Share

BAB 3 - Kerja Tim 1

Flashback

"Nanti Hana ikut keluar kota sama Anisa dan lainnya," ucap Marco kepada Hana yang sedang duduk di meja kerjanya. Ini pertama kalinya Hana ikut pekerjaan keluar kota setelah beberapa bulan bekerja. Membuat dirinya begitu semangat. Kebetulan sudah lama juga ia tidak pergi ke luar kota.

"Loh, kenapa Hana, Mas?" tanya Risa yang juga berada di dalam ruangan tidak jauh dari mereka.

"Biar Hana bisa belajar, Ris. Kamu kan sudah sering," jelas Marco seraya pergi keluar dari ruangan tim administrasi dan kreatif. Muncul wajah kesal yang tertangkap oleh Hana sekilas. Membuat perasaan tidak enak mucul dibenaknya.

"Gak apa-apa, nih, An ...," Hana memastikan Anisa jika ia ikut tidak akan ada masalah.

"Sudah, tenang aja. Bos kan yang nyuruh," ucap Anisa menenangkan agar Hana tidak khawatir.

"Sudah lah, gak usah di pikirin, si Risa. Memang gitu ...," tambah Anisa dengan suara pelan dengan menepuk punggung tangan Hana. Rupanya Anisa juga sadar jika Risa ingin ikut pergi juga.

🌼🌼🌼

Hari keberangkan tiba, mereka semua sudah berkumpul di studio. Mereka sepakat untuk berkumpul sebelum jam 7 pagi. Studio masih tutup hanya mereka yang akan berangkat yang ada di tempat. Tujuan mereka untuk pekerjaan kali ini adalah sebuah vila baru di puncak.

Setelah menempuh perjalan berjam-jam mereka sampai ditempat tujuan. Syukurlah, jalan menunju puncak kali ini tidak terlalu padat. Di depan vila sudah ada orang sedang duduk di beranda depan villa yang memiliki dua lantai dengan bangunan kayu bergaya tradisional. Sepertinya pemilik vila, yang mereka dengar pemiliknya adalah Ayah dari teman atasan mereka.

Semilir angin sejuk menyambut mereka ketika sudah keluar dari mobil. Hawa sejuk dan hijaunya kebun teh yang yang ada disekitar vila membuat suasana menenangkan dan sejuk begitu terasa. Sangat berbeda dengan suasana kota. Akses menuju vila juga terbilang mudah untuk dilewati dengan mobil.

Hana dan lainnya bergegas menuju ke vila. Mereka disambut ramah oleh sang pemilik. Diperkirakan usia beliau hampir enam puluh tahun yang masih tampak sehat dan bugar. Saat masuk ke dalam vila tampak interior yang bergaya tradisional yang terlihat mewah dan elegan. Terasa sekali nuansa hangat ketika masuk ke dalam vila.

Tidak ingin membuang waktu, setelah semua persiapan selesai mereka semua langsung bersiap mengambil foto dan vidio.

"Anisa, Hana ... bantu modelnya bersiap, ya," pinta Yudha kepada mereka berdua.

Pekerjaan kali ini ada dua sekaligus. Pertama, promosi vila. Kedua, dengan sebuah brand pakaian yang sengaja di lakukan secara bersamaan dengan model yang sama.

🌼🌼🌼

“Salat dulu yuk, sekalian istrihat," ajak Yudha pada yang lain. Waktu salat zuhur telah tiba beberapa saat yang lalu.

Mereka bergegas bersiap untuk sholat terkecuali, Hana. Ia sedang berhalangan. Jadi, ia memilih untuk duduk di beranda sambil menikmati segelas teh hangat yang sudah disediakan. Dari tempat Hana duduk, bisa terlihat mereka yang sedang sholat di ruang tengah. Yudha yang jadi imam sholat. Terlihat dari sorot matanya menatap kagum pada Yudha. ‘Selain mempunyai wajah yang tampan ia juga rajin sholat’, ucap Hana dalam hati. Sebuah senyum tipis terlukis di bibir Hana.

"Benar-benar suami idaman", Hana bergumam. Ia terus memandangi mereka yang sedang sholat selama beberapa saat.

Sementara menunggu yang lain salat. Hana memilih berjalan-jalan di sekitar vila. Ia memandangi setiap inci keindahan alam sang Maha Kuasa. Rasa tenang merasuk ke dalam dirinya yang tidak ia dapat di kota. Udara sejuk dan jauh dari hiruk pikuk serta bisingnya metropolitan. Ia menghirup nafas dalam, menikmati setiap sensasi udara yang ia hirup masuk ke dalam tubuh. Membuat jiwanya semakin terasa damai.

Terdengar suara seseorang melangkah dari arah belakang, mengalihkan perhatiannya. Hana berbalik. Ia mendapati Yudha yang sedang berjalan ke arahnya.

"Han, makan siang di dalam. Sudah di siapkan, ayo," ajak Yudha.

"Oh, iya ...,"

Hana melangkahkan kakinya mengikuti Yudha di belakang. Terlihat Yudha memperlambat langkahnya agar berjalan beriringan dengan Hana. Tak ada yang bicara mereka hanya diam. Seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Besok ... free?" tanya Yudha memulai pembicaraan.

"Kenapa?"

"Gak sih, cuma mau ajak keluar aja," ucap Yudha menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Boleh aja sih, tapi mau kemana?"

"Liat besok deh kemana," jawab Yudha mengakhiri pembicaraan ketika mereka sudah sampai di dapur. Terlihat semua sudah berada di meja makan.

Yudha menarik kursi kosong yang ada untuk Hana, mempersilahkannya duduk. Kemudian ia duduk di sampingnya.

"Ayo makan, jangan malu-malu," ujar pemilik rumah kepada mereka.

"Alhamdulillah, kebetulan laper banget pak. Masakannya enak-enak juga, ya kan?" sahut Azmi dengan tawa kecil. Membuat suasana menjadi lebih hangat.

"Kalau mau jalan-jalan sebentar habis ini bisa. Biar sama, Pak Tarji ...," tawar Pemilik Vila. "Tinggal dikit aja lagi kan setelah ini?"

"Iya, Pak ... tinggal dikit lagi," kali ini Anisa yang bersuara dengan semangat saat mendegar jalan-jalan.

🌼🌼🌼

Mereka semua sepakat untuk jalan-jalan di sekitar kebun teh sekaligus mengambil beberapa foto. Setelah selasai mereka berjalan menuju kebun teh yang tidak jauh dari vila.

Menyusuri jalan yang di sekeliling dipenuhi kebun teh yang hijau. Sesekali mereka mengambil foto untuk mengabadikan momen lewat foto. Sesekali mereka meminta Pak Tarji mengambil foto yang tentunya sebelum mengambil foto diajari oleh Yudha terlebih dahulu, agar mereka semua bisa ada di dalam foto. Semuanya tampak senang menikmati momen kebersamaan. Setelah merasa cukup, mereka memutuskan kembali ke vila untuk melanjutkan pekerjaan yang hampir selesai.

"Hati-hati, Han," Yudha mengulurkan tangannya saat jalan agak menurut tajam dan juga agak licin.

Awalnya Hana tampak ragu untuk meraih tangan Yudha, ia menatap Yudha. Yudha mengisyaratkan agar Hana segera meraih tangannya dengan menganggukan kepala beberapa kali tanpa mengalihkan tatapannya dari Hana. Melihat itu Hana meraih tangannya Yudha.

Tangan mereka masih bertaut selama beberapa saat, ketika sebuah suara menginstrupsi, "Jalannya sudah aman, Yud," goda Azmi yang ada dibelakang mereka. Mendengar itu mereka langsung melepas tangan mereka. Hana memilih berjalan lebih dulu.

"Han ... coba liat deh," Anisa menujukkan sebuah foto, story WA dari Risa teman kantor mereka. Terlihat sebuah foto bagian wajah ditutup stiker. Tanpa caption. Mereka berdua melihat ke arah belakang di mana Yudha sedang berjalan di belakang mereka. "Jaket Yudha, kan, ya? sama tuh."

Hana memastikan lagi melihat foto dengan jaket yang dipakai Yudha. Sama persis. Muncul perasaan tidak senang sekaligus penasaran disaat bersamaan dibenak Hana.

"Yud, ini kamu? sama tuh jaketnya," tanya Anisa mengarahkan layar ponselnya ke muka Yudha dengan nada menggoda saat Yudha sudah ada di depan mereka.

"Apa yang sama?" Yudha melihat ke ponsel dengan seksama. "Bukan ... sama aja kali." Yudha melanjutkan langkahnya.

"Dih, bilang aja, iya. Orang kita-kita sering kok liat kalian berdua jalan bareng berdua," ucap Anisa lagi sambil berjalan di belakang Yudha.

"iya, kan, satu project. Karena itu terlihat sering bereng," jelas Yudha dengan menyankinkan.

Anisa menggedikkan bahunya menatap Hana yang ada di sampingnya, memberi isyarat bahwa ia tidak percaya dengan ucapan Yudha. Karena ia yakin jika Yudha ada hubungan lebih dari teman dengan Risa.

"Sering tuh Han, mereka pergi bareng berdua. Banyak kok saksinya," jelas Anisa pada Hana yang baru saja masuk di kantor mereka beberapa bulan lalu. Masih belum terlalu tahu pergosipan di kantor.

Sementara itu, Hana sibuk dengan pikirannya. Jika, Yudha dekat dengan Risa, mengapa Yudha mengajaknya pergi keluar. Namun, jika tidak memilki hubungan. Lalu, mengapa Risa berani mengunggah story foto Yudha walaupun dengan wajah ditutup.

'Tapi Yudha bilang gak ada apa-apa. Hanya seproyek makanya dekat. Mungkin hanya Risa yang suka,' batin Hana menyakinkan dirinya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status