlihat amat gaya setelah menumpang hidup denganku dan merebut suamiku.Dengan senyum santai kuhampiri ia yang sibuk memperhatikan jejeran perhiasan
Sekembalinya dari kantor polisi,asisten dan kedua anakku sudah gelisah menunggu di rumah. "Ma, mama dari mana?" tanya Siska."Ada sedikit urusan," jawabku tersenyum tipis."Nyonya ada telepon dari korem sejak tadi," ujar Bibi sambil mengarahkan aku mengangkat gagang telepon rumah."Baik, Bi, makasih ya." Aku segera menuju telepon dan menjawab panggilannya."Halo, Selamat malam, saya Letnan Heri, saya penyidik untuk kasus Letkol Suryadi, boleh saya bertanya?""Siap, Pak, tentu boleh," jawabku."Ibu sudah memberitahu kami, bahwa ada indikasi penggelapan dana oleh suami Ibu dan kami sedang memeriksanya sekarang. Yang ingin saya ketahui lebih lanjut adalah kemana aliran dana hibah tahap kedua, di mana Anda sendiri sudah memberitahu kami bahwa suami Anda sudah menerimanya? Apakah Anda tidak tahu sama sekali, kira-kira uang itu kemana?"Tiba-tiba pertanyaan salah satu polisi militer yang bertugas menyelidiki kasus Yadi membuat ternggorokanku kelat. Akankah ini hanya pertanyaan jebakan
Sesuai rencana, Kartika terlihat naik taksi yang kurasa dia akan pergi ke alamat yang kuberikan tadi, ada 40 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana, dan aku akan memanfaatkan itu untuk menggeledah rumahnyaSuasana yang lengang dan kedua anaknya yah entah di mana membuatku leluasa. Pintu depan memang dikunci namun ia lupa dengan pintu belakang yang hanya ditutup rapat.Dasar, wanita ceroboh.Aku dan Novita masuk dan menggeledah ke dalam, sedangkan Ajudan Mas Yadi akan menunggu di blok lain agar tetangga dan orang sekitar tidak curiga."Ayo, Novita, kita harus cari berkas dan menemukan apa saja yang bisa memberatkan Mas Yadi.""Iya, Bu tapi kita harus waspada, wanita itu bisa datang kapan saja," ujarnya.Baik, ayo, kamu bisa geledah ruang tamu dan lemari TV, sedang aku akan menggeledah seluruh kamarnya.Dengan gerak cepat kubuka pintu kamar dan memindai keadaan kontrakan si jalang. Rumah ini cukup bagus untuk ukuran sebuah kontrakan, jadi perabotannya juga lengkap.Kubuka le
Bagaimana bisa mereka begitu berani mengancamku, adakah yang aku lewatkan selama ini sebagai ibu Dandim, adalah aturan atau kode khusus yang membuat istri tentara harus menahan diri untuk melapor, adakah kami akan mengalami nasib tragis jika nekat memperkarakan seorang atasan? mereka mengancam membunuh untuk membuatku mundur, tapi mereka berhadapan dengan orang yang salah.Rasanya tak sabar diri ini menunggu hari esok, sepanjang malam aku tah memeriksa rekening koran, bukti dan daftar transaksi terakhir yang terjadi di rekening milikkku danilik Mas Yadi. Biasanya suamiku memang tak memegang banyak uang selain uang bensin dan rokok bulanan, jadi aku tahu persis sebanyak apa yang dalam rekeningnya.Tidak ada yang mencurigakan, namun anehnya, kalau memang dia sudah menerima dana hibah tahap kedua, lalu uangnya kemana?Ah, kepalaku pusing.Sejak kehadiran Kartika dalam hidup suamiku segalanya berantakan, hari hariku tak tenang seolah dikejar ketakutan yang menegangkan, setiap detik yang
Masih lekat dalam ingatanku tadi betapa menegangkannya proses bertemu Pak Danrem, dan betapa berhati-hatinya aku ketika berbicara dengannya, urat-urat di kepalaku rasanya ditarik kencang sehingga sedikit membuatku pusing dan kelelahan. Aku harap setelah sederet bukti yang kuberikan proses peradilan bagi Mas Yadi akan segera dilaksanakan, aku ingin tahu tuntutan apa yang diajukan oditor, dan hukuman apa yang akan diberikan majelis hakim. Andaikata, suatu hari Mas Yadi bertaubat atas perilaku jahat dan berjanji tak akan mengulangi, mungkin masih terbuka pintu hati, demi kebahagiaan anak-anak juga. Tapi jika dia bersikeras mempertahankan Kartika,. Maka ia harus menghadapi setumpuk tuntutan dariku yang anggap saja sebagai hadiah terakhir untuknya."Semoga semuanya berakhir adil untuk semua orang," batinku sambil mengendarai mobil.** Sesampainya di rumah.Kuparkir mobil di garasi lalu masuk lewat pintu samping, senyumku langsung terbit ketika mendapati kedua anakku sudah menunggu dan m
Kukendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah Pak Danrem untuk melaporkan apa yang telah terjadi kepadaku. Bagaikan mimpi aku sendiri tidak percaya bahwa aku dianiaya oleh para tentara yang jelas-jelas mengambil sumpah tidak akan mencelakai rakyat yang seharusnya mereka lindungi. Seharusnya aku lebih diprioritaskan karena istri tentara, nyatanya sama saja.Wajahku terluka bekas gagang senjata yang diayunkan dengan keras, sampai sekarang hal itu sini cukup membuat kepalaku sakit dan berdenyut. Aku akan membalas mereka yang sudah berani menyakitiku dengan cara apapun juga.Tak.jauh dari Komando Resort Militer ada dua gedung, jika berjalan kaki 500 maka akan terlihat jejeran rumah berpagar besi dengan cat yang didominasi warna hijau, di sanalah rumah Bapak Danrem berada.Ternyata ada dua penjaga yang sedang berjaga di sana, dan aku harus melapor ada mereka sebelum boleh masuk ke dalam pekarangannya.Sebenarnya aku cukup malu hampir tiap hari menemui atasan suamiku, namun apa daya