Karma Pengkhianatan Calon Suamiku

Karma Pengkhianatan Calon Suamiku

last updateLast Updated : 2025-02-17
By:  AnaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
26Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Pernikahan Yudha dan Marisa membuat Farhana Terpuruk. Farhana merasa dibodohi dan juga membuang-buang waktunya selama ini. Sedih, marah bahkan kecewa terhadap dirinya sendiri yang tidak menyadari akan tanda-tanda yang terlihat jelas bahwa Yudha dan Marisa memiliki hubungan bukan hanya sekedar teman. Kehadiran Ali dikehidupan Hana membuat Yudha sadar jika ia salah memilih Risa. Bagaimana Hana melewati hari-harinya yang hampir setiap hari bertemu dengan Yudha, akankah Farhana rela menjadi orang ketiga untuk menghacurkan rumah tangga Sabil dan Marisa ketika marah dan cinta masih ada didalam hatinya? Atau memilih Ali yang hadir menawarkan keseriusan untuknya? ----------------------------------------------------------------------------------- Disclaimer : Cerita ini hanya fiktif. Jika ada kesamaan tokoh, tempat, dan kejadian itu hanya kebetulan. cover designed by Mentari

View More

Chapter 1

BAB 1

Terdengar suara pintu kamar Hana diketuk pelan ketika Hana baru saja selesai sholat. Dengan cepat, Hana melepas mukena yang masih menempel di tubuhnya setelah selesai.

"Ada apa, Bu?" tanya Hana pada ibunya yang berdiri di depan pintu saat pintu sudah terbuka.

"Ali di luar," jawab ibu dengan senyum yang tersembunyi di balik bibirnya.

Mendengar nama Ali disebut, Hana tersentak. Baru ingat, ia ada janji bertemu dengannya. Ia buru-buru merapikan mukena yang tergeletak di lantai, lalu mengambil khimar yang terjuntai di sana.

"Al ... tunggu bentar, ya. Tunggu di dalam saja."

"Gak apa-apa, di sini aja," jawab Ali dengan nada santai.

"Ya sudah, tunggu sebentar, ya," jawab Hana sambil cepat-cepat masuk ke dalam kamar.

Dengan tergesa, Hana memilih baju di lemari, yang bisa langsung dipakai tanpa perlu disetrika agar Ali tidak terlalu lama menunggu. Ia teringat, semestinya Ali sudah menghubunginya siang tadi untuk memastikan apakah mereka jadi bertemu atau tidak.

Beberapa menit berlalu, Hana selesai bersiap. Ia memandangi dirinya di depan cermin besar. Memilih celana kulot putih dan tunik dusty pink, ditambah dengan kerudung senada. Penampilannya begitu cantik, meski ada rasa ragu yang menggelayut di hati.

"Ibu, Hana pergi dulu," kata Hana, berpamitan pada ibunya yang sudah menunggu di luar. Ternyata, ibunya juga menemani Ali tadi selama Hana bersiap.

"Lama banget! Kasihan Ali, perutnya bunyi terus," canda ibu yang membuat Ali terkekeh ringan.

"Biasalah, Bu, mau kencan, jadi dia lama siap-siap," sahut Ali dengan tawa yang menggoda.

"Kencan apaan, coba," Hana pura-pura kesal, meski senyum di bibirnya tidak bisa disembunyikan.

"Kami pergi dulu, Bu," Ali berpamitan pada ibu Hana.

Ini adalah kedua kalinya Hana keluar dengan Ali. Pria tampan dengan rahang tegas, mata cokelat yang indah, dan hidung mancung. Penampilannya layaknya selebriti, membuat Hana merasa sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ali mengajaknya keluar?

Sejak pertama kali bertemu dalam sebuah kerjasama antara perusahaan Hana dan Ali, ada sesuatu yang membuat Hana merasa nyaman. Ia tidak perlu berpura-pura, menjadi orang lain, atau merasa canggung saat berbicara dengannya. Ada rasa tenang dan nyaman yang tidak bisa dijelaskan.

"Entar jatuh cinta loh, liatin aku terus," ujar Ali sambil tersenyum nakal, matanya tetap fokus di jalan.

Hana langsung mengalihkan pandangan, wajahnya memerah. "Ih, apaan sih." Ia tersenyum malu sambil menatap ke luar jendela mobil, seolah mencari sesuatu yang menarik.

Mereka melewati sebuah kafe yang pernah ia kunjungi bersama seseorang yang kini tak lagi bersamanya. Sebuah perasaan sesak muncul. Raut wajah Hana berubah menjadi sendu. Hana mencoba menarik napas dalam, mengatur perasaan yang tiba-tiba meluap.

Terdengar suara tetesan hujan mengenai mobil Yang ia tumpangi. Ia menyentuh kaca mobil Yang tampak bekas sentuhan tetesan air hujan. Seolah langit turut merasakan apa yang ia rasakan. Hana tersenyum kecut, menarik napas panjang.

"Masih jauh?" tanya Hana, berusaha mengalihkan perasaan yang Susah untuk dijelaskan.

"Dikit lagi kok. Laper banget, ya?" canda Ali sambil tertawa kecil. Ketika memasuki sebuah parkiran yang cukup luas, menepikan mobil di depan sebuah restoran bertuliskan Dunia Laut. Dilihat dari deretan mobil dan sepeda motor yang tersusun rapi, sepertinya sedang Banyak pengunjung.

Ali memperhatikan dirinya dari kaca yang ada di mobil, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Matanya melirik kearah Hana Yang juga sedang memperhatikan riasan Dari cermin kecil.

Seulas senyum tipis terlukis disebut bibirnya, "udah cantik, kok,"

"Hm, digombalin lagi nih aku," sahut Hana, ia memasukan cermin kecil ke dalam tas.

"Ada payung gak, Al?" tanya Hana menatap hujan yang semakin lebat.

"Bawa dong, selalu siap," jawab Ali dengan percaya diri. Ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar, mengambil payung yang disimpan dibagasi, sebelum membukakan pintu untuk Hana. Ali merangkul bahu Hana, memastikan agar gadis di sampingnya itu tidak terkena hujan.

Sesuai dugaan, di dalam cukup ramai. Mata mereka beradu mencari meja yang tidak berpenghuni.

"Ada meja kosong di sana, Mas," seorang karyawan memberi tahu. Dengan sigap mengantarkan mereka ke meja yang dimkasud, disudut ruangan yang baru saja ditinggal pergi tamu sebelumnya. Terlihat dari karyawan lain sedang membersihkan meja dengan satu kain lap ditangan.

"Ali?" sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

Hana yang mendapati siapa yang memanggil begitu terkejut. Itu Yudha, yang baru saja memanggil Ali. Dari luasnya kota yang mereka tinggali dan banyaknya tempat makan. mereka justru bertemu di sini. Tapi, tunggu dulu, mereka saling kenal?

"Apa kabar?" sapa Ali, mereka saling berjabat tangan. Tampak akrab.

"Baik. Lo, sendiri gimana?"

"Baik, Alhamdulillah," sahut Ali.

"Oh ya, kenalin ini Yudha teman SMP aku," Ali memutar tubuhnya ke arah Hana.

Hana yang sedari tadi diam, memilih menyembunyikan diri dibalik punggung bidang Ali menggeser sedikit tubuhnya. Menampak diri ke hadapan Yudha. Menahan gejolak emosi yang kemabli muncul melihat orang yang kini dihadapannya. Perasaan sakit itu kembali hadir, menorehkan luka yang masih basah.

"Hana?," Yudha mengeryitkan dahi, menatap Hana dan Ali bergantian.

Ali yang bingung ketika Yudha menyebut nama Hana bertanya, "Kalian sudah saling kenal?"

"Kebetulan kita satu tempat kerja," Hana melirik Yudha sekilas, beralih menatap mengangguk mendengar jawaban Hana.

"Jadi, gimana ceritanya kalian bisa ...," Yudha menunjuk mereka berdua bergantian. Namun, tatapan terakhir terkunci di mata Hana. Seakan meminta penjelasan 'Apa hubunan kalian berdua'.

"Harusnya nih kalo satu kantor sama Hana, kok waktu itu kita gak ketemu, ya? waktu itu gue ada proyek bareng sama kantor kalian. Tapi, intinya gue kenal Hana dari situ lah pokoknya. Oh, ya mau gabung?" tawar Ali kepada Yudha. Meja mereka sudah selesai dibersihkan.

"Lain kali aja," Yudha melihat jam yang ada dipergelangan tangan kirinya. "Gue ada janji lagi habis ini. Gue duluan," Yudha menepuk lengan Ali pelan.

"Han, sampai jumpa di kantor," pamit Yudha sebelum benar-benar pergi yang hanya dibalas Hana dengan senyum yang dipaksakan.

Denting bunyi piring dan sendok beradu serta ramainya suara pengunjung berbincang membuat suasana tampak riuh. Hujan di luar sana sudah mulai mereda saat keduanya hampir selesai menikmati hidangan yang mereka pesan. perbincangan hangat seputar pekerjaan hingga obran ringan mengalir begitu saja.

Andai ada yang tahu. Beberapa bulan lalu Hana menutup diri dari dunia luar. Ia memilih menghabiskan waktu mengurung diri di kamar. Sekedar diajak keluar mencari makan pun oleh sahabatnya ia enggan. Ia lakukan hanyalah bekerjan lalu pulang. Saat itu tidak ada yang menyadari seberapa rapuhnya Hana. Ia menggap dirinya bodoh dan terlalu buta akan cinta. Membuatnya tidak menyadari apa yang sudah terpampang jelas di depan mata. hatinya dulu hanya berporos pada satu nama, Yudha. Yah, lelaki yang baru saja ia temui tadi adalah sosok yang telah menghancurkannnya. Di saat ia menyakini bahwa Yudha adalah sosok yang ditakdirkan untuknya. Justru lelaki itu meninggalkannya, menikahi perempuan lain. Begitu susah payah ia untuk bangkit dari rasa sakit yang ditorehkan. Kini, membuatnya begitu hati-hati untuk memberikan perasaanya untuk orang lain.

Ramainya suasana restoran berganti dengan deru suara kendaraan di jalan ditemani suara musik dari radio yang Ali nyalakan. Tak ubahnya di tempat sebelumnya, di sini pun mereka sesekali bernyanyi bersama saat lagu yang terdengar mereka ketahui. Jalan basah dan genangan air menyambut saat mereka sudah memasuki perumahanan rumah Hana.

"Aku pulang aja. Salam buat ibu," pamit Ali sebelum kembali masuk ke dalam mobil.

"Masuk gih," suruh Ali, dari dalam mobil.

"Kalo kamu udah jalan," yang dibalas anggukan oleh Ali. Hana benar-benar menungggu hingga mobil Ali menghilang dari penglihannya.

Baru saja hendak menutup pintu. Sebuah sepeda motor berhenti di depan rumah Hana. Ia bisa melihat dari celah pintu yang hampir tertutup siapa yang kini berada di depan rumahnnya. Kepalanya tiba-tiba terasa berdenyut. Ada apalagi sekarang? batinnya.

Hana bediri di depan pintu yang tertutup. Seakan memberi tahu jika ia tidak ingin mempersilahkan tamunya masuk. Kehadirannya tidak diterima.

"Ada apa?" tanya Hana datar.

"Kamu sama Ali? gak maksud aku, kamu dekat dengan Ali?"

"Bukan urusan kamu. Sebaiknya kamu pulang. Gak baik pria beristri ke rumah perempuan lain malam hari pula," setelah mengatakan itu Hana segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan Yudha sama sekali.

Sementara sang tamu hanya bisa menatap nanar ke arah pintu berwarna hitam pekat di depannya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
26 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status